𖠗 08 ꞋꞌꞋ

89 50 11
                                        

"Kalian pernah denger soal sekolah yang di kutuk?"

Seorang siswi berujar sesuatu yang membuat teman-temannya sedang berkumpul seketika penasaran.

Jam masih menunjukkan waktu pembelajaran, akan tetapi guru mereka tidak masuk karena ada rapat mendadak.

"Gue denger ini dari alumni sih. Katanya sekolah kita itu di kutuk! Setiap tahun pasti ada korbannya—semacam tumbal. Dan katanya juga siapapun yang main petak umpet di sini bakalan mati di gantung terbalik, kaya eumm—mayatnya Yuna." Ucapnya serius.

"Jangan-jangan Yuna sempet main petak umpet di sini! Ihh ngeri." Imbuhnya.

Sedangkan teman-temannya hanya menganggap jika siswi itu sedang bercanda, dan mereka hanya menanggapi dengan tertawa canggung.

"Lo kebanyakan baca novel horor, udah jangan bahas Yuna lagi. Kasian dia, takut gak tenang." Sahut temannya.

Sementara, tepat di bangku belakang mereka ada Jisung yang mengulas senyuman kecil ketika rungunya tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Yang dia bilang bener kok..."





























































"Jadi gak sabar nanti malem, hihi."





























































Waktu terus berlalu, tak terasa jarum jam sudah menunjukkan angka pembelajaran telah usai. Yang di mana para murid sudah berhamburan pulang ke rumah.

Namun tidak dengan Hyunjin, dia malah berbelok menuju perpustakaan. Ada hal yang harus dia cari tau di sana.

Mudah baginya untuk masuk ke perpustakaan yang terkunci. Karena dia memiliki kunci cadangan perpustakaan. Hyunjin baru saja mencurinya.

Hyunjin masih menaruh curiga pada Felix. Sebenarnya dia melihat apa yang dilakukan Felix saat di perpustakaan beberapa waktu lalu, namun dia mengatakan pada Felix bahwa dia hanya mendengarnya saja.

Tungkainya berhenti ketika Hyunjin sampai di tempat Felix duduk beberapa waktu lalu. Awalnya tidak ada apapun kecuali meja yang begitu bersih, sampai dia menemukan sesuatu.

"Ck, buang sampah di mana aja!"

Hyunjin tak sengaja melihat sebuah gumpalan kertas di bawah meja. Awalnya dia pikir itu adalah sampah jadi dia berniat untuk membuangnya.

Tapi entah mengapa perasaannya berkata bahwa dia harus membukanya. Jadi Hyunjin melakukan itu.

"Iblis itu akan membawa ruh mereka dan menjadikannya budak. Dan kalian semua telah tertipu dengan ucapannya."

Alis Hyunjin menekuk ketika dia sama sekali tidak paham dengan tulisan yang ada di sana. Jadi dia meremas kembali kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ck, sia-sia gue ke sini!"

BRAK!

"Eh ayam babi serigala!" latahnya.

Hyunjin mengalihkan pandangannya pada buku tebal yang sudah tergeletak di lantai. Dia menghela napas gusar.

"Gue kira apaan.."

Tangannya meraih buku tersebut hendak mengembalikannya, tapi pergerakannya terhenti ketika Hyunjin membungkuk dan melihat ke arah rak—dia melihat sesuatu di balik celah buku-buku.

Sepasang kaki.

Jantung Hyunjin langsung berdegup kencang, bulu kuduknya seketika berdiri. Dia bahkan menelan salivanya lamat.

Hyunjin menutup matanya, berharap jika dia salah melihat. Ketika dirinya membuka mata, sepasang kaki itu sudah tidak ada.

Tidak bohong, Hyunjin benar-benar takut. Dia mencoba menenangkan pikirannya dan tidak membayangkan hal mengerikan.

Namun ketegangannya tidak sampai di sana. Lampu di perpustakaan tiba-tiba saja padam. Ruangan itu seketika menjadi gelap gulita.

Hyunjin yang panik merogoh sakunya dan mencari keberadaan ponsel. Namun nihil, dia tak menemukannya.

"Aduh gue sial banget! GIMANA KELUARNYA INI TOLONGGG." Jeritnya dalam batin.

Hyunjin mengumpulkan segala keberaniannya, dia berlari tidak tentu arah demi keluar dari perpustakaan dan hanya mengandalkan instingnya.

Hyunjin sesekali menabrak rak buku. Telinganya bahkan mendengar jika buku-buku itu jatuh akibat ulahnya.

Hyunjin meraba-raba dinding dengan panik karena tak kunjung menemukan pintu keluar.

Dan akhirnya Hyunjin menemukannya! Dia langsung memutar kenop dan membuka pintu lebar-lebar.

"ANJIR HANTU!" seru Hyunjin ketika melihat presensi seseorang yang berdiri di hadapannya.

"Apasi, cakep gini dibilang hantu!" sahut Jisung tidak terima.

Hyunjin menghela napas, tubuhnya langsung merosot ke bawah karena kedua tungkainya tidak sanggup lagi berdiri. Membuat Jisung memandangnya heran.

"Itu pipi lo kenapa berdarah?" tanya Jisung.

Hyunjin yang mendengar hal tersebut langsung merebut ponsel Jisung yang dia pegang demi melihat pipinya. Retina Hyunjin melebar seketika.

"Buset kok gak kerasa ya?"

Jisung merebut kembali ponselnya dengan kasar. Hyunjin yang kesal dengan perlakuan temannya hanya bisa merotasikan bola matanya.

Hyunjin bangkit kembali walaupun kakinya masih lemas seperti puding.

"Gue cariin kemana-mana, ternyata lo asik nongkrong di sini. Ayo, kak Chan udah nungguin!" ucap Jisung.

Hyunjin mencekal pergelangan tangan Jisung—membuat temannya itu menatapnya bingung.

"Anterin gue cari hp di dalem, kayanya gue gak sengaja jatohin di sana." Ucap Hyunjin.

Seketika raut wajah Jisung berubah masam. Dia ingin sekali melontarkan kata-kata mutiara pada oknum bernama Hyunjin, tapi untungnya dia sabar.

"Yaudah ayo cep-HYUNJIN AWAS!"

Belum sempat Jisung menyelesaikan ucapannya. Hyunjin sudah tak sadarkan diri ketika tengkuk kepalanya di pukul kuat menggunakan benda tumpul dari arah belakang.

Begitu pun dengan Jisung, dia tak sadarkan diri.

hide and seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang