Setra-14

1.8K 169 13
                                    

𝐍𝐚𝐬𝐞𝐭𝐫𝐚 𝐀𝐟𝐚𝐝𝐥𝐲

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚!!

...

Hal yang tak disadari Setra sejak dulu adalah kenyataan bahwa hanya dirinyalah yang berusaha keras memperbaiki hubungan kakak beradik ini.

Rasa lelah melanda batin Setra yang baru saja merasa lega sepulang sekolah tadi. Dari mulai dicegat Bagas yang kedua kali, diberikan tatapan tajam oleh abangnya sendiri, dan menaruh iri pada situasi yang tak pantas ia buat iri.

Setra akui jika dirinya sungguh Maruk. Setra mengharapkan hal yang lebih daripada yang ia punya. Dirinya yang sudah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua berani-beraninya mengharap kasih sayang Lofa. Namun, apakah salah mengharap kasih sayang dari saudara kandung sendiri?

"Harusnya gue nggak pernah mengharap lebih. Rasanya jauh lebih sakit daripada apapun." gumam Setra lesu.

"Disaat gue nanggung semuanya sendirian, bang Lofa sama sekali nggak peduli. Bahkan sedikitpun."

"Gue capek ngejar bang Lofa terus.. Gue capek lari-lari tanpa tau kapan berhenti.." Setra menangis pilu juga akhirnya. Dirinya yang selalu menutupi kesedihannya dengan tingkah jahil dan senyuman kini meneskan air mata sebagai wujud dari rasa sakitnya.

Tubuh yang sebetulnya penuh lebam itu kini bersandar penuh di balik pintu. Lelahnya anak itu akan hidup membuat fisik Setra  melemah. Bekas pukulan dan juga tendangan itu sakitnya masih berbekas, dan di tambah luka psikis membuat kesadaran yang Setra jaga sedari tadi berangsur menghilang begitu saja.

Mata Setra yang dibanjiri air mata menutup secara perlahan dibarengi dengan tubuhnya yang jatuh ke lantai yang dingin itu.

"Bisa nggak sih nggak bangun lagi kalo tidur? Gue pengen istirahat. Gue capek sama hidup."

.

.

Setra terbangun ketika kamarnya tak lagi terang seperti tadi sore. Penasaran akan waktu, Setra mengambil ponselnya dan melihat jam di sana.

"Baru jam 8. Kenapa harus bangun sih?" gumam Setra kesal. Mengusap kasar surai coklat tuanya.

Setra beranjak ke kamar mandi guna membersihkan diri, walaupun tengah dalam keadaan sakit Setra tetap ingat jika dia punya Metro yang harus dirinya beri makan.

Sekitar 5 menit kemudian Setra telah rapi dengan baju rumahannya. Anak itu menuruni satu persatu anak tangga. Tepat di anak tangga terakhir Setra menemukan Ibran yang terlihat ingin naik ke atas.

"Abang nungguin lo turun daritadi. Makan yuk? Abang tadi pesen KFC." ajak Ibran dengan senyuman khasnya. Kali ini suasana rumah telah sepi sebab Lofa dan Rion sudah berada di kamar Lofa.

Setra yang tak nafsu makan hanya menggeleng pelan.

"Mau minum susu aja nanti. Udah makan kok sama temen di luar, gue turun mau ngasih makan Metro aja." tolak Setra. Ibran terlihat menghela napas, namun tak ayal anak itu mengiyakan saja. Ia tak ingin memaksa.

Ibran mengekori Setra yang hendak ke taman belakang. Anak itu mengeluarkan Metro dengan hati-hati dan memberikan biawak itu makan.

"Gue tau kok lo selalu denger ketika Lofa ngomong hal-hal pedes yang nggak guna." Ibran mendudukkan dirinya di gazebo sembari melihat Setra yang lesehan di rumput.

Anak itu mengusap tubuh peliharaannya sembari menunduk tak berniat menjawab.

"Setra, gue tau lo nggak mau repotin abang lo. Lo bisa bilang ke gue kalo ada masalah, gue gantinya Lofa buat lindungin dan nemenin lo."

NASETRA AFADLY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang