8) Terkadang Egois Itu Perlu

56 31 2
                                    

[THIS IS JUST A FICTIONAL STORY, DO NOT GET TOO MUCH AND HATE VISUAL CHARACTERS IN REAL LIFE, THANKS]

๑๑⁠)(⁠๑๑

“Maaf, maaf, aku tak sengaja,” kata siswa itu sambil membantu Hiroto berdiri. “Senior tak apa-apa?” Siswa yang ternyata adalah adik kelasnya itu bertanya dengan hati-hati.

Hiroto menepis tangannya kesal. “Lain kali jalan lah dengan hati-hati, kau bisa membunuh orang kalau jalan seperti babi gila begitu.”

“Iya, maaf, aku sedang buru-buru.”

“Sial, yasudah pergi sana.”

“Terima kasih, Senior.” Siswa itu langsung berjalan cepat.

Pinggang dan pundak Hiroto rasanya sakit bukan main, seperti habis ditabrak sapi. Padahal dia hanya jatuh biasa saja. Tadi pagi sebelum mandi juga, tiba-tiba dia tersandung oleh kakinya sendiri padahal dia sedang tidak melamun, hingga tangannya gemetaran saking sakitnya.

“Benar-benar remaja jompo.” Hiroto memijat-mijat pinggangnya, dia harus ke UKS. “Omong-omong, kenapa Haruto kemarin tidak masuk sekolah dan malah mematikan ponselnya, ya?

Meski Hiroto penasaran, tapi dia tidak berniat menemui Haruto dan malah menghindarinya, menurutnya ini adalah hukuman bagi Haruto. Dia juga tidak mengerjakan PR milik Haruto sekali pun temannya itu sudah membayar sejumlah uang padanya.

Alih-alih menepati janjinya pada Zihao untuk membantunya dekat dengan Haruto, Hiroto justru bersikap seperti pacar sungguhan untuk Zihao. Mengajaknya nonton film, jalan-jalan, kencan, dan hal-hal wajar lainnya yang normal dilakukan sepasang kekasih.

Zihao yang memang sedang kecewa karena Haruto sudah menolaknya dengan tidak langsung, mengiyakan semua perkataan Hiroto tanpa memikirkan lebih lanjut apa akibatnya hingga membuat laki-laki itu merasa di atas awan karena berpikir mungkin Zihao sudah membuka hati untuknya.

“Hiroto, kamu kenapa?” tanya Zihao khawatir ketika tiba-tiba saja Hiroto mengeluh sebelah kakinya tak bisa digerakkan ketika mereka sedang mencari buku di toko. “Mungkin itu cuma kesemutan, tidak usah berlebihan, cepat cari buku yang  kau butuhkan dan kita langsung pulang.”

Tapi Hiroto justru menangis. “Zihao ... ini sakit sekali.”

Zihao memutuskan memulangkan Hiroto karena laki-laki itu tak mau dibawa ke rumah sakit atau klinik. Rencana kencan abal-abal Hiroto dengan Zihao hari itu pun batal.

Dan selama waktu itu, tidak ada yang tahu mengenai kabar Haruto yang sudah seminggu tidak masuk sekolah sejak dia terakhir kali masuk.

๑๑⁠)(⁠๑๑

Seperti dugaan Haruto sejak awal, orang tuanya tidak peduli.

Bahkan para pekerja di rumah itu jauh lebih perhatian daripada mereka ketika tahu Haruto sakit. Yah, mungkin karena mereka memang dibayar, tapi, tapi ... Haruto kan anak kandung perempuan dan laki-laki itu?

“Meski punya orang tua, tapi rasanya seperti yatim piatu.”

Lagi-lagi Haruto mengunci pintu kamar. Namun kali ini, tidak ada cemilan berserakan di kamarnya. Dia kelaparan sejak pagi, tapi sakit hati dan pusing yang menimpanya mengalihkan rasa laparnya.

“Rasanya seperti menjadi anak tidak diinginkan.”

Haruto tahu orang tuanya bekerja keras siang dan malam untuk dirinya ... tapi beberapa hari lalu, karena takut sakitnya makin parah dan akhirnya mati, Haruto memberanikan diri memberitahu orang tuanya tentang penyakitnya agar orang tuanya memberikan pengobatan terbaik untuknya.

Haruto juga meminta agar mereka pulang untuk merayakan ulang tahunnya yang sudah lewat dibulan November lalu.

Tapi mereka malah menjawab bahwa mereka akan segera bercerai karena sudah tak ada kecocokan dan ibunya akan segera menikah dengan pria lain yang seumuran dengan kakaknya Haruto.

Hak asuh akan jatuh ketangan neneknya yang tinggal di Jepang. Nenek tirinya dari pihak ibu yang selalu membentak-bentaknya itu? Haruto tidak mau!

“Laper banget.”

Kapan terakhir kali mereka semua berkumpul, ya? Satu tahun lalu? Dua tahun lalu? Tiga tahun lalu? Empat tahun lalu? Lima tahun lalu? Haruto menangis ketika baru sadar bahwa terakhir kali mereka bersama adalah sepuluh tahun yang lalu, itu ketika dirinya masih kecil.

Haruto merangkak untuk membuka laci nakasnya, di sana ada album foto-foto keluarga yang dia simpan, bukan foto asli, itu adalah foto-foto orang tuanya dan kakaknya yang dia ambil dari media sosial mereka, lalu Haruto edit-edit menjadi satu agar terlihat satu frame.

Ada banyak foto-foto palsu yang selalu Haruto edit. Ada yang sedang makan bersama, belanja, liburan di pantai, nonton film di bioskop, masak bersama, bahkan ada yang tidur bersama di tenda kamping.

“Aku, ... ternyata tidak punya foto keluarga.” Dia melihat satu per satu karyanya dengan air mata yang tak dapat lagi terbendung. Keluarganya, hanya seperti imajinasi baginya.

Haruto pikir dia akan mati karena penyakitnya, dia butuh support, 'kan? Tapi kenapa hatinya malah dihancur leburkan seperti ini? Siapa lagi yang dapat Haruto percayai di dunia ini?

Sambil menangis sesenggukan, Haruto merangkak naik ke atas kasur. Menarik ponselnya dan mendeal nomor sahabatnya.

To Ikumi Hiroto.

• Hiroto, lagi sibuk gak? [1.10 AM]
• Aku bosan banget dan lagi butuh curhat. [1.10 AM]
• Kok gak jawab? Lagi belajar? Atau kuotamu habis? Mau aku beliin berapa GB? [1.13 AM]

• Yah, oke kalau gak mau jawab gpp. Pasti kamu lagi sibuk pacaran sama Zihao, ya? [1.14 AM]
• Omong-omong kenapa kemarin gak kerjain PR punyaku? Kamu lupa, ya? [1.27 AM]
• Yah aku mau marah soalnya udah traktir makan sushi, kan. [1.28 AM]

• ??? Hiroto udah tidur, ya? Tumben, biasanya juga belajar sampai pagi. [1.30 AM]
• Akhir-akhir ini aku sedih banget, kalau ada waktu main ke rumahku ya, nanti aku suruh Yuri Noona masak yang banyak. [1.32 AM]
• ᕦ⁠⊙⁠෴⁠⊙⁠ᕤ yaudah good night [1.33 AM]

Hiroto yang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang di kamarnya belum tidur dan dia juga membaca semua pesan Haruto, tapi dia memang sengaja tidak ingin membalasnya. Setidaknya, sampai dia pacaran sungguhan dengan Zihao.

Ditangan remaja laki-laki itu terdapat ponsel dan hasil tesnya kemarin di rumah sakit dengan Haruto, ketika Hiroto membacanya, dia hanya dinyatakan alergi susu kacang kedelai, padahal seumur hidup Hiroto tidak pernah memiliki alergi.

“Maaf, Haruto. Tapi sekarang Zihao jauh lebih penting bagiku.”




๑๑⁠)(⁠๑๑

Notes. I will finish this story to the end even though there are only a few who like it, because all beginnings will have endings, and I believe every book will have its readers. ❤️ Good morning everyone 🌻

14 Juni 2023

MAY WE BYE | Wang Zihao - Haruto - HirotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang