[THIS IS JUST A FICTIONAL STORY, DO NOT GET TOO MUCH AND HATE VISUAL CHARACTERS IN REAL LIFE, THANKS]
Warning: chapter ini memuat unsur suicide, buat kamu yang sensitif terhadap hal seperti ini atau sedang memiliki masalah yang membuatmu berpikir aneh-aneh, sebaiknya tidak membacanya dulu, ya.
๑๑)(๑๑
Remaja bernama Wang Zihao itu segera beranjak dari ruangan tersebut dan berlari sekencang mungkin ke luar halaman rumah sakit. Hujan sudah mulai mereda dan pagi tinggal menunggu hitungan jam saja, namun taksi teramat sulit untuk dia temukan.
Jadi pagi buta itu Zihao berlari seperti orang kesetanan menuju rumah Haruto yang hanya berjarak beberapa rumah saja dari rumahnya sendiri. Karena setiap detik yang tersisa, amat berarti bagi Zihao untuk mencegah niat gila orang yang dia cintai itu.
Bahkan jika dia harus merelakan masa depannya sekali pun, Zihao akan lebih baik menyerahkan itu saja ketimbang tak akan pernah lagi menatap senyum manis dari laki-laki itu.
"Jangan tanya aku kenapa aku memutuskan menjauh dari kalian, aku hanya ingin melakukannya saja okay? Jangan berpikir yang macam-macam nanti cepat tua. Pokoknya Hiroto, aku titip temanku Zihao padamu, ya. Kau kan mencintainya jadi aku bisa dengan tenang menitipkannya yang susah diatur itu padamu.
"Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu soalnya setelah ini pasti aku sudah tidak bisa melakukannya lagi kan, tapi yang jelas aku sangat menyayangimu, aku menghargai persahabatan kita, maaf kalau selama ini aku selalu menyusahkan mu. Aku janji setelah ini aku tidak akan pernah membuatmu kesusahan lagi.
"Hiroto, hiduplah dengan bahagia dan raih cita-citamu. Kau sangat pintar, aku iri padamu. Kau pasti akan jadi orang sukses. Aku akan mengawasi mu dari atas sini. Dan jangan pernah berpikir bahwa aku melakukannya karena mu, aku hanya melakukannya karena aku memang ingin melakukannya. Berjuanglah sahabatku dan makanlah makanan kesukaanku yang selama ini tidak bisa aku makan karena alergi sialan ini. Luv luv luv ♡"
Brak!
Zihao menendang pintu rumah Haruto yang dua kali lipat lebih tinggi dari tubuhnya, rumah yang biasanya memang selalu sepi itu kini seakan jauh lebih dingin daripada biasanya hingga membuat Zihao merinding.
Pelayan-pelayan yang biasanya berlalu-lalang dari pagi hingga pagi lagi di rumah itu kini satu pun tak terlihat, lampu yang biasanya selalu menyala benderang kini semuanya mati dan hanya menyisakan lampu di beberapa kamar saja. Tidak ada suara apa pun selain suara langkah kaki Zihao di anak tangga menuju kamar Haruto. Rumah besar itu bagai rumah yang sudah lama tak ditempati.
Suasananya begitu hening hingga Zihao mengusap tengkuknya merinding. Meski Zihao sudah lama tak main ke rumah Haruto, tapi seharusnya Zihao tak pernah merasa seasing ini dengan rumah tersebut.
"Haruto, kamu ada di kamarmu, 'kan?" panggil Zihao yang sudah berdiri di depan pintu kamar Haruto.
Dia sendiri tidak berani membukanya, ada perasaan takut jika dia melihat apa yang akan menyambutnya nanti, terlebih jika sesuatu itu adalah hal yang sangat dibencinya. Jadi remaja itu hanya mengetuk pintunya beberapa kali.
"Haruto, jika kau ada di dalam, aku izin masuk, ya?"
Tak sabar menunggu lebih lama lagi dan membuat perasaannya makin tak tenang, Zihao akhirnya mendobrak pintu tersebut.
Namun tak ada hasil, dia lalu mulai menjelajahi beberapa ruangan pelayan yang dia tahu dan biasanya menyimpan kunci cadangan. Zihao menemukan beberapa puluh kunci cadangan di sebuah laci, dia mengambil semuanya dan mencobanya satu per satu di pintu kamar Haruto, hingga pada percobaan yang entah keberapa puluh kali, pintu tersebut akhirnya terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAY WE BYE | Wang Zihao - Haruto - Hiroto
FanfictionWarning: bxb, harem Tag: Boysplanet *** Bagaimana jadinya jika dua orang sahabat ternyata menyukai satu pria yang sama hingga membuat pertemanan mereka retak? 31 Mei yang indah dibawah guyuran hujan, cerita ketiganya dikubur. [THIS IS JUST A FICTI...