ting!
unknown number
: jadi gimana kejutannya?
sekarang percaya?
Felix kembali berlari ke bawah dengan selembar kertas yang dia simpan di saku celananya. Dia ingin memberitahu yang lain, jika dirinya kembali menerima pesan dari nomor yang sama.
"Kalian dapet chat gak?!" seru Felix.
Mereka menoleh ke arah Felix lantas menganggukan kepala. Tapi ada yang membuat Chan heran, dia masih ingat betul jika nomor itu sudah di block sebelumnya, tapi mengapa dia masih menerima pesan dengan nomor yang sama?
"Oke, untuk kali ini gue percaya sama chat ancaman."
Seseorang akhirnya menyadari ada sesuatu yang janggal dari si pengirim pesan tersebut. Dia bahkan berusaha payah untuk menelan salivanya.
"Y-yang ngechat kita kayanya ada di sini..." ujar Jisung dengan gugup.
Mereka akhirnya tersadar. Mana mungkin 'nomor asing' itu tau, jika mereka ada di rumah Seungmin dan menemukan mayat ibu Seungmin yang tergantung.
Otomatis pikiran mereka tertuju pada teman-temannya. Siapa lagi yang ada di sana selain mereka?
"Ngaku! Siapa yang bikin ulah kaya ginian?!" seru Hyunjin seraya memicingkan matanya tajam—menatap satu persatu temannya.
Sedikit dari mereka terbawa emosi ketika Hyunjin menuduh secara terang-terangan.
"Gak usah banyak drama, Hyunjin!" sahut Changbin.
Hyunjin menunjuk Changbin, "lo pelakunya! Gue masih inget dua minggu yang lalu, lo beli nomor baru! Dan gue inget kalo angka terakhir nomornya sama kaya nomor yang teror kita!"
Changbin menggertakan giginya kuat, dia tidak suka di tuduh. Dan apa-apaan? Memangnya dia tidak boleh membeli nomor baru?!
Changbin mendorong kuat kedua bahu Hyunjin. Pertikaian akan terjadi jika saja Chan tidak dengan sigap memisahkan mereka.
"Please anjing! Di situasi kaya gini lo semua harus berpikir logis, jangan gampang nuduh bangsat!" Chan sudah tidak dapat membendung emosinya lagi.
"Tapi emang kenyataannya dia pembunuh! Changbin pelakunya!" ucap Hyunjin.
Ekspresi Hyunjin berubah drastis ketika dirinya tidak sengaja melihat sesuatu yang sedang mengintip di ujung sana, tapi dia tidak yakin apakah itu manusia atau bukan.
"Gue gamau mati!" gumamnya panik.
Situasi semakin kacau ketika Hyunjin mulai meracau tidak jelas. Mereka mencoba menenangkan pemuda itu, tapi alih-alih menjadi tenang, justru Hyunjin semakin tidak terkendali.
Felix yang tidak menyukai kondisi sekarang pergi ke dapur dan mencari sesuatu, lalu dia kembali ke tempat semula dan mengacungkan sebuah pisau tepat di depan wajah Hyunjin.
"Diem atau gue bunuh lo?!"
Hyunjin seketika terdiam kaku, menahan napasnya sebisa mungkin. Hyunjin bisa melihat wajah Felix yang begitu menakutkan, beda dari biasanya.
"Felix!" seru Chan.
Felix berdecak kesal, "padahal gue pengen ngebunuh ini anak."
Felix pun meninggalkan Hyunjin dan kembali ke dapur untuk mengembalikan pisau yang dia bawa untuk mengancam Hyunjin tadi.
"Sekarang kalian tenang. Mungkin awalnya gue nyuruh kalian buat lupain chat itu, tapi buat sekarang, gue cuma mohon ke kalian buat hati-hati dan harus tetep waspada." Ucap Chan.
Mereka masih tetap diam, tidak menjawab maupun membantah ucapan Chan.
"Selama ini gue gak merasa punya salah sama orang, tapi sekarang? Gue ada di antara hidup dan mati." Ucap Minho diiringi decakan frustasi.
Ucapan yang Minho lontarkan membuat seseorang kesal ketika mendengarnya. Dia bahkan tidak berhenti menatap tajam pada Minho dan mengepalkan kedua tangannya kuat, sayangnya tidak ada seorang pun yang sadar dengan tingkahnya.
"Gak sadar diri." Batinnya.
"Tapi kok gue jadi curiga ini jebakan, siapa tau Seungmin di balik semua ini? Coba lihat sekarang, mana Seungmin? Dia aja waktu di rumah Changbin tiba-tiba hilang selama dua hari, gue yakin dia lagi ngerencanain sesuatu biar semua lebih realistis." Ucap Minho.
Felix yang baru saja kembali dari dapur, mendengar ucapan Minho seketika dia teringat kertas yang dia temukan di meja belajar Seungmin.
Bisa dibilang tulisan yang ada di kertas itu, persis seperti tulisan Seungmin. Tapi entahlah.
"Stop nuduh temen sendiri, lo gak liat mayat ibunya di gantung kaya gini?! Gue malah jadi curiga sama lo!" balas Jeongin seraya memicingkan matanya tajam pada Minho.
"Gatau deh, gue gamau ikutan!"
Minho meninggalkan mereka, tidak ada satu pun yang mencegahnya, sampai akhirnya dia benar-benar pergi dari rumah Seungmin dengan perasaan kesal yang menggebu-gebu.
Seseorang malah tersenyum senang ketika melihat kepergian Minho.
"Ajal lo udah di depan tuh."
"Gue harap gak ada yang pergi lagi, cukup si egois itu aja." Kata Chan sinis.
Ruangan itu benar-benar hening, tak ada guyonan yang saling dilontarkan satu sama lain. Entahlah, mereka semua terlalu kalut dengan pikirannya masing-masing
Chan memilih untuk mengetik sesuatu di ponselnya, lalu dia menempelkan benda pipih itu di sebelah telinganya.
Chan sedang menelepon polisi.
"Felix, lo tadi dari atas abis ngapain?" tanya Jisung.
Felix yang sedang melamun seketika tersadar dengan Jisung yang mengajaknya mengobrol. Awalnya Felix ingin memberitahu jika dia menemukan sebuah kertas ancaman, tapi Felix mengurungkan niatnya.
Dia merasa, jika semua temannya bertingkah aneh. Bisa saja kan, niat baiknya malah berujung membuat dirinya mati. Maka Felix harus diam dan memilih untuk tidak percaya siapapun mulai sekarang.
"Gak si, cuma liat aja, siapa tau Seungmin juga mati di kamarnya. Tapi gak ada apa-apa." Balas Felix, lalu dia menepuk pundak Jisung dan melangkahkan kedua tungkainya pergi keluar rumah.
"Aneh."
"Gue tau lo nemuin kertas ancaman, Lix."
KAMU SEDANG MEMBACA
hide and seek
Детектив / Триллер۫ . ⟡ [ 𝘀tray kids ] . ‹ ᝬ ❝lo percaya cuma karna ucapannya?❞
