Setra-10

2K 158 14
                                    

𝐍𝐚𝐬𝐞𝐭𝐫𝐚 𝐀𝐟𝐚𝐝𝐥𝐲

𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚!!


...


Menghadapi kepergian yang tiba-tiba tentu tidaklah mudah. Rasa sedih yang dirasakan sering kali lebih menyakitkan dari yang dibayangkan. Dan hal itu jugalah yang kini terjadi pada Lofa dan Setra.

Ini baru hari ketiga setelah kepergian orang tua mereka. Rasanya sesak yang ada tidak mau hilang barang sebentar saja, sesak itu seolah adalah teman abadi bagi Lofa dan Setra. Mereka berdua tenggelam dalam luka.

"Makan ya? Kamu belum juga sembuh dari waktu itu, apalagi kamu juga nggak mau ke rumah sakit lagi." Bujuk Rey dengan raut melas.

Bukan apa, Rey tahu jika rasanya kehilangan penopang hidup memang sangatlah menyakitkan. Hanya saja keadaan Setra tak juga membaik, anak itu tetap sakit bahkan sampai tak bisa ke kamar mandi sendiri sekalipun.

"Om mau ke proyek nanti, kalo kamu nggak makan sekarang pasti kamu mggak akan mau makan sampai Om paksa lagi. Makan ya? Kasian badan kamu.." bujuk Rey dengan lembut. Namun yang di dapat oleh Rey hanyalah gelengan lemah serta mata yang berkaca-kaca.

"B-bawa Ayah sama Bunda kesini Om.. Setra mau mereka.." lirih anak itu.

Rey membuang muka. Keadaan Setra tiga hari ini sungguh sangat memprihatinkan. Anak itu terus menerus meminta Ayah dan Bundanya untuk kembali. Belum lagi Setra juga aktif menyalahkan dirinya atas kematian kedua orang tuanya yang tiba-tiba itu.

"A-abang bener Om. Setra yang udah bikin Ayah dan Bunda pergi. Setra yang salah.."

"Harusnya Setra larang mereka pulang hari itu.."

Rey meletakkan bubur yang tadi ia bawa dan memeluk Setra yang tampak kepayahan itu. Pengaruh ucapan Lofa sungguh membuat Setra merasa bersalah. Seolah takdir buruk disebabkan oleh dirinya, Setra terus menerus menyalahkan diri atas semua yang terjadi.

Dan Lofa? Anak itu bahkan tak peduli walaupun keadaan buruk Setra dialah penyebabnya.

"Kata siapa adik manis salah hm?"

Rey melepas pelukannya dan menangkup pipi Setra yang mulai tirus. Pria itu menatap si bungsu dengan tatapan sendunya. Sedih rasanya melihat mata kosong anak itu.

"Dengerin Om, semua ini takdir sayang. Apa yang dibilang sama Abang kamu itu nggak bener, abang kamu hanya masih belum nerima kepergian Lia dan Deni. Abang kamu nggak bener-bener nyalahin kamu sayang.." ucap Rey memberikan pengertian.

Mata Setra mengerjap seiring dengan air matanya yang mengalir deras. Anak itu sudah sering di berikan kata-kata seperti ini oleh Rey dan Ibran. Hanya saja, seolah kata-kata Lofa itu terlalu melekat pada dirinya hingga terus terngiang di otaknya.

Dirinya yang bersalah.

Ayah dan Bundanya meninggal karena Setra dan sakitnya.

Mereka menjadi yatim piatu karena ulah Setra.

Semua salah Setra.

Itulah yang Setra pahami hingga kini.

"Sayang.. Om Rey tau kok kamu sakit banget sekarang. Ini kamu pasti sakit banget," Rey menunjuk dada Setra.

"Tapi, kamu nggak boleh kayak gini ya? Kalo Lia dan Deni tau kamu kayak gini, pasti mereka sedih sayang.."

Rey mengusap lelehan air mata di pipi Setra dengan lembut. Pria itu tersenyum penuh arti pada si bungsu yang ia tahu sangat rapuh itu.

NASETRA AFADLY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang