⋆part 11

1.3K 113 10
                                    

WARNING! DI AKHIR CERITA JANGAN EMOSI YA 🙏🏻

Selamat membaca 😁

⋆⋆⋆⋆⋆

Air yang berjatuhan membasahi kota bandung sore ini terpantau reda berganti dengan langit berwarna jingga yang menemani sore dua lelaki yang kini tengah bersantai di pinggiran laut.

Kedua tangan itu saling bertaut dengan pandangan keduanya yang lurus menatapi ciptaan Tuhan yang indah tiada dua.

Siang tadi, keduanya memutuskan untuk membolos karena seragam basah dan juga suasana hati yang sedang tak berkenan untuk belajar.

Renjun yang memang tadi menghampirinya meminta untuk ikut membolos tanpa peduli resikonya nanti.

Di tengah hujan keduanya begitu mesra dengan Renjun yang memeluk pinggang Haechan dan kepala yang ia senderkan di punggung tegap itu.

Haechan tak merasa keberatan, malahan hatinya malah berdesir aneh ketika tangan kecil itu melingkar di perutnya.

Rasa ini, rasa yang tak pernah ia rasakan. Bahkan saat ia sedang bersama Yuna ㅡmantan kekasihnya.

"Kalau kamu mau cerita, aku siap kok dengerin semua cerita kamu."

Sebenarnya Haechan merasa tak perlu jika harus menceritakan semua yang telah ia lalui. Tapi karena Renjun yang mengajukan untuk mendengarkan ceritanya. Dia pun bersedia menceritakan semua yang terjadi kemarin.

Flashback

Pertanyaan pertanyaan berterbangan di pikiran saat mengingat perkataan penjual nasi tadi.

Tempat itu memang tempat yang sering ia kunjungi bersama Yuna bila mereka ingin mengisi perut. Jadi tak heran bila penjual itu mengenali keduanya.

Tapi mendengar Yuna kesana bersama lelaki lain ia merasa dibohongi. Kenapa Yuna tak bilang saja jika dia memang sedang ingin makan? Padahal Haechan mau-mau saja, toh Yuna memang kekasihnya.

Rentetan pesan yang ia kirimkan pun sama sekali tak dibaca, padahal sang kekasih adalah orang yang fast respon apalagi jika menyangkut pesan darinya.

Tapi kemana dia? Waktu sudah menunjukan jam 10 malam. Bahkan Renjun pun sudah terlelap sekarang.

Kesal karena tak mendapat jawaban Haechan memutuskan untuk pergi ke asrama sang kekasih untuk memastikan bila perempun itu ada di sana.

Jalanan sepi ia lewati dan sampailah dia di depan sebuah gedung tinggi. Bersamaan dengan motornya yang terhenti, ternyata dari arah belakang ada sebuah motor juga yang akan berhenti namun tiba-tiba menyala kembali.

Dengan cekatan Haechan menghalangi motor itu saat tau siapa orang yang sedang berada di kursi belakang.

Saat motor berhenti sempurna Haechan segera menarik tangan perempuan itu tak peduli bila nanti ia akan terluka dan terjatuh.

"Eh lo sama cewe jangan kasar dong anjing!" Lelaki yang mengendarai motor tadi mencekal tangan Haechan namun segera di hempaskan dengan tatapan tajam yang dilayangkan pada lelaki yang cukup ia kenal.

"Lo gak usah ikut campur sama urusan gue dan pacar gue! Lo gak berhak!" Ujar Haechan penuh amarah.

"Kenapa? Gue berhak kok, dia juga pacar gue!"

Cengkraman menguat membuat perempuan yang sedari tadi diam meringis sakit. "Akh Chan sakit lepasin!"

Haechan yang tersadar langsung melepaskan pengelangan tangan itu. Namun ia segera meraih bahu sang kekasih dan maniknya menatap lamat bola mata yang sedikit berair.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang