Si Gunung Es

17.6K 1K 9
                                        

Digo POV

Aku memarkirkan mobilku di pelataran parkir kampus. Hari ini aku ada kelas jam 10. Mulai kemarin perasaanku masih berbunga-bunga. Akhirnya aku punya kekasih juga. Aku tau hubunganku ini pasti akan mengalami banyak masalah dan rintangan tapi aku akan berusaha mempertahankannya.

Aku keluar dari mobilku dan menyapukan pandanganku ke pelataran parkir. Aku mengernyitkan dahi saat tidak mendapati mobil kekasihku, Sisy. Apakah dia belum datang? Ah dia kan pemilik kampus ini, tidak ada yang berani padanya jika dia terlambat.

Aku melangkahkan kaki menuju kelas. Aku menghetikan langkahku saat mendengar teriakan riuh di arena futsal. Aku juga mencium aroma Lavender milik Sisy. Apakah dia ikut melihat futsal? Karena penasaran aku membelokkan kakiku dan melangkah menuju lapangan futsal.

Galang kau pasti menang

Galang galang galang

Itulah teriakan para wanita yang melihat pertandingan itu. Apa Sisy juga berteriak seperti itu? Rasa tak rela menyelimuti hatiku. Sisy hanya boleh meneriakiku. Hanya aku. Dengan susah payah aku bisa menerobos kerumunan gadis-gadis pemuja Galang itu. Alangkah kagetnya aku dengan apa yang aku lihat sekarang. Galang? Sisy? Oh ini pasti bercanda.

Galang dan Sisy bertanding futsal? Memang bukan hanya mereka berdua. Sisy dan timnya dan galang juga begitu. Tapi yang membuatku lebih terkejut lagi adalah Sisy begitu lihai memainkannya. Dia terlihat sangat cantik menggunakan baju bola itu. Baju club Juventus. Kenapa tidak Barca? Ish, ternyata club bola kesukaannya tidak sama denganku. Aku melihat sekeliling lapangan, ternyata juga banyak pria yang menonton pertandingan ini. Oh mereka menatap Sisy dengan pandangan memuja. Ingin rasanya aku congkel mata mereka. Berani-beraninya menatap gadisku seperti itu.

"Mampus kau Galang. Motormu akan jadi rongsokan!" Kata Sisy setelah mencetak gol. Sepertinya mereka melakukan taruhan. Aku melihat papan skor, tim Sisy unggul 2 poin ternyata. Oh gadisku memang tidak seperti gadis lain. Dia tumbuh dengan kuat dan tidak cengeng seperti gadis kebanyakan.

"Jangan sombong Sy. Motormu yang akan jadi milikku!" Kata Galang optimis. Motor? Apa mereka membuat taruhan dengan motor mereka?

Galang berusaha keras mencetak gol pada menit-menit terakhir untuk menyamakan kedudukan. Usaha yang dilakukannya tidak sia-sia, dia bisa mencetak satu skor pada detik terakhir. Tapi tetap saja tim Sisy yang menang karena masih unggul satu angka. Riuh tepuk tangan terdengar saat peluit berakhirnya pertandingan di mulai. Aku melihat Sisy menyeringai pada Galang. Galang tampak begitu lesu karena harus kehilangan motornya.

"Si gunung es itu kejam sekali. Galang pasti cuma mengalah. Secara bertanding dengan pemilik kampus." Kata wanita di belakangku. Si gunung es? Apa yang dia maksud Sisy? Aku tersenyum sendiri mendengar julukan itu. Dia memang selalu dingin, seperti gunung es.

"Iya. Mereka berdua sangat akrab. Si gunung es itu bisa cair kalau bersama Galang. Denger-denger sih mereka pacaran sudah sejak SMA." Kata wanita satunya. Emosiku langsung naik mendengar itu. Sisy dan Galang berpacaran? Lalu kenapa Sisy memberi harapan padaku? Aku melihat Sisy berjalan keluar lapangan, dia pasti akan ganti baju. Galang berjalan di belakangnya seperti sendang merengek. Aku mendekati mereka yang kini duduk di kursi tunggu yang biasa digunakan para pemain lain.

"Sy... Motorku..." Rengek Galang. Kenapa pria gahar kayak dia bisa merengek? Nahan tawa sajalah.

"Motormu kenapa?" Jawab Sisy acuh sambil minum minuman isotoniknya.

"Dari pada cuma kamu rusak, gimana kalau aku beli aja?" Usul Galang. Kayaknya dia tidak mau motornya kenapa-napa.

"Uangku dah banyak Lang. Aku nggak butuh uangmu itu." Kata gadisku santai.

Lady's AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang