Setra-13

1.8K 165 27
                                    

𝐍𝐚𝐬𝐞𝐭𝐫𝐚 𝐀𝐟𝐚𝐝𝐥𝐲
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚!!

...

"Hari ini kita mau ngapain nih? Masa adem ayem sampe pulang?"

Bagas menatap sahabatnya Rangga yang baru saja bertanya entah pada siapa. Ketiganya saat ini masih ada di area kelas setelah jam pelajaran sejarah usai barusan saja.

"Gue lupa nggak bawa rokok. Mau nyebat pun kita baru keluar ruang BK kemaren gara-gara si Dongo Lofa." keluh Arsa sembari memainkan pensilnya bosan.

Bagas sebagai yang paling nakal diantara ketiganya menghela napas. Baru kemarin dirinya di jemput oleh sang ayah lantaran ketahuan merokok, dia di marahi habis-habisan oleh orang tua gila jabatan itu hingga ada adegan pukul segala.

"Badan gue masih sakit abis di tendang si banteng gila, gimana kalo kita bales dendam sana si Dongo Lofa aja?" usul Bagas dengan senyum liciknya.

Rangga dan Arsa menatap sahabatnya dengan sedikit rasa iba. Bagas memang sering di pukuli oleh orang tuanya jika ketahuan nakal, padahal Bagas juga nakal karena mereka yang terlalu mementingkan uang. Sejauh ini Rangga dan Arsa selalu menemani Bagas saat ingin melampiaskan amarahnya, dan saat ini berurusan dengan Lofa adalah salah satunya.

"Banteng bakal marah sama lo kalo misal kita bikin masalah sama Lofa dan di lapor lagi." Arsa menyahut. Ia yang paling rasional disini. Meski nakal harus tahu situasi, itulah motonya.

"Kata siapa gue mau balas ke si Dongo langsung?"

"Lah, terus mau ngapain lagi lo?"

Bagas menyeringai, "Kita ganggu Nasetra Afadly lagi!" ucapnya.

Rangga dan Arsa saling tatap. Mau apa mengganggu Nasetra? Terakhir mereka ganggu pun Lofa tak peduli, jadi untuk apa? Toh tak berpengaruh juga.

"Si Lofa nggak peduli sana tu anak. Lo siksa sampe mati juga Lofa nggak akan peduli. Percuma." ucap Arsa. Namun otak Bagas siapa yang tahu?

"Kalian tau nggak? Segimanapun benci seseorang, kalo lo udah terbiasa sama dia pasti bakalan sakit juga. Gue pernah denger cerita dari sepupu jauh gue Bang Bryan kalo dulu temennya benci gitu sama adeknya. Dan waktu ditinggal nyesel juga dia. Bahkan saking nyeselnya sampe temen bang Bryan sakit juga." jelas Bagas panjang lebar.

Tak banyak reaksi dari Rangga dan Arsa, keduanya sih setuju saja dengan rencana Bagas. Lagipula mereka yakin pasti Lofa tak akan peduli sampai repot membalas mereka. Jadi, bisa dibilang ini cara melampiaskan yang aman kan?

.

.

Setra melangkah menuju ke halte bis terdekat begitu pulang sekolah tiba. Anak itu berjalan dengan bersenandung kecil dan telinga tersumpal earphone hitam miliknya.

I will try..

To fix you~

Jalanan yang sepi membuat Setra bernyanyi dengan nyaman. Anak itu bahkan tersenyum dengan suasana hati yang lumayan baik.

"Untung ketemu batu es tadi pagi doang, jadi telinga bebas dari omongan pedes abang.." gumamnya.

Penyebab suasana hati yang baik itu memanglah karena tak bertemu Lofa seharian ini. Bukannya Setra tak mau bertemu abangnya, hanya saja bebas dari kata-kata pedas dan tatapan tajam Lofa adalah sesuatu baginya.

Langkah Setra berhenti tepat di halte terdekat, anak itu tersenyum melihat halte yang kosong dan terlihat luas itu.

"Asik, tempat duduknya kosong!" seru anak itu.

NASETRA AFADLY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang