⋆part 6

972 130 18
                                    

"Kita pulang aja ya?"

"..."

Hembusan nafas putus asa kembali keluar dari hidung mancung Renjun yang sedang  berjalan di lorong rumah sakit menuju ruangan dokter yang akan memeriksa lukanya. Tangannya ditarik paksa oleh orang itu hingga mereka berdua sampai diruangan yang dituju.

"Dengan pasien bernama Renjun?" Tanya sang dokter yang melihat daftar pasien di papan jadwalnya.

"Ya, saya Renjun."

"Silahkan duduk."

Mereka berdua pun duduk bersebrangan dengan sang dokter yang terhalang oleh sebuah meja.

"Mempunyai keluhan apa?" Sang dokter membetulkan letak kacamatanya lalu menatap Renjun.

"Anu- s-sayaㅡ"

"Dia punya luka memar di pinggangnya dok." Ujar Haechan membantu menjawab.

"Ah, memar ya. Kalo begitu silahkan naik keatas sana dan tolong singkapkan bajunya. Saya akan memeriksa lukanya dulu." Pinta sang dokter. Renjun pun naik keatas ranjang pemeriksaan dan duduk menyamping disana.

"Chan...malu..." Cicit Renjun memegang lengan Haechan.

"Gausah malu, kan sama-sama cowo." Jawab Haechan sembari mengelus bahu Renjun.

"Silahkan tolong keataskan dulu kaosnya." Pinta sang dokter kembali, diiringi senyum lembut yang membuat Renjun nyaman dan akhirnya menyingkap kaosnya dan sang dokter pun memeriksa lukanya.

"Renjun nggak sakit nahan lukanya? Ini parah loh sampe ungu begini." Ujar sang dokter menatap luka Renjun.

"Sakit dok, tapi tadi lagi sekolah. Jadi ditahan aja." Ujar Renjun jujur.

Sang dokter pun mengangguk lalu berjalan mengambil peralatan untuk mengobati luka Renjun.

"Ditahan ya, rileks." Sang dokter mengambil kapas dan menuangkan alkohol, lalu mengusapkan kapas itu ke luka Renjun.

"Akh, p-perih!" Rintih Renjun meremat lengan Haechan kuat untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Lain kali kalau punya luka jangan di biarin, nanti bisa infeksi dan malah makin parah? Ada luka lainnya?"

Renjun menyodorkan sikunya yang juga memar dan sedikit robek. Dengan telaten sang dokter pun membersihkan luka itu lalu memberinya obat merah dan salep lalu di beri plester.

"Ini plesternya anti air, jadi aman kalo di bawa mandi. Nanti saya beri resep salepnya dan nama plesternya ya, kalau bisa setiap hari plesternya di ganti. Kalau nggak dua hari sekali juga gak apa-apa. Asal jangan lebih dari itu, oke." Jelas sang dokter lalu ia pun membereskan peralatannya dan beranjak untuk menuliskan resep obat.

"Ini resepnya, semoga lekas sembuh ya Renjun." Sang dokter menyerahkan secarik kertas sembari tersenyum.

Mereka pun keluar dengan Haechan yang membayar di loket urusan admisnistrasi.

"Makasih."

Haechan menoleh sekilas pada Renjun sebelum ia naik keatas motornya. "Hm, cepet naik." Renjun menuruti perkataan Haechan lalu motor itu pun melaju manjauhi area parkiran rumah sakit.

⋆⋆⋆⋆⋆

Setelah dari toko obat mereka bergegas menuju asrama karena langit sudah mulai menggelap menandakan malam akan tiba.

Dan mereka pun sampai di asrama saat senja akan hilang sekitar jam 5 lebih.

"Ren."

Renjun yang baru saja mengganti bajunya menoleh. "Ya?"

Haechan sedang duduk menyamping diatas kasurnya dan menghadap langsung kearah Renjun, raut datarnya tetap melekat disana, namun gurat bersalah pun tak luput terpancar karena kelalayannya yang membuat orang terluka. "Gue minta maaf karena gak sengaja nyerempet lo." Meski gengsi, tapi di keluarganya ia selalu diajarkan untuk meminta maaf katika melakukan kesalahan. Karena lelaki harus gentle, dan berani mengakui perbuatan.

"Hm gak apa-apa, toh kamu juga gak sengaja kan?"

Ranum itu terangkat membentuk sebuah senyum yang sangat indah di manik legam Haechan. Tutur katanya begitu lembut menyapa indra pendengarnya. Tak sadar lekaki itu ikut mengulas senyum tipis yang samar terlihat. Makin bersalah saja dirinya yang malah meninggalkan Renjun yang sedang kesakitan.

"Ah maaf maksudnya lo." Wajah Renjun sudah memerah malu karena ia salah menggunakan kata yang mana ia malah membuat dirinya dan Haechan seolah mempunyai hubungan dekat.  Ia tak ingin Haechan menganggapnya aneh dan menjauhinya.

"Gak usah minta maaf, kalo lagi sama gue, pake aku-kamu juga gapapa. Lo lebih nyaman pake itu 'kan?"

Wajah Renjun semakin memerah bagai kepiting rebus saat lelaki di hadapannya tersenyum lembut sembari menatap tepat pada maniknya.

Jantung Renjun berdegup kencang berbeda dari biasanya, ada apa dengan jantungnya? Apa ia terkena serangan jantung tiba-tiba?

Tak kuasa lama mengarungi samudera legam itu, Renjun mengalihkan pandangannya lalu berbaring membelakangi Haechan dan menyelimuti diri sambil berpura-pura memainkan ponselnya yang tak menyala.

Lelaki berzodiak gemini itu pun tersenyum tipis memandangi gundukan selimut disebrangnya.


⋆⋆⋆⋆⋆

Pagi ini Renjun keluar dari unit nya dengan wajah yang tertekuk karena dia terlambat bangun ke sekolah. Saat ia bangun pun teman sekamarnya sudah tak ada keberadaannya.

Kaki ramping pendeknya melangkah cepat keluar dari asrama dengan hati yang bergemuruh karena takut terlambat.

Tidak, ini hari keduanya. Renjun tidak ingin di cap sebagai siswa malas dan tak disiplin. Apalagi jika ayahnya tau, itu mimpi buruk.

"Renjun!"

Tubuh Renjun tersentak saat tiba-tiba ada orang yang memanggil namanya cukup keras. Ia menoleh dan menemukan orang berhelm tengah duduk di atas motornya yang masih menyala.

Renjun menyerngit. "Lo siapa?"

Orang itu membuka kaca helmnya dan memperlihatkan bagian matanya yang sedikit berkerut, yang ia tebak bahwa orang itu tengah tersenyum.

"Gue Jaemin." Jawab orang yang mengaku Jaemin dengan suara teredam karena helm menutupi area mulut nya.

"Oh Jaemin, ada apa?"

"Ayo naik."

Renjun terdiam menatap Jaemin. "Apa?"

"Ayo berangkat bareng, bentar lagi masuk!" Balas Jaemin sedikit berteriak.

Renjun pun karena takut terlambat akhirnya naik.

Tak terasa, akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah.

"Jaem, Jeno nya nanti marah gimana?" Ujar Renjun takut yang mana malah membuat Jaemin terkekeh.

"Gapapa, dia mah gak cemburuan." Ujar Jaemin lalu mengelus surai Renjun sambil tersenyum.

"Jaemin!"

TBC

Seru kaga sih?

Menurut kalian latarnya indo atau korea? Tolong batuan masukannya ya, biar nanti cepet apdet.

Janlup vote dan komen!

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang