⋆part 10

850 114 18
                                    

"Ughh..." Suara lirih Renjun langsung membuat seseorang yang semula duduk di kursi yang berada di samping ranjang UKS menjadi berdiri dengan raut khawatir.

Kelopak mata indah itu mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyoroti wajahnya. Kepalanya beralih menatap kearah seseorang yang sekarang tengah tersenyum tipis.





























































































































"Guanlin.......?"

Renjun berusaha untuk duduk dan segera di bantu oleh Guanlin untuk bersandar di sebuah bantal.

"Ada yang sakit Ren?" Renjun menggeleng menandakan ia sedang tidak merasa sakit, hanya saja kepalanya sedikit berdenyut, tapi tidak sesakit sebelumnya. Dan tubuhnya pun sudah berangsur mendingin, ia masih memakai seragam olahraga, begitupun Guanlin. Tunggu....

"Lo dari tadi disini? Sekarang bagian pelajaran apa? Kok gak ke kelas?" Beberapa pertanyaan Renjun layangkan pada Guanlin yang hanya berdiri diam. Memang sedari tadi Guanlin berdiam di uks untuk menjaga Renjun. Kebetulan uks sedang tak ada yang menjaga. Dia juga lah orang yang membawa Renjun kesini. Entah kenapa dirinya tiba-tiba tergerak untuk membantu pemuda itu. Yang pasti hati nya berdenyut sakit melihat tubuh Renjun yang lemas tak sadarkan diri.

Guanlin pun menggeleng. "Gue dari tadi disini, sebelum kesini gue udah bilang kok ke ketua murid buat izinin kita. Gue juga gak mungkin ninggalin lo disini sendiri."

Renjun kemudian tersenyum menatap Guanlin. "Makasih ya Guanlin."

Selepas mengucap terimakasih Renjun terbatuk.

"Nih minum dulu." Ujar Guanlin menyodorkan sekotak susu strawberry yang sudah di buka.

Dengan senang hati Renjun menerima dan meminum cairan manis itu hingga ke sedotan terakhir.

"Lo tadi kenapa bisa pingsan?"

Renjun mendadak lesu mengingat dirinya yang pingsan hanya karena 2 kali berlarimengelilingi lapangan. Lemah bukan? Bahkan siswi perempuan pun mampu berlari lebih dari itu.

"Gue gak bisa lari terlalu lama. Gue gampang kecapean. Gue gak bisa terlalu lama kena panas. Gue lemah Lin... Lemah..." Guanlin sontak melotot melihat bulir air yang luruh membasahi pipi putih berisi itu. Tubuhnya reflek untuk mendekap tubuh Renjun yang bergetar. Ia tak tau apa yang terjadi pada Renjun. Yang pasti ada sesuatu yang Renjun alami hingga ia berbicara seperti itu. Ia pun bingung untuk menimpali perkataan Renjun karena ia belum tau penyebab semua ini. Yang bisa dia lakukan hanya memeluk mengelus punggung sempit itu sambil berbisik menyemangati raga yang tengah bersedih, tanpa tau bahwa seseorang tengah memperhatikan dari balik jendela dengan wajah tanpa ekspresi.

⋆⋆⋆⋆⋆

Di atas atap sekolah, Haechan duduk memandangi langit dengan bibir yang mengapit batang nikotin dan ponsel menyala tergeletak di sampingnya menampilkan ruang chat yang menunjukkan waktu kemarin.

Pandangan begitu lekat melihat langit yang begitu cerah seolah terbalik dengan perasaan yang kini berkecamuk resah.

Batang nikotin yang telah memendek pun ia lempar dan injak membuat tembakau yang menyala merah itu sektika padam. Lalu kemudian ia apit lagi batang baru. Namun, saat ia akan menyalakannya dengan pemantik, batang rokok itu hilang begitu saja karena di rebut oleh seseorang. Ia pun segera menoleh untuk melihat siapa orang yang baru saja mengganggunya.













































































































"Ren....."

"Kata ibu ngerokok itu gak baik. Kamu mau paru-paru kamu rusak?"

"Kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang. Kamu jangan mau sakit, mendiㅡ uhmmphh"

Jari yang semula memegangi rokok kini beralih mencengkram seragam Haechan yang kini tengah melumat bibirnya kasar. Nafasnya seolah berhenti karena terkejut menerima ciuman itu. Pinggangnya pun di dekap erat. Ciuman yang acak seolah menyalurkan perasaan Haechan yang sedang tak menentu. Lumatan ganas itu perlahan memelan lalu terlepas dengan Haechan yang segera menyembunyikan wajahnya di leher Renjun. "Maaf..." Ujarnya lirih pada Renjun yang masih mematung.

Tak lama butiran air berjatuhan dan makin lama menjadi deras membuat tubuh keduanya terguyur basah.

Namun posisi mereka yang berpelukan seolah membuat mereka tak merasa terganggu oleh dinginnya air hujan di tengah langit yang semula cerah itu.

Dan keduanya terdiam membisu tak berniat untuk beranjak saat rasa nyaman melingkupi diri keduanya.




TBC

Jelek banget anjir, apaan ini coy (。ŏ_ŏ)

Sorry pendek, lagi buntu :(




Janlup vote dan komen biar semangat update! Kalo mau follow akun ini juga boleh ^_^

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang