Sunat

271 7 2
                                    

Mayoritas anak lelaki umumnya akan merasakan sunat. Sesuatu proses yang dianggap jalan menuju Dewasa, buat beberapa anak itu akan dibanggakan karena menunjukkan mereka telah melalui suatu tahapan yang penting dalam hidupnya, terlebih lagi kalau ada kaitannya dengan duit amplopan yang mereka terima dari keluarga atau kolega.

Ya aku juga memahami hal itu semua, namun aku memandangnya sedikit berbeda, karena menurutku sunat hanyalah proses yang harus dan wajib dilalui, selebihnya ya aku anggap biasa saja. Namun sunat memiliki makna spesial juga bagiku, makna yang baru kupahami bertahun-tahun setelahnya.

Kejadian ini terjadi pada saat aku Sedang liburan sekolah semester genap untuk kenaikan kelas dari kelas 4 ke kelas 5. Hal ini memang sudah dibicarakan jauh jauh hari sebelumnya, Papa menanyakan apakah aku sudah siap disunat atau tidak.

Karena Papa merencanakan agar aku disunat di Jogja karena disana kami bisa menginap di Rumah peninggalan eyang dan ada Pak De Anto dan Bu De Nita yang akan membantu memfasilitasi. Kata Papa tempat sunat itu berada di daerah Bogem, dan merupakan salah satu tempat terbaik, terkenal dan legendaris.

Aku mengiyakan saja ide Papa karena menurutku pada akhirnya aku harus melalui itu semua, dan beberapa teman temanku termasuk Pram sudah melaluinya. Namun konsekuensi dari keputusan ini adalah sekali lagi aku tidak akan bisa melalui liburan panjang bersama Pram, karena setelah sunat sampai dengan sembuh aku akan tinggal di Jogja.

Waktu yang dinantikan tiba, setelah lebih kurang 3 hari sejak aku tiba di Jogja, akhirnya kami berangkat ke tempat pelaksanaan Sunat di daerah Bogem. Saat itu aku diantar oleh Papa, Mama dan Pak De Anto Sekeluarga.

Setelah cukup lama menunggu giliran akhirnya tibalah saatnya aku masuk ke Ruang Operasi Kecil, ada rasa khawatir dan takut saat itu. Papa berusaha menenangkan dengan mengatakan bahwa hanya sakit sedikit saja dan setelahnya akan baik baik saja.

Aku melepas celana yang ku gunakan dan menggantinya dengan sarung, lalu aku naik berbaring pada dipan yang sudah disediakan. Saat akan dilakukan operasi kecil terjadi obrolan antara Papa dan Mantri yang akan melakukan proses Sunat, obrolan yang hingga kini masih bisa aku ingat dan menjadi memorable event in my live.

Mantri : "Anaknya umur berapa Pak?"

Dad : "8 tahun" Jawab Papa Singkat.

Mantri: "Oh saya Pikir Umur 5 tahunan tapi bongsor"

Dad : "Lho memangnya kenapa Pak?"

Mantri: "Eeehh soalnya.. anunya kok kecil untuk anak umur 8 tahun" Jawabnya balik.

Dad : "Ooh mungkin memang sudah dari sananya" balas papa lagi.

Setelahnya ada beberapa obrolan lain yang menurutku tidak terlalu penting. Selanjutnya yang kuingat adalah aku merasakan hawa dingin menyelimuti tititku, setelahnya ada rasa sakit yang seperti di gigit semut api dan hingga hanya ada rasa kebas yang kurasakan.

Singkat cerita, kami kembali ke Rumah peninggalan eyang, ada acara selametan sederhana yang dilakukan di rumah eyang dan dihadiri oleh para tetangga dan kolega dekat saja.

Sudah pasti amplop mengalir ke dalam genggamanku, jumlahnya bervariasi namun kalau dihitung-hitung cukup membuat aku melupakan rasa sakit gegara di sunat.

Papa tidak bisa lama menemani kami karena harus kembali bekerja. Sehari sebelum Papa pulang ke Rumah dinas, Opa dan Oma datang ke Jogja, so it's another additional angpaw, LoL.

Yang aku ingat dari sunat adalah Makan enak sesuai permintaanku selama aku penyembuhan, angpaw yang banyak dan pastinya rasa sakit pada saat pertama kali perban dibuka dan penggantian perban setiap harinya.

Memori tentang sunat ini mejadikanku saat ini bertanya-tanya, apakah Minggu depan setelah aku melalui proses Operasi Ganti kelamin akan sama sakitnya dengan sunat ataukah jauh lebih sakit. We'll see

*Note:

Untuk beberapa Minggu ke depan mohon maaf apabila saya jarang melakukan Update Story, atau bahkan mungkin saya akan Hiatus untuk beberapa Minggu. Minggu depan akan menjadi salah satu phase krusial dalam hidup saya. Pastinya ada perubahan psikologis setelah melewati Operasi Kelamin, pastinya saya butuh untuk menepi terlebih dahulu sebelum saya kembali kepada aktivitas rutin. Doakan semua baik baik saja, I promise I'll Be Back.

Sin-TrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang