⋆part 2

1.2K 151 10
                                    

Saat mereka akan pergi menuju asrama yang akan dihuni oleh Renjun. Tiba-tiba suara dering telepon masuk membuat Renjun menatap sang ayah.

"Ada yang nelpon yah?"

Yuta yang sedang memegang ponselnya mengangguk. "Sebentar ya, ini ibu kamu nelpon, ayah jawab dulu. Pak saya permisi sebentar ya." Izin Yuta dan dibalas anggukan oleh keduanya.

Tak lama Yuta kembali dengan raut tak enak. Renjun yang melihatnya langsung mengajukan pertanyaan. "Ada apa yah? Ibu baik-baik aja kan?"

"Renjun, kayaknya ayah gak bisa nemenin kamu. Ibu kamu nyuruh ayah pulang cepet. Gapapa kan?"

Renjun mengangguk lesu seraya tersenyum. "Gak apa-apa kok yah."

Yuta membalas senyuman anaknya lalu beralih menatap pak Sooman. "Pak, saya harus pulang. Saya titip anak saya ya pak, kalo ada apa-apa tolong hubungi saya segera. Istri saya nyuruh saya pulang cepet." Yuta sebenarnya merasa tak enak, namun mau bagaimana lagi. Ia juga khawatir meninggalkan sang istri yang sedang sakit meski ada yang menemani.

"Gapapa Yut, pulang aja, kasian istri kamu. Renjun biar saya yang jaga disini." Yuta kembali tersenyum lalu menghampiri Renjun dan memeluk tubuh sang anak. "Inget pesan ayah ya, kalo ada yang jahat sama kamu sampe kamu luka kamu harus laporin dia. Kalo ada yang ngatain kamu, kamu jangan sedih, karena kamu istimewa." Renjun hanya mengangguk dan membalas pelukan Yuta.

"Ayah pergi dulu ya sayang." Pamit Yuta yang sudah melepas pelukan, dan beralih mengecup kening Renjun sekilas.

"Pak, saya pergi ya." Tak lupa Yuta berpamitan juga pada pak Sooman.

"Iya Yut, hati-hati." Balas pak Sooman.

"Dadah Njun."

Renjun membalas lambaian tangan ayahnya yang sekarang sudah tak terlihat lagi oleh mata bayangannya.

"Nah, nak Renjun, ayo saya bantu bawain kopernya. Biar nak Renjun bawa tas aja ya." Pak Sooman menarik koper Renjun namun Renjun malah menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Saya aja pak, gapapa kok." Tolak Renjun karena ia merasa tak enak.

"Udah saya juga gapapa, ayo mending ikutin saya biar nak Renjun nanti bisa cepet-cepet istirahat." Akhirnya Renjun membiarkan pak Sooman yang mengambil kopernya.

⋆⋆⋆⋆⋆

"Ini kamarnya pak?" Tanya Renjun dan diangguki oleh si pria berkacamata.

Mereka berdua baru saja sampai di kamar nomor 129 yang berada di lantai 7 dengan menggunakan lift karena Renjun yang membawa banyak barang tidak memungkinkan jika mereka menggunakan tangga.

"Ini pin pintunya, itu juga bisa dijadiin kunci kalau lagi darurat. Ngerti cara pakainya kan?" Pak Sooman menyerahkan kartu dan langsung diterima oleh Renjun.

"Ngerti kok pak." Jawab Renjun.

"Nanti di dalem ada 2 lemari dan 2 kasur, yang kosong nanti nak Renjun isi. Sekitar jam 3 nanti anak-anak pada pulang dari sekolah, mulai besok nak Renjun bisa mulai masuk kelas. Udah tau kan di kelas yang mana?"

Renjun mengangguk, karena sebelumnya ia sudah diberi tau oleh ayahnya.

"Kalau begitu bapak pergi dulu ya, soalnya bapak masih ada kerjaan. Maaf gak bisa bantuin."

Renjun menggeleng sembari tersenyum. "Harusnya saya yang makasih sama bapak, karena bapak udah bawain barang saya. Maaf ya pak ngerepotin." Ujar Renjun dengan raut bersalah.

"Udah gak apa-apa. Bapak pergi ya."

Renjun kembali mengangguk sambil menatap kepergian pemimpin asrama dari  lantai 7. Setelah dirasa ia tak dapat melihat bayangan pria berkacamata itu. Renjun mencoba memasukkan pin yang ada di kartu yang diberikan pak Sooman tadi.

Cklek

Dalam satu kali percobaan Renjun dapat membuka pintu kamar yang akan segera menjadi kamarnya juga. Ia masuk sambil menarik koper dengan ukuran besar dan juga tote bag bergambar moominnya.

Saat Renjun masuk, ia dapat merasakan suasana kamar gelap, karena gorden yang tertutup dan lampu yang tak dinyalakan. Ia meletakkan barang-barangnya lebih dulu, lalu tangannya mencoba meraba dinding yang berada di samping pintu karena biasanya saklar lampu berada di sana. Dan gotcha!

Lampu pun menyala memperlihatkan isi kamar yang cukup luas. Renjun kembali menyeret kopernya berjalan kearah sisi kanan kamar.

"Kayaknya disini deh, soalnya lemari yang ini masih kosong." Monolog Renjun saat membuka lemari berukuran cukup besar yang terletak di samping kasur.

Maniknya kembali menelusuri setiap sudut kamar yang terlihat cukup rapi, tapi saat ia melihat kesebelah kiri, ia bisa menilai bahwa teman sekamarnya memang cukup nakal. Terlihat dari lemari yang penuh stiker aneh berbeda dengan lemarinya yang bersih dan terlihat baru. Atau memang baru?

"Ah mending beres-beres dulu. Cape banget pengen tidur." Renjun dengan tenaga yang seadanya membuka koper dan memasukkan baju dan barang-barangnya yang lain kedalam lemari, juga menyusun buku di meja belajar yang terlihat kosong.

Setelah selesai, maniknya kembali mengedar. Saat melihat keberadaan sapu ia berjalan lunglai dan menyapu wilayahnya yang terlihat berdebu. Tubuhnya membungkuk untuk menyapu kolong kasur, namun melihat banyak bungkus snack dan kaleng soda ia menggeram kesal.

"Ish, kirain beneran rapi, eh ternyata sampahnya disembunyiin disini!" Dengan terpaksa Renjun memungutinya dan membuangnya kedalam tong sampah yang ada disudut kamar.

Setelah kamar itu benar-benar rapi. Renjun segera membongkar tas moominnya dan membawa kotak kecil yang entah apa isinya.

Merasa sudah selesai, Renjun menyimpan kotak itu kembali di tasnya. Lalu merebahkan tubuhnya dan tak lama dengkuran halus pun terdengar.

⋆⋆⋆⋆⋆

"Mmhh"

Suara bising dari luar kamar terdengar cukup keras oleh pendengarannya, membuat lelaki yang sedang tertidur itu terganggu dan terbangun dari tidurnya.

Kelopak matanya yang baru saja terbuka langsung menatap kearah jam yang terpasang di dinding.

"Jam 3?!" Seru lelaki itu terkejut.

Dengan cepat ia meraih tas moomin juga baju untuk ia berganti saat selesai mandi.

Untung saja disetiap kamar disediakan kamar mandi. Jadi ia tak perlu repot keluar kamar hanya untuk membersihkan diri.

⋆⋆⋆⋆⋆

Cklek

Pintu kamar mandi pun terbuka berbarengan dengan terbukanya juga pintu kamar.

Keadaan hening seketika saat kedua pasang manik itu saling bertatapan.

Namun si lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi mengalihkan wajahnya dan berjalan cepat kearah wilayahnya.

Lelaki lainnya yang baru saja masuk nampak tak peduli dan memilih untuk menyimpan tasnya lalu pergi ke kamar mandi.

"Untung aja tepat waktu." Monolog lelaki dengan piyama moominnya.

TBC

rame, lanjut
sepi,  unpub

















































canda.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang