𖠗 03 ꞋꞌꞋ

120 65 19
                                    

Dua hari sudah berlalu. Sekolah masih tetap berjalan seperti biasanya. Akan tetapi perbincangan tentang mayat yang ditemukan masih menjadi topik hangat.

Dua hari ini juga, Seungmin tidak masuk sekolah tanpa adanya kabar yang membuat teman-temannya keheranan. Di tambah lagi setelah kejadian Seungmin menghilang di rumah Changbin, mereka awalnya berpikir jika Seungmin pulang duluan—tapi biasanya dia akan selalu pamit terlebih dahulu.

Ada hal aneh yang terjadi pada Seungmin.

"Sekarang jadi ke rumah Seungmin?"

Kini mereka tengah duduk di salah satu bangku kantin. Mereka begitu mencemaskan Seungmin dan berniat untuk berkunjung ke rumahnya.

"Ini gak ada hubungannya sama chat yang kita dapet kan?" sela Jisung tiba-tiba.

Mereka yang ada di sana sontak menoleh pada Jisung. Menatap pemuda itu dengan keheranan. Sedikit dari mereka yang sudah melupakannya, kembali teringat dengan pesan tersebut.

"Sung, gue udah bilang berapa kali kalo itu cuma chat iseng. Lupain aja napa sih?!" seru Minho.

Jisung kembali terdiam. Sepertinya mereka benar-benar menganggap itu pesan iseng yang di sebar oleh orang gila.

"Sorry to say, gue agak setuju sama Jisung. Entah perasaan gue aja atau gimana, setiap gue lagi di rumah sendirian, gue merasa ada yang lagi ngawasin." Ucap Changbin.

"Perasaan lo aja kali."

Suasana bangku yang mereka tempati menjadi hening. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Ucapan yang Jisung dan Changbin lontarkan membuat mereka sedikit berpikir—apakah pesan itu nyata? Entahlah, tidak ada yang tau.

"Gue izin ke toilet ya." Ucap Felix.

Lamunan mereka buyar seketika. Atensi mereka teralihkan pada Felix yang mulai beranjak pergi dari sana dengan sedikit berlari.

"Perasaan gue doang atau gimana, tapi kak Felix kaya lagi nyembunyiin sesuatu?" kata Jeongin.

"Ah udahlah, perasaan-perasaan mulu. Dia emang lagi kebelet kali, ini kenapa kalian jadi gampang nuduh orang si?" sahut Chan.

Tiba-tiba Hyunjin beranjak pergi dari sana tanpa meninggalkan sepatah kata apapun. Dari wajahnya seperti orang yang sedang menahan kesal. Mereka pun tak menghiraukan kepergian Hyunjin dan kembali pada pikiran masing-masing.































































"Oh, jadi di sini ada yang coba manipulatif ya?"




























































Sepulang sekolah, mereka benar-benar berkunjung ke rumah Seungmin. Anehnya, dari luar gerbang saja terlihat jika rumah Seungmin seperti tidak berpenghuni. Di tambah lagi, gerbang tersebut di gembok yang membuat mereka tidak bisa masuk ke dalam.

"Coba panggil." Kata Felix.

"Seungminnnn main yuk!" ucap Hyunjin.

Sedetik kemudian, belakang kepala Hyunjin di pukul pelan oleh Minho.

"Kalo kaya gitu sampe ayam jantan bertelur pun gak akan di buka!" cibir Minho.

Tiba-tiba saja Chan melompat ke atas gerbang yang bahkan lebih tinggi dari tubuhnya. Mereka terkejut melihat perlakuan Chan yang cukup arogan.

"Lo udah kaya perampok handal." Ucap Changbin.

Chan hanya tersenyum, dia menggerakan telapak tangannya seolah menyuruh mereka untuk masuk ke dalam.

Mereka pun mengikutinya dengan melompat ke atas gerbang. Jika ada tetangga yang melihat sudah di pastikan jika pemuda-pemuda ini mencoba untuk merampok. Dari cara mereka berkunjung, seperti bukan etika orang yang sedang bertamu.

"Ini gapapa kan?" tanya Hyunjin cemas.

"Udah diem."

Chan mulai mengetuk pintu rumah Seungmin dengan kasar dan terbilang tidak sabaran. Tapi tidak ada sahutan dari dalam sana.

"Kayanya lagi pada pergi deh?" ucap Felix.

Minho mengintip dari jendela guna melihat apakah ada orang di dalam sana. Sedetik kemudian retinanya melebar seketika, dia langsung memalingkan wajahnya dan melompat mundur dengan perasaan ngeri.

"Kalian... coba liat ke jendela." Ucap Minho panik.

Jeongin yang berada tepat di sebelah jendela, langsung mengintip ke dalam sana. Dia melihat pintu yang terbuka lebar, tapi bukan itu—melainkan seseorang yang tergantung di ambang pintu.

Persis seperti mayat Yuna yang dia temukan. Di mana kondisinya di gantung terbalik dengan mata yang ditutup oleh kain hitam.

Tanpa persetujuan yang lain, Jeongin menghempaskan diri pada pintu, menggunakan seluruh berat tubuhnya untuk menekan kunci.

Pintu itu berhasil terempas membuka diiringi suara keras. Jeongin perlahan masuk ke dalam, di susul oleh yang lain.

Chan menyalip tubuh Jeongin, dia berjalan ke arah mayat yang sudah terbujur kaku.

"I-itu... Ibunya Seungmin." Gumam Jisung sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Ada sesuatu yang terjadi di rumah Seungmin. Melihat mayat ibu Seungmin yang ditemukan membuat mereka tambah khawatir sekaligus kebingungan.

"Lapor polisi cepet!" usul Changbin.

"Jangan!" sahut Minho.

Mendengar hal tersebut membuat mereka menatap heran pada Minho. Minho yang ditatap mendadak canggung.

"Takutnya nanti polisi ngira kita yang ngebunuh! Mending lo semua jangan gegabah!" ucap Minho.

Apa yang Minho katakan memang benar adanya. Tapi Jisung justru heran dengan tingkah Minho, sepertinya pemuda itu tengah menyembunyikan sesuatu—atau memang Minho takut di introgasi oleh polisi?

Felix meninggalkan mereka dengan berjalan ke lantai atas, dia ingin memeriksa sesuatu—siapa tau dia mendapatkan hal mengejutkan.

Di lantai atas hanya terdapat satu kamar tidur dan sisanya hanya ruangan kosong. Felix yakin jika itu kamar milik Seungmin—sebelumnya dia belum pernah berkunjung ke rumah Seungmin.

Felix masuk ke dalam sana, tidak ada yang aneh, tampak seperti kamar tidur pada umumnya. Tapi ada satu hal yang menarik atensinya, yaitu meja belajar Seungmin.

Lampu belajar yang masih menyala menyorot sebuah kertas. Dan Felix membaca kertas dengan noda merah di pinggirnya.

"Ini gila, petak umpet itu nyata."

hide and seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang