"Hai, mau istirahat bareng?" Renjun menoleh dan menemukan lelaki yang bernama Guanlin tengah berdiri tepat disamping mejanya. Renjun bingung, ia baru kenal lelaki ini, tapi jika menolak Renjun merasa tak enak. Ia harus bagaimana?
"Gua maㅡ"
"Dia bakal istirahat sama gue."
Renjun menoleh lalu tersenyum, itu Jaemin, yang baru saja masuk dari pintu belakang kelasnya. Lelaki itu tampak berjalan kearah bangkunya dengan mata yang menatap tajam kearah Guanlin.
"Lo kenal dia Njun?" Tanya Guanlin, dia memastikan karena Renjun adalah murid baru, mungkin saja Jaemin hanya mengaku-ngaku 'kan?
Dengan raut gugup Renjun mengangguk. "Dia sepupu gue." Itu bukan Renjun, melainkan Jaemin yang menjawab.
Guanlin pun menatap kembali Renjun dengan raut seolah menanyakan apakah pernyataan Jaemin benar atau tidak. "Ya Jaemin sepupu gue." Jawab Renjun penuh keyakinan, yang padahal ia hanya mengikuti alur kebohongan Jaemin.
"Ayo istirahat, nanti keburu bel." Ujar Jaemin sembari meraih tangan Renjun, dan menggenggamnya, lalu membawanya keluar kelas meninggalkan Guanlin yang tengah menatap sengit kearah pintu dengan tangan terkepal.
Brak
Meja tak bersalah menjadi sasaran empuk kemarahan Guanlin. "Bangsat!"
⋆⋆⋆⋆⋆
Sedari tadi Renjun hanya diam, saat tubuhnya ditarik oleh Jaemin menuju cafetaria, sebenarnya ia tak bersama Jaemin saja, namun ada seorang lelaki lain yang mengekori mereka. Renjun tak tau siapa dia, wajahnya tampan, ditambah kulit putih dan hidung bangirnya. Sedari tadi lelaki itu hanya diam tak ikut menimbrung disaat Renjun dan Jaemin terlibat percakapan kecil.
Kini, mereka bertiga baru saja selesai mengantri mengambil makanan yang mereka ambil dengan cara mengantri. Mereka sekarang sedang mencari meja, tapi karena masalah tadi, istirahat mereka tertunda dan cafetaria pun menjadi penuh dan tak ada meja yang tersisa.
"Ck, mejanya penuh." Jaemin berdecak malas dengan mata yang masih menelisik berusaha mencari meja kosong yang tersisa.
"M-maaf gara gara gue, kita gak dapet meja." Renjun menunduk memegang nampan makannya dengan rasa bersalah.
"Udah Jun, gausah di pikirin lagianㅡ"
Perkataan Jaemin terhenti saat teman dekatnya berjalan meninggalkannya dan Renjun kesebuah meja yang diisi oleh sepasang lelaki dan perempuan.
"Cih, dasar. Ayo Jun ikutin gue." Jaemin berjalan lebih dulu dengan Renjun yang mengikuti dari belakang.
Mereka pun sampai disebuah meja. Jaemin duduk disebelah lelaki yang mengekori mereka tadi, dan Renjun duduk disebelah Jaemin, jadi posisi Jaemin berada di tengah.
"Jeno lain kali ngomong! Gue udah cari cari meja lo malah nyelonong sendiri." Ah, ternyata nama lelaki itu Jeno. Dia yang duduk disebelah Jaemin.
"Hm." Balas Jeno lalu menyumpit makanannya.
Terlalu asik bertiga hingga kedua orang yang berada dihadapan mereka pun diabaikan.
"Heh, gue ada disini ya. Kaya hantu aja gue." Celetuk si perempuan yang sedari tadi duduk di meja itu.
Jaemin menatap perempuan itu. "Eh ada Yuna, sorry gue ganggu. Lanjutin aja pacarannya, jangan anggap kita. Kita numpang ya, soalnya meja disini penuh."
Perempuan yang di panggil Yuna pun hanya mendengus lalu memakan kembali makanannya yang masih belum habis.
Sedangkan Renjun sedari tadi hanya diam, ketika maniknya bertemu manik legam tajam itu, begitu lekat, hingga tak sadar jika Jaemin sedari tadi memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE
FanfictionRenjun harus pasrah mengikuti permintaan sang ayah untuk pindah ke asrama yang mana membuat Renjun sedih dan kesal. Tapi ternyata, ayahnya melakukan itu demi kebaikan Renjun sendiri. Ia yang sulit bersosialisasi harus mempunyai roommate yang menuru...