Different

34 13 61
                                    

"Setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda, penyelesaian masalah yang berbeda, dan juga sikap yang berbeda, wlaupun dia anak kembar sekalipun. Jadi, kamu tidak bisa memukul rata karakter manusia."

~~~

Sudah satu jam lebih Mishelia dan Restu memutari Mall, tapi kado yang dia cari tidak kunjung dia dapatkan, yang berakhir Mishelia mengajak Restu untuk mampir dahulu ke marugame udon yang terletak di Hartono mall.

"Apa gue nelfon iman dan takwa aja ya?" monolognya sembari mengunyah makanan yang masih bisa didengar oleh Restu.

"Ngapain Neng?" tanya Restupenasaran.

Mishelia menyeruput minumnya sejenak. "Bisnis," katanya singkat.

Beberapa menin setelahnya telepon itu tersambung, Mishelia tersenyum lebar. Yang Mishelia sukai dari Immanuel adalah dia sangat fast respon jika Mishelia hubungi, walaupun kadang sikapnya suka membuat Mishelia naik darah, tapi Immanuel tetap bisa dia andalkan menjadi Call Center dadakan dibandingkan Restu dan Michael.

"Iman dan takwa, assalamualaikum," ucap Mishelia dengan semangat.

"Waalaikumsalam, apaan?"

"Man, gue mau tanya, kalau gak lo jawab nomor lo gue blokir, sosmed lo gue blokir, dan gue gak mau ketemu lo lagi seumur hidup gue," ancamnya tiba-tiba.

"Ngeri amat Shel, berasa kepergok selingkuh gue," sahut Immanuel bergidik.

Mishelia terkekeh. "Udah buruan, lo mau kado apa? Gue udah gak sanggup mikir sendiri, si Restu gue ajak ke Mall buat nyari kado malah jadi beban doang, mana banyak gak taunya," tukas Mishelia.

Restu mendelik tajam saat mendengar penuturan kelewat jujur dan pedas dari Mishelia.

Immanuel berpikir sejenak. "Ya seikhlasnya."

"Gaada opsi itu, cepet sebutin minimal 500K harganya, gue itung sampai tiga,"

"Satu,"

Di seberang telepon, Immanuel menjadi panik seketika, karena dia tidak pernah berekspektasi untuk menyebutkan kado yang dia inginkan dalam 3 angka hitungan mundur. "Shel bentar gue mau mikir!"

"Dua,"

"Bentar, astaga."

"Ti ...,"

"Jam tangan woy jam tangan," jawab Immanuel heboh. Dia menyebut jam tangan karena baru saja melihat Michael mengenakan jam tangan.

"Nah pintar, kembaran lo juga suka jam tangan?" tanya Mishelia.

"Enggak, dia suka parfum, nanti gue kasih fotonya," jawab Immanuel.

"Sip, anak pintar," puji Mishelia kemudian mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Restu menatap Mishelia datar. "Emang gila ya lo, Neng," katanya.

"Loh, gila kenapa?" tanya Mishelia bingung.

"Ya lo mikir lah, udah mau ngado orang, orangnya suruh request sendiri, mana tanya request kadonya udah kaya orang mau malak lagi, ah bukan mau malak, lebih ke kaya lagi dapat uang kaget yang durasinya mau habis itu loh. Seketika gue bayangin komuk panik dari Immanuel," tutur Restu.

Mishelia tertawa. "Iya juga ya, yaudah ayok nyari jam sama parfum buat mereka." Ajak Mishelia.

~~~

"Ah elah, lo ngapain milih jalan sini sih, macetnya bisa dibuat umroh dulu," omel Mishelia pada Restu. Setelah keduanya membeli kado dan kue ulang tahun untuk Immanuel dan Michael, Mishelia dan Restu bergegas menuju ke Mie Gacoan, tempat yang Mishelia pilih untuk bertemu dengan anak kembar itu.

Bukan Dia Yang Kau RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang