The Nightmare

351 7 0
                                    

Shy Boss Baby
November 2023
8.45

Vancouver, Kanada|April 2022

Memiliki orangtua, sandaran untuk berpulang, rumah untuk berlindung, payung untuk berteduh. Sekitar 4,3% anak berumur 0-17 tidak memiliki salah satu orang tua atau kedua orangtuanya. Di negara besar Eropa, seperti Kanada anak seperti itu akan berakhir ditempat "penampungan" atau dikenal sebagai panti asuhan.

Tidak ada yang menyukai keputusan tersebut, anak-anak maupun panti asuhan yang merawat mereka. Meraka lebih suka jika ada malaikat tak bersayap datang mengadopsi, menghujani kasih sayang dan cinta tanpa syarat tak terbatas.

Namun, bagaimana jika kedua orangtuanya masih hidup dan sehat? Namun menolak keberadaan anak karena alasan yang namanya uang.

Adalah Loysa Yeh, gadis keturunan Taiwan yang berakhir tinggal di panti asuhan sejak kecil. Pada usia 6 tahun, orangtuanya masuk penjara dan rehabilitasi karena menelantarkannya serta penggunaan obat terlarang. Meski kedua orangtuanya masih lengkap, namun ia tidak bisa merasakan kasih sayang itu.

Dan sepertinya, menjadi seorang anak keturunan Asia menjadi sebuah dosa bagi mereka yang menutup mata dan minim empati akan rasa kemanusiaan di negara besar Eropa.

Salah satu alasan Loysa tidak diadopsi sampai saat ini, terlahir dari orang tua Asia tidak mudah mendapatkan pengakuan untuk dijadikan anak. Berkulit terlalu putih menjadi alasan Loysa mendapatkan perlakuan buruk di lingkungan sekolahnya.

Kerasnya hidup memaksa Loysa menjadi kuat dan mandiri. Menutup mata akan bully yang dialami sejak kecil, Loysa mampu melewatinya hingga ia remaja.

Setiap sekon, menit, jam, bulan dan tahun yang berlalu, Loysa dalam usaha merencanakan masa depan. Diusianya yang menginjak 17 tahun ini, ia gencar mencari pekerjaan. Terlepas dari belenggu rasa kasihan dan ingin hidup bebas dengan kemandirian.

Namun usia legal itu masih belum cukup dan menjadi penghambat bagi Loysa.  Pemerintah hanya memberi izin mereka bekerja paruh waktu dengan jam kerja yang dibatasi.

Tiap sen yang diperoleh Loysa menjadi sangat berharga untuk ditabung. Loysa mengumpulkan setiap pundi sen menjadi dolar, dengan harapan jika uang tersebut akan menjadi bekalnya saat meninggalkan panti asuhan nanti.

Memiliki kecerdasan otak diatas rata-rata, membuat Loysa selalu mengusahakan untuk memperoleh beasiswa. Termasuk ketika ia memasuki JHS.

Pada suatu kesempatan yang sangat amat tidak akan pernah terjadi bagi siapapun, Loysa mendapat pekerjaan sebagai seorang maid. Awalnya ia ragu untuk menerima, tetapi atas paksaan dan tawaran menggiurkan gaji dari pekerjaan tersebut, Loysa memulai karir sebagai maid.

Loysa menyadari bel sekolah dibunyikan, pertanda jika waktu belajar sudah siap. Segera ia merapikan buku dan tasnya, bersiap untuk pulang.

"Kau banyak melamun hari ini?" Tepukan pada bahunya mengalihkan tatapan Loysa kepada laki-laki tampan yang jongkok disisi meja. Teman sekelas juga teman terdekat Loysa, pria berambut pirang dengan garis wajah yang tegas khas Eropa.

"Aku bahkan bingung sedang memikirkan apa" Loysa tidak mungkin mengatakan jika ia teringat masalalu kelamnya dengan kedua orang tua yang sedang dipenjara.

Tidak satupun yang tahu, semua orang mengenal Loysa anak yatim piatu dari panti asuhan. Mungkin akan lebih buruk perlakuan teman-temannya jika sampai mengetahui Loysa anak pasangan narapidana.

Pria bernama Allan itu beriringan dengan Loysa meninggalkan ruangan kelas. Tawaran tumpangan dari anak lelaki itu ditolak Loysa. Ia belum memberitahu Allan tentang pekerjaannya selama tiga bulan terakhir, yang sudah menjadi seorang maid.

SHY BOSS BABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang