Komunitas Menulis Mishelia

18 4 7
                                    

"Mau kutemani sampai mana? Sebatas teman untuk berdiskusi dan menikmati secangkir kopi, atau seseorang yang selalu membuatkanmu kopi setiap pagi. Mau kutemani sampai mana? Seseorang yang sebatas seiman dan seamin denganmu, atau seseorang yang menjadi makmum dan menjabat tangamu disetiap sholat 5 waktu."

~~~

Immanuel sudah menunggu Mishelia berdandan sedari pagi di ruang tamu. Perkataan Restu mengenai "Harus memiliki kesabaran tingkat dewa untuk menunggu Mishelia saat berdandan," memang benar adanya. Dia sudah menunggu satu setengah jam lamanya tapi belum menemukan tanda-tanda Mishelia akan selesai.

"Man, gue pakai baju ini cocok gak?" tanya Mishelia menunjukkan outfit-nya.

Outfit yang dikenakan Mishelia kali ini adalah balzer hitam, celana kain hitam yang dipadukan dengan kaus berwarna putih. Mishelia juga memilih menggunakan sepatu Sneakers berwarna senada dengan kaus yang dia kenakan, dan membiarkan rambutnya tergerai bebas membuatnya terlihat semakin stylish.

Sebenarnya mau memakai outfit apapun, dengan ataupun tanpa make up Mishelia memang sudah cantik, tapi dirinya tidak pernah percaya diri dengan penampilannya dan harus diyakinkan berkali-kali agar dia percaya diri.

"Udah cakep," jawab Immanuel apa adanya.

Mishelia memasukki kamarnya untuk melihat kembali penampilanya, kemudian dia keluar membawa opsi outfit lain yaitu dress selutut. "Bagusan mana Man kalau pakai ini?"

Immanuel menghela nafas. "Bagus semua Shel, lo itu cocok pakai semua outfit," sahut Immanuel jujur.

Mishelia menatap Immanuel dengan serius. "Lo ngomong gini biar cepet kan?" selidik Mishelia.

"Ya Allah Mishelia, mau dandan kaya apapun, lo itu udah dasarnya cantik. Jadi mau penampilan kaya gembel aja, lo itu cantik," lontar Immanuel, "lo ganti lagi, gue tinggal, sumpah gue jadi truth Issue kalau lo bilang sebentar pas mau dandan. Sebentarnya lo tuh bisa gue tinggal keliling dunia dulu," lanjutnya.

Mishelia memberengut kesal, dia memasukkan baju yang dia bawa ke kamar lalu dia segera mengunci kamar tersebut. "Udah ayo berangkat, lo itu kaya si Restu sukanya marah-marah mulu, gak kaya si Michael. Sebenernya lo tuh kembarannya Restu atau Michael sih," dumel Mishelia.

"Gue gak marah Mishelia," bela Immanuel tidak terima.

Mishelia berjalan meninggalkan Immanuel. "Lo mau pergi atau gue kunciin di rumah gue," teriak Mishelia diambang pintu. Mishelia sudah memegangi gagang pintu rumah dan seakan ingin menutupnya. Melihat tingkah Mishelia, Immanuel segera bangkit dari sofa ruang tamu Mishelia. Immanuel menggelengkan kepalanya karena heran dengan tingkah Mishelia.

Masalah tidak sampai di situ saja, ternyata saat memasukki mobil Immanuel, alarm ponsel Mishelia berbunyi dan membuat dia terkejut seketika. "Imman! Gue lupa, hari ini gue ngisi seminar," katanya panik.

Immanuel memakai safety belt dengan santai. "Lo ngisi jam berapa?" tanya Immanuel.

"Jam 19.30 WIB, jam segitu acara penobatan duta udah mulai kan?" tanya Mishelia yang disambut anggukan Immanuel sebagai jawaban.

"Ih terus gimana, Man?"

Immanuel berpikir sejenak. "Gampang, lo ngisi seminar dulu terus durasinya lo batasin, misalnya dibatasi 3 penanya aja, nanti setelah ngisi seminar kita baru berangkat ke tempat penobatan," saran Immanuel.

"Ya tapi kalau acara Michael udah selesai gimana?" tanya Mishelia kembali.

"Acara kaya gitu tuh lama Shel, santai aja. Ada sambutan-sambutan, belum catwalk peserta, dan lain-lain, telat gapapa penting dateng kan," balas Immanuel.

Bukan Dia Yang Kau RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang