Bagian ke 5

161 27 5
                                    

"Saya sudah hubungi orang tua kalian." Tiga batang, itu rokok yang Angkasa habiskan hari ini. Tepat setelah Hara beranjak ingin pergi, si Raka botak sialan itu datang. Alhasil, disinilah mereka. Di ruang bk yang menjadi sempit karna dihuni banyak makhluk.

"Sekalian menunggu, kalian berpencar. Satu orang satu wc, kalo sampai saya lihat kalian sudah tidak ada dan wc nya belum bersih, satu hari sekali dalam satu minggu kalian harus bersihkan wc nya." Pak Raka berucap dengan tegas, dengan pandangan seramnya. Menghukum adalah hal yang tidak akan pernah bosan untuknya, apalagi beliau ini sudah pernah menjadi pelatih di Pramuka. Tentu itu bukan hal yang sulit.

Angkasa melangkah beriringan dengan Hara, nafasnya yang masih sesak ia abaikan. Cowok itu lupa menaruh inhaler nya dimana. Angkasa hanya ingin cepat-cepat membereskan hukumannya dan pulang. Agak takut sebenarnya, karna jika Surya yang memenuhi panggilan orang tua itu, ia pasti di marahi habis-habisan.

"Lo gak takut nyokap lo marah?" Hara menoleh mendengar ujaran itu, ia terkekeh pelan.

"Malah gue harap dia marah, itu artinya dia sayang sama gue. Haha." Angkasa tertegun, ia benar-benar tidak menyangka kata itu yang akan keluar dari mulut cowok di sampingnya.

***

Plakk

"Mas!"

Panas di pipinya menjalar sampai ke telinga. Tubuh kurusnya hampir saja terlempar jika ia tidak menahannya. Kepalanya mendongkak, menatap nanar pelaku yang barusan melemparkan telapak tangannya kepada pipinya.

"ANGKASA! ANGKASA! ANGKASA!! BISA NGGAK SIH KAMU GAK USAH CARI MASALAH?!! SEHARII AJAA!!" Surya marah, sangat marah. Paras awet mudanya itu memerah, mencoba merealisasikan amarah yang mendominasi.

"KAMU ITU KENAPA MEMBANGKANG TERUS?! INI JUGA DEMI KEBAIKAN KAMU!!" Sekali lagi Surya berteriak, sungguh. Ia sangat lelah dengan kelakuan anak tengahnya ini. Kenapa ia tidak pernah mengerti, dan mencoba untuk menjadi anak baik.

Sementara Angkasa bergeming, matanya berselaput kabut, air yang mengumpul di pelupuk matanya terjun bebas saat ia mengedipkan mata. Selain tidak suka suana rumah sakit, ia sangat tidak suka suasana saat ia di pojokkan tanpa sedikitpun di beri waktu untuk memberi penjelasan.

Angkasa merasakan bahunya di sentuh dengan lembut. Sarah, perempuan paruh baya itu mencoba menguatkan anaknya. Ia yakin anaknya tidak melakukan itu tanpa alasan, ia mencoba mengerti, mungkin ia sedang stress karna tugas sekolah, atau mungkin .... Keluarganya sendiri.

"Emangnya ayah tau apa tentang Aksa, hah!! Aksa udah bilang dari kemarin! Ayah gak usah urusin aku! Ayah gak usah peduliin aku! Urus aja tuh selingkuhan ayah!!" Angkasa memekik tertahan. Ia sudah muak pada Surya yang selalu pura-pura peduli padanya dan Kejora.

"ANGKASA!!"

bukan hanya Surya, Sarah pun terkejut mendengar ujaran Angkasa. Ia tidak menyangka, hal yang berusaha ia tutupi mati matian diketahui oleh anaknya.

Hhhhhh

Uhuk uhuk

Angkasa memegang dadanya yang terasa semakin sesak, ia luruh, dengan tangan memukul mukul dadanya keras. Air matanya semakin mengalir deras, suara khas mengi dan isakan terdengar jelas.

Sarah dengan panik langsung berlari mencari kotak p3k yang biasa ia simpan di lantai bawah. Surya mematung melihat keadaan anaknya itu, ia merasa bersalah tentu saja. Ia sangat marah, saat tadi di di telepon oleh pihak sekolah. Ia hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada Angkasa agar ia kapok. Tapi, Surya tidak menyadari kalau tindakannya itu berlebihan, mungkin.

****

"Kamu ngomong apa sama Aksa? Gak mungkin dia tiba-tiba tau soal itu." Surya menatap tajam Sarah. Angkasa sudah tidur, walaupun suara nafasnya masih terdengar mengganggu. Sarah ikut mendudukkan diri di sofa ruang keluarga saat sesudah mengecek Angkasa.

"Kenapa tanya itu ke aku? Aku itu sibuk, aku gak punya waktu buat nyari masalah! Apalagi sama istri muda kamu itu!" Ucap Sarah membela diri.

"Akhh gak percaya aku sama kamu! Makanya jangan terlalu sibuk! Pantes aja Aksa kayak gitu kelakuannya!"

"Terus kamu sebagai ayah gimana? Kamu merasa peran kamu itu tercukupi gitu? Yang salah itu kamu! Kamu gak denger tadi Aksa bilang apa?"

"Kamu itu harus bisa lebih baik dari aku! Udah tau aku kayak gini. Aku itu tanggung jawabnya besar! Tugas kamu itu cuman harus ngurus dia anak!"

"Ya makanya! Kalo kamu gak bisa berlaku adil sama 'tanggung jawab kamu' ceraikan saja aku-"

"SARAH!" Tangan Surya terangkat, tubuhnya lagi lagi bergetar karna amarah. Ini salah satu alasan ia tidak betah di rumah, karna ia tidak bisa bahagia seperti saat ia bersama keluarganya yang lain.

"AYAH UDAH!"

Tbc

Terimakasih sudah membacaa

Semangaat yang mau Pas!!
Hehe

Semangaat yang mau Pas!!Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23 mei 2023

Kejora di Angkasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang