Setra-2

2.9K 240 14
                                    

𝐍𝐚𝐬𝐞𝐭𝐫𝐚 𝐀𝐟𝐚𝐝𝐥𝐲

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚!!

...


Setra akhirnya bisa masuk tepat waktu berkat abang kesayangannya, yah meski harus merasa di seret dulu kayak kuda.

Sekarang jam sudah menunjukkan waktu istirahat, setelah tadi perkenalan singkat guru pelajaran hanya menjelaskan beberapa materi, dan selebihnya dia hanya bercerita panjang lebar mengenai pengalaman pendidikannya. Dan seperti biasa ketika masih SMP, Setra tak mendengarkan guru itu dan hanya fokus ngemil susu bubuk sachet yang ia bawa dari rumah.

Tunggu, susu bubuk?

Ya, Setra memang maniak susu bubuk dan itu sudah menjadi rahasia umum di SMP nya dulu. Beruntung sekarang ia belum kenal siapapun sehingga tak ada yang melaporkannya pada guru yang mengajar.

Oh ya, Setra memang datang sendiri dari sekolah lamanya. Hal itu di sebabkan karena teman-temannya lebih memilih ke sekolah biasa daripada sekolah elit. Ini pun sebetulnya Setra terpaksa.

"Huft, laper~" Setra mengusap-usap perutnya yang keroncongan.

Ingat, ini jam istirahat. Tapi ia yang tak tahu jalan ke kantin, mana abangnya nggak peka.

"Dasar batu es gila! Adek nya kelaperan juga, kenapa nggak ngajakin ke kantin sih?!" gerutunya dalam hati.

Huft

Tanpa Setra sadari sedari tadi ada yang memperhatikannya. Dari mulai dia yang nyemilin susu bubuk sampai saat ini. Orang itu tertarik pada sikap dan juga cara Setra melakukan sesuatu. Apalagi di bagian ngemil susu bubuk, dia bahkan sampai heran sendiri melihatnya.

Orang itu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Setra. Dia menepuk punggung Setra yang luruh entah karena apa.

Yang orang itu dapati ketika Setra berbalik menatapnya adalah wajah melas anak itu yang terlihat lucu. Sungguh membuatnya semakin tertarik saja.

"Lo mau ikut gue ke kantin nggak? Ini udah jam istirahat, gue tau lo udah laper kan? Sambil gue juga mau nunjukkin beberapa tempat ke lo, anggap aja lagi tur sekolah versi mini." ujarnya.

"Um, beneran nih mau tur mini?" tanya Setra memastikan. Dan begitu melihat orang itu mengangguk sembari tersenyum Setra langsung merasa senang.

Setra yang tadi bad mood langsung berbinar kesenangan. Wajah anak itu ketara senang sekali, dan detik itu juga Setra langsung mengangguk antusias hampir membuat orang yang tadi mengajaknya jantungan karena saking antusiasnya Setra.

"Kayaknya ni anak kelebihan vitamin deh. Tapi anaknya lucu juga. Unik." batin orang itu tertarik.

.

.

"Kenalin, Ardinata Gunadi. Panggil aja gue Ardi."

Setra menyambut tangan yang ingin menyalaminya dengan senyum antusias.

"Nasetra Afadly. Panggil aja Setra." ucap anak itu.

Ardi tersenyum melihat tingkah Setra yang lucu, apalagi wajah anak itu juga cukup mendukung. Sebenarnya ketika Setra perkenalan di kelasnya tadi Ardi langsung tertarik dengan Setra. Anak ini energinya terlihat tak terbatas, persis seperti adik sepupunya yang sama-sama berprilaku seperti Setra. Lucu saja kan melihat orang yang banyak tingkah.

"Oh ya ngomong-ngomong, kok lo masuk pas udah selesai MOS sih? Apa lo baru pindahan dari luar kota?" tanya Ardi penasaran.

Setra yang tadi terlihat berbinar begitu di sodorkan Bakso oleh bibi kantin langsung mengalihkan tatapannya pada Ardi. Anak itu diam sejenak bingung mau jawab apa.

"Gue diizinin sama Ayah Bunda nggak ikut MOS. Katanya gue nggak boleh ikut begituan, takut kenapa-napa." jawab Setra jujur.

"Oh.. Gitu. Gue kira lo baru pindah kota makanya telat masuk." ucap Ardi.

Ia mengangguk mengerti. Mungkin Ayah dan ibu Setra terlalu mencemaskan anak mereka, Ardi juga pernah kok menemukan orang seperti Setra di SMP nya dulu. Bahkan anak itu sangat di batasi ruang geraknya, gara-garanya sih katanya ada penyakit lemah jantung, jadinya ya begitu.

Setelah perkenalan singkat itu akhirnya keduanya melanjutkan makan. Setra tampak sangat menikmati Bakso kuah hitamnya, anak itu menambahkan lebih banyak kecap di Baksonya. Namun Ardi lihat-lihat anak itu berkali-kali menautkan alisnya entah karena apa, padahal tadi enjoy-enjoy aja. Hingga tak lama kemudian Setra merogoh sesuatu di saku seragamnya sembari tersenyum manis.

Ardi menatap heran dengan apa yang Setra lakukan selanjutnya.

"Eh, itu kok Bakso malah di tambah susu bubuk? Mana enak itu!" komentar Ardi heran. Masa ada orang makan Bakso kuahnya di campur susu, kan nggak enak jadinya nanti.

Setra menatap bungkus susu bubuk di tangannya. Kata siapa ini tak enak?

Anak itu tak langsung menjawab komentar Ardi tadi. Ia malah menyuap kuah Bakso dan terlihat puas dengan rasanya. Hal itu membuat Ardi menatapnya ragu.

"Segala makanan kalo ditambah susu bubuk tuh rasanya sulit di jelaskan. Enak banget tau! Lo mau coba?" Ardi langsung menatap ngeri makanan itu. Ia baru menemukan spesies orang yang anehnya macam anak ini.

"Nggak tertarik gue sama itu makanan. Lagian lo itu maniak susu bubuk apa gimana sih? Perasaan tadi di kelas susu bubuk, disini juga susu bubuk." seru Ardi. Ia benar-benar tak habis pikir pada orang yang baru di temuinya ini. Agak aneh, tapi kok menarik?

"Ini kebiasaan dari kecil. Gue itu suka banget sama susu bubuk. Makanya kemana-mana bawa ini. Dulu juga Bunda sama reaksinya sama lo, cuma lama-lama dia terbiasa sama gue. Lagian ini makanan nggak bahaya juga kok." tunjuknya pada bungkus kosong susu bubuk yang baru ia pakai.

Ardi menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "Lo unik banget deh Set. Gue takjub sama modelan kayak lo gini, baru nemu gue." ucap Ardi kagum.

Anak itu terkekeh. Ia benar-benar tak habis pikir dengan orang modelan Setra ini. Namun hal itu tak ayal membuat Ardi semakin tertarik pada sosok Setra. Menurutnya hari-hari sekolahnya yang membosankan akan lebih baik dengan kehadiran anak itu. Yah, setidaknya nggak lempeng-lempeng amat. Pasti ada aneh-anehnya juga.

"Set, mulai hari ini lo mau nggak jadi temen gue? Kita bisa jadi partner yang bagus keknya." Ardi tersenyum  menyodorkan tangannya mengajak berjabat. Mendapatkan ajakan itu tentu saja membuat Setra senang. Lagipula dengan adanya teman, kehidupan sekolahnya mungkin bisa berjalan lebih baik walaupun tanpa abangnya yang songong itu.

"Oke. Mulai hari ini kita temenan. Jadi, mari saling menguntungkan ya kawan baru!"

"Yap. Mari saling menguntungkan juga kawan baru!"

Dan keduanya pun berjabat tangan tanda bahwa mereka sekarang ini adalah teman. Entah akan bagaimana kedepannya kehidupan sekolah mereka, tapi jangan terlalu berharap pada hari-hari normal karena keduanya tak punya kata normal di diri mereka. Jadi siap-siap berdecak heran ya?

-

𝐊𝐚𝐩𝐚𝐧-𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚.

𝐒𝐞𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐭𝐢𝐦𝐞!!


Maapkeun kalo gaje yaa.
Maklum anak baru di cerita anak sekolahan. Jadi maapkeun yaaaw

NASETRA AFADLY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang