Setra -1

4K 293 22
                                    

𝐍𝐚𝐬𝐞𝐭𝐫𝐚 𝐀𝐟𝐚𝐝𝐥𝐲

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚!!

...


Lofa melempar tubuhnya di sofa dengan wajah lelah. Pemuda itu memukul-mukul dengkulnya yang pegal karena kelelahan berdiri antri di supermarket tadi. 

"Cape banget belanja begituan. Pantes Bunda suka misuh-misuh kalo abis belanja," keluh Lofa dengan wajah lesunya. 

Tak lama berselang Setra datang dengan tiga kantung besar belanjaan di tangannya. Wajahnya menyiratkan jika anak itu tengah kesal akibat disuruh mengangkat belanjaan yang tak main-main beratnya.

Begitu sampai di dekat sofa, Setra mendengus sembari meletakkan belanjaan itu dan ikut melempar tubuhnya tepat di sebelah Lofa. Lofa yang notabenenya memang tak terlalu suka dekat adiknya itu pun langsung menatap tajam Setra. 

"Ngapain lo deket-deket bocah! Udah dibilangin juga jangan deket-deket gue!" kesal Lofa sambil mendorong kaki Setra dengan kakinya. 

Setra yang menyadari kakaknya kesal pun menggeser sedikit tubuhnya. 

"Cuma deket dikit juga. Gue juga bukannya punya penyakit menular ini," ucapnya Setra kesal. 

Ia memang sudah terbiasa dengan perilaku kasar sang kakak padanya. Tapi, walaupun begitu tak jarang Setra merasa sakit hati juga dengan berbagai ucapan serta perilaku kasar Lofa. 

Dari dulu Lofa itu memang tak pernah suka di dekatnya, kata Bundanya sih waktu kecil Setra yang hiperaktif pernah dua kali melempar wajah Lofa dengan pasir dan tanah. Lofa yang saat itu memang menentang keras adanya adik bungsu langsung tak suka pada Setra dan sejak saat itu pula lah Lofa tak pernah mau dekat-dekat dengan Setra. Katanya sih takut menyusahkan. 

Beberapa detik kemudian suasana ruang tamu jadi hening. Setra yang duduk agak jauh memperhatikan sang kakak sembari menilai situasi dan kondisi. Ia sedang ingin berbicara dengan Lofa, namun agak takut juga kalau nanti khodam Maung-nya keluar tiba-tiba. 

"Em.. Bang, gue mau ngomong sesuatu deh.." ucap Setra setelah mengumpulkan keberaniannya. 

"Mau ngomong ape lo?" tanya Lofa dalam keadaan menutup mata setengah tidur. 

"I-itu.. Lo kan KaKel nih, besok gue kan baru masuk sekolah, lo boncengin gue lah ya? Kita barengan gitu?" ucap Setra dengan nada ragu. Lofa yang tadinya menutup mata langsung bangun dan menatap tajam Setra. 

"Apa lo kata?! Nggak mau pokoknya gue! Lo kan tau gue nggak suka deket-deket lo, lagian juga apa susahnya minta dianterin pak Muh dulu. Mandiri lo! Jangan nyusahin gue!" tolak Lofa mentah-mentah, Setra terlihat sedih mendengar itu. 

"Hari pertama doang bang, gue pengen bareng lo. Gue nggak mau dianter supir.  Itu beda." ucap Setra melas. Wajahnya ketara sekali ingin dituruti Lofa. Namun apakah Lofa peduli? 

Oh, tentu saja tidak! 

"Sekali gak tetep nggak. Titik!" Setra langsung cemberut mendengar itu. 

Lofa tentu saja menolak mentah-mentah permintaan Setra. Sedari kecil sampai saat ini ia tak mau terlibat dengan yang namanya Nasetra Afadly. Dulu saja sebelum ditinggal berdua Lofa sempat ngekos karena ingin tinggal jauh dari anak itu. Ia tak suka lama-lama berada di jarak yang dekat dengannya. Bisa-bisa emosi terus dia. 

"Ck, pelit lo bang! Awas aja lo kalo butuh sama gue nggak akan gue tolong. Liat aja entar!" 

Karena kesal ditolak mentah-mentah oleh Lofa, setelah mengucapkan itu Setra langsung pergi ke kamarnya yang di lantai dua. Ia tak peduli pada belanjaan yang masih belum dibereskan. Biar saja si aki-aki itu yang membereskan, lagian Lofa juga nyebelin kok, mana mau Setra baik-baik bantuin dia. 

Paginya Lofa benar-benar meninggalkan Setra. Pemuda itu sungguh-sungguh dengan ucapannya tadi malam, terbukti Pak Muh yang tadinya diberi libur sudah ada di depan rumah dengan mobil silver milik ayah Setra. 

“Terpaksa deh gue bareng sama pak Muh..” keluh Setra kala melihat mobil yang sudah siap dikendarai dihalaman rumah. 

Perjalanan pun berlalu dengan Setra yang sibuk menggerutu dan Pak Muh yang sibuk menyetir. Tak butuh waktu lama, akhirnya kaki Setra sudah sampai di sekolah yang sudah didaftarkan oleh Ayah dan Bundanya. 

Setra berjalan seperti biasa di koridor. Omong-omong ini masih pagi, dan sekolah pun masih agak sepi. Salahkan saja Lofa yang membuatnya bangun di pagi buta sebab tak ingin ditinggal, yah walaupun tetap ditinggal juga sih. 

Baru hari pertama Setra sekolah katanya kegiatan upacara ditiadakan dahulu sebab kebetulan lapangan sedang dalam tahap renovasi. Hal itu cukup menguntungkan bagi Setra tentu saja, lagipula walaupun upacara diadakan ia tetao tak akan ikut sebab Ayah Bundanya melarang keras kegiatan yang langsung berhadapan dengan sinar matahari itu.

Omong-omong tubuh Setra itu memang agak berbeda dengan kakaknya. Meskipun Setra anak yang hyper sejak kecil, tetap saja itu tak menutup fakta jika Setra bertubuh lemah. Anak itu dahulunya lahir prematur, dan itu membuat tubuhnya berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Maka dari itu orang tuanya juga sangat menjaga Setra, dan itu jugalah penyebab Setra izin tak melaksanakan MOS. Ayah Bundanya khawatir terjadi sesuatu pada bungsu mereka. 

Dan Setra? Tentu saja ia hanya bisa pasrah. 

"Aduh, susah bener sih nyari kelas gue. Perasaan dari tadi nggak nyampe-nyampe." Setra menggerutu tak jelas sebab ia merasa tersesat. 

Anak itu mengitari lorong yang sangat senyap, ketika ia hampir menaiki tangga untuk mencari tahu ada apa dilantai atas, tiba-tiba tangannya di cekal seseorang. Otomatis Setra langsung menoleh melihat siapa yang mencekal tangannya. 

"Loh abang?" 

"Ngapain lo disini? Bukannya ke kelas lo juga!" Lofa berucap sedikit keras. Hal itu membuat Setra mendelik tak terima. 

"Ya lo kan ninggalin gue tadi pagi. Udah tau juga punya adeknya buta arah, masih aja lo tinggal-tinggal di tempat baru!" kesal Setra. 

Lofa menaikkan sebelah alisnya mendengar nada kesal Setra. "Terus gue peduli gitu? Lagian siapa yang lo sebut adek gue?" tanya Lofa. 

"Menurut lo emang siapa lagi? Ya gue lah!" sentak Setra marah. Biasa sih kalau abangnya tak mengakuinya, tapi bisa nggak sih di situasi biasa? Ini Setra lagi kesel loh. 

"Lo jangan ngimpi jadi adek gue. Lo tuh cuma anak Ayah sama Bunda, nggak berarti lo jadi adek gue!" ucap Lofa dengan nada yang ditekankan. 

"Yaudah, ayo ikut gue sekarang!"

Setra yang mendengar itu terdiam sejenak setelah mendengar ucapan sang kakak. Dia itu memang keterlaluan jika berbicara. Namun walaupun begitu tak ayal Lofa menarik tangan Setra untuk mengikutinya. Meski dasarnya ia tak ingin dekat-dekat dengan Setra, tapi siapapun tak akan membiarkan seorang remaja yang kebingungan seorang diri di lorong khusus Lab sains dan beberapa ekskul. Lofa hanya tak ingin anak itu terlambat ke kelas di hari pertama dan berujung kena hukum. 

Oh tapi omong-omong, bagaimana keadaan Setra saat ini? 

Tentu saja anak itu kesal setengah mati, sesekali Setra juga menggerutu tak jelas dengan tingkah sang kakak yang sesukanya itu. 

"Dasar batu es! Dikiranya gue kuda apa di tarik-tarik!" gerutunya dengan suara kecil. 

Berharap saja Lofa tidak mendengarnya, karena jika sampai terdengar siap-siap saja dia akan kena omel kakaknya itu di rumah nanti. 

-

𝐊𝐚𝐩𝐚𝐧-𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚.

𝐒𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐭𝐢𝐦𝐞!!

NASETRA AFADLY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang