𖠗 10 ꞋꞌꞋ

55 23 1
                                    

Sebelumnya.

Changbin melangkahkan tungkainya sesekali dia mencoba untuk membuka pintu pintu yang dia lewati untuk mencari tempat persembunyian yang pas.

Namun, semua terkunci. Ada satu kelas yang tidak terkunci, tapi Changbin rasa itu tidak aman.

"Ini lebih ke main kejar-kejaran dari pada petak umpet, payah." Dengus Changbin.

Kini Changbin berada di lantai dasar. Seketika terbesit dalam pikirannya pada satu ruangan yang sangat jauh—di mana dia harus melewati kantin terlebih dahulu.

"Gudang."

Dia langsung berlari kecil menuju kantin, untungnya itu tak terlalu jauh dari tempat dia berpikir tadi.

Baru saja dirinya memasuki kantin. Samar-samar Changbin mendengar suara siulan. Dan siulan itu semakin jelas.

"Anjir secepet itu datengnya?!"

Changbin buru-buru berlari melewati kantin tanpa menyadari jika ada seseorang di sana memperhatikan kepergian Changbin dengan seringai lebar.

"Target masuk perangkap."






































































"Lo ngebunuh dia?!"

Changbin terkejut bukan main ketika dia menemukan dua prensesi di depan gudang. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut.

Tapi salah satunya tergantung di ambang pintu dengan matanya di ikat oleh kain hitam. Dan Changbin mengenalinya—itu Minho.

Seseorang lainnya masih menatap Changbin dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kalo iya emangnya kenapa?" balasnya santai.

Retina Changbin melebar seketika, dia sama sekali tidak percaya jika temannya yang sangat dia percayai adalah pelakunya.

"Ternyata lo dalang dari semua ini?!" tanya Changbin.

Dia memiringkan kepalanya. "Bukan gue, tapi ada yang lain. Mereka meniru semua tanpa tau konsekuensinya."

Changbin mengangkat sebelah alisnya, dia tak mengerti dengan perkataan yang di lontarkan oleh pemuda yang ada di hadapannya.

Merasa jika itu hanya sekedar omong kosong. Changbin melayangkan bogeman mentah pada wajah pemuda itu. Namun anehnya pemuda itu tidak melawan sama sekali.

"Lo nyoba bunuh orang yang mau bantuin lo?"

"BANYAK OMONG LO BAJINGAN!—"

"—TEMEN APAAN YANG NGEBUNUH TEMENNYA SENDIRI!"

Amarah Changbin meluap. Dia tak menghentikan aksinya padahal korbannya sudah tergeletak di lantai dan mengeluarkan darah yang cukup banyak juga luka lebam di area wajah.

Pemuda itu tertawa pelan, "Changbin—manusia yang suka nuduh orang, tapi gak suka di tuduh balik."

Tanpa menghiraukan ucapannya, Changbin melayangkan satu pukulan lagi—namun belum sempat kena, Changbin seketika ambruk tatkala benda tajam telah menghunus tepat di pundaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

hide and seekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang