New Insight

272 6 4
                                    

Dalam hidup ini, berkali-kali aku belajar tentang satu hal penting, "don't hate something too much, maybe someday you can learn a precious things from those". Hal itu pula lah yang tercermin dari apa yang ku alami selama tinggal di Surabaya.

2 Tahun adalah waktu yang cukup panjang bagiku untuk dilewati, karena di awalnya terasa waktu berjalan lambat bagiku. Penyesuaian dengan kultur dan situasi yang baru, ditambah lagi kelas 5 SD adalah masa masa yang cukup krusial menjelang kelulusan.

Seperti dugaan awal, aku cukup sulit untuk beradaptasi dan memiliki teman di sana. Pada awalnya, aku cenderung menutup diri dan tak banyak berinteraksi, hanya beberapa saja yang cukup dekat, sebut saja Holi, Hasti, Dian, Setiawan dan Wibi beberapa nama temanku semasa SD di Surabya.

Namun sikap khas orang-orang Surabaya yang apa adanya dan ceplas ceplos bisa membuatku juga untuk lebih terbuka, hal ini pula yang mendorong aku memperoleh beberapa insight baru. Well, ga usah berlama-lama, di chapter ini kita akan lebih banyak fokus terhadap beberapa pengalaman penting ku lainnya selama di Surabaya.

Di Surabaya aku tinggal di daerah pusat kota tidak jauh dari kampus tempat Papa melanjutkan sekolah S2 nya, namanya daerah Karang Wismo, kami menyewa Rumah cukup besar di sana. Rumah itu terletak tak Jauh dari Taman, mostly satu lantai namun memiliki satu ruangan khusus di lantai 2 tepat di atas Garasi. Walaupun terkesan angker, di ruangan lantai 2 itu lah aku sering bermain dan belajar, ruangan itu memang di setting sebagai ruangan untuk belajar dan membaca.

Rumah yang kami kontrak tidak terlalu jauh dari tempat ku sekolah. Cukup berjalan kaki 15 menit aku sudah bisa mencapai sekolah, aku juga punya teman yang sejalan apabila berangkat sekolah, namanya Wibi, tipikal anak laki-laki yang biasa duduk di bangku belakang, tidak bisa berhenti ribut di dalam kelas dan bengal. Namun temanku yang satu ini tidaklah jahil atau suka mengganggu, sehingga aku cukup nyaman berteman dengannya.

Di sekitar Rumah ku yang dekat kampus juga terdapat fasilitas fasilitas yang membuatku memperoleh insight baru yaitu persewaan VCD dan Warnet, kedua fasilitas inilah yang membuka cakrawala ku lebih jauh tentang Crossdressing, Trans Feminine dan tentunya Bondage.

Alrite, ada baiknya aku mulai bercerita tentang penggalan kisah hidupku di Surabaya.

--------------- Bandana Freak --------------

Satu hal yang membuatku senang dan menikmati hidup di Surabaya adalah para pengendara sepeda motornya, ada apa dengan mereka?. Ya, para pengendara sepeda motor di Surabaya mayoritas menggunakan masker dari saputangan atau bandana untuk menutupi sebagian wajah mereka teriutama mulut dan hidung ketika berkendara. Pemandangan itu lazim aku lihat setiap harinya di jalanan.

Salah satu favoritku adalah melihat para wanita pekerja kantoran pengendara motor yang sudah pasti berdandan cantik serta mengenakan masker yang umumnya adalah bandana berwarna warni. Tentunya itu juga membangkitkan my deepest desire, kecantikan dan mix matching pakaian mereka berpadu dengan bandana yang dikenakan tentunya merupakan nikmat keindahan visual yang aku dapati.

Kebetulan di dekat Rumah disekitar Taman terdapat kantor Notaris PPAT yang cukup terkenal dan ramai, sering aku menghabiskan waktu di Taman mengamati para pengunjung kantor tersebut yang menggunakan motor terutama para wanitanya. Aku senang mengamati busana yang mereka kenakan, dandanan mereka dan sudah pastinya masker saputangan atau bandana yang mereka kenakan.

Suatu waktu aku mendapati pemandangan yang hingga saat ini masih akan kuingat. Siang itu sepulang sekolah aku meminta izin kepada Mama untuk jajan dan duduk di taman. Saat sedang asik menikmati sebungkus Chitato sambil memandangi kantor PPAT, keluarlah seorang wanita dengan menggunakan setelan blazer dan rok berwarna krem. Wanita itu juga mengenakan blouse putih di bagian dalam, stocking warna kulit dan heels kira kira 5 cm berwarna Coklat.

Sin-TrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang