[THIS IS JUST A FICTIONAL STORY, DO NOT GET TOO MUCH AND HATE VISUAL CHARACTERS IN REAL LIFE, THANKS]
๑๑)(๑๑
Mobil putih itu mulai melaju meninggalkan area sekolah dan tubuh Haruto pun mulai menggigil kedinginan.Zihao duduk di sebelahnya mendekatkan bokongnya pada Haruto agar tubuh laki-laki yang dia sukai itu sedikit lebih hangat karena bergesekan dengan tubuhnya yang lebih besar darinya, hanya sekadar itu, Zihao tidak akan melakukannya lebih jauh atau memeluknya seperti yang ada didrama-drama.
Karena Zihao terlalu malu untuk memberikan kehangatan secara terang-terangan terlebih ada dua orang lainnya di dalam mobil yang sama dengan mereka.
Jangan sampai kedinginan dan sakit, maafkan aku, ya, yang sudah egois tadi.
Hiroto membuang wajahnya dan lebih memilih memandangi keluar kaca mobil, pun dengan Zihao yang terus menunduk berpura-pura tidur sambil memeluk tasnya. Berada dalam satu mobil dengan orang yang habis bertengkar hebat denganmu memang tidak pernah menyenangkan.
Banyak hal yang terjadi pada kedua temannya itu sejak Haruto memutuskan mengurung dirinya kemarin.
Haruto melirik Hiroto dan Zihao bergantian. Meski tak mengungkapkannya, tapi dia tahu ada yang tidak beres diantara kedua sahabatnya ini.
Lalu, ada masalah lain ... bukankah besok Haruto sudah harus pindah ke Jepang? Haruto bahkan belum sempat berpamitan pada mereka dan dia malah mendapati kedua temannya tersebut bertengkar. Marah tidak pernah berakhir baik!
"Dingin-dingin seperti ini enaknya makan jeroan babi yang disiram kaldu panas," ucap Haruto lantang.
Dia sengaja berbicara dengan dibuat keras-keras agar mereka berdua mendengarnya, tapi mereka sama sekali tidak merespons.
"Kalau ditraktir makanan yang lezat pasti akan bertambah lezat lima puluh persen, wahh aku sedang ingin makan banyak hal tapi, kan, aku tidak boleh makan sembarangan. Kira-kira ada yang mau mengantikan aku makan mi dingin yang dicampur udang rebus asam amis tidak, ya?" ucapnya kembali.
Haruto menoleh ke Zihao dan Hiroto yang ada di sampingnya.
"Udang rebus asam manis, loh? Minumannya soda gembira, loh!" Haruto bicara bergiliran di samping telinga kedua temannya itu, berharap ada yang tergiur, tapi kayaknya sia-sia saja.
Tapi keduanya sama sekali tidak menanggapi ucapannya. Padahal bicara sambil makan-makan itu paling menyenangkan. Di depan jalan yang akan mereka lewati nanti ada kedai makanan yang lezat, Hiroto ingin mengajak mereka turun sebentar, tapi kalau terus begini caranya, bagaimana, ya?
"Kalian berdua sedang marahan, ya?" tanyanya, "Wang Zihao? Ikumi Hiroto?"
Haruto menyenggol pundak Zihao hingga membuat laki-laki itu mengaduh pelan. Dia juga mencubit pinggang Hiroto hingga remaja tersebut melotot padanya.
Haruto meringis. "Nah, gitu dong, jangan cuekin aku."
"Tidak, kok." Hiroto menjadi yang pertama menjawab.
"Ah, masa?" Haruto menggoda. "Padahal kamu suka mi dingin, loh."
"Iya, kami baik-baik saja," sambung Zihao.
"Yakin?" tanyanya lagi. "Hiroto, Zihao sedang tidak ketahuan selingkuh, 'kan?" Haruto menatap Hiroto jenaka, bermaksud menggoda kedua sahabatnya itu. "Kau, kan, bukan cowok lembek, hajar saja Zihao kalau berani macam-macam padamu apalagi sampai melirik orang lain selain kamu, Hiroto."
Deg! Untungnya mobil itu gelap, tidak ada penerangan selain dari lampu-lampu mobil lain yang melintas di kiri-kanan mereka diantara lebatnya hujan malam itu.
Dengan datar, Hiroto menjawab, "Tidak." Hanya itu, berbeda sekali dengan Hiroto yang biasa Haruto kenal di mana mereka sama-sama cerewet.
Meski gatal, mulut Haruto lalu diam, mereka tidak mau jujur, dan juga memang tidak ada kewajiban bagi mereka untuk membeberkan masalah yang mereka miliki pada Haruto meski pun dia teman mereka.
Tapi kan Haruto besok sudah harus pindah ke Jepang, dia juga sakit kanker, bagaimana kalau amit-amit Haruto mati sementara sahabatnya justru sedang bertengkar?
Haruto menyedekapkan tangannya. "Jangan bohong, kalian kan temanku, mana mungkin aku bisa tenang sementara aku mengetahui kalian sedang marahan—"
"Maeda Haruto, tidak semua hal harus kau campuri," potong Hiroto kesal.
Remaja laki-laki itu menatap Haruto dalam keremangan.
"Kita memang berteman, tapi kita juga memiliki privasi. Kau sendiri kenapa tidak ada kabar selama hampir satu bulan? Kau bahkan tidak pergi ke sekolah? Kami berdua sempat pergi ke rumahmu, tapi orang rumahmu bilang kau tidak ingin menemui siapa-siapa."
Suara Hiroto hampir teredam derasnya guyuran hujan dan suara deru mobil. Tapi Haruto tahu, dia sedang menahan amarahnya.
Supir di depan mereka sempat melirik ketiganya lewat kaca depan ketika di lampu merah.
Haruto diam, Hiroto benar.
Rasanya seperti ada banyak hal yang sudah terjadi semenjak dirinya menutup diri beberapa hari ini dan terus meratapi nasibnya. Rasanya, kesialannya tidak ada habis-habisnya.
"Jangan sering-sering ikut campur, urusi saja urusanmu sendiri." Hiroto membuang wajahnya ke samping kaca mobil.
"Jangan bicara seperti itu," ucap Zihao membela Haruto, "kamu tidak pantas."
Haruto melotot pada Zihao dan menginjak kaki laki-laki itu untuk memperingati, Haruto tidak ingin dibela jika itu akan menambah buruk suasana.
"Zihao!" bisik Haruto, "diam saja."
Zihao menoleh pada Haruto. "Kenapa, Haruto? Bukankah selama ini Hiroto sudah sering merepotkan mu, dia bahkan tidak pernah bilang terima kasih atau apa." Zihao mendengus. "Dia berteman denganmu karena ingin memanfaatkan mu. Kamu itu bodoh, makanya mudah dibodoh-bodohi oleh orang seperti Hiroto ini." Zihao melirik Hiroto kesal.
Bukan tanpa sebab, tapi semenjak Zihao sadar bahwa dia selama ini sudah dibodoh-bodohi oleh Hiroto dengan mengajaknya berpura-pura pacaran demi memanas-manasi Haruto, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah bahwa Hiroto yang menyukainya.
Wang Zihao tidak ingin percaya dengan apa pun yang keluar dari mulut laki-laki itu lagi.
"Aku? Aku memanfaaatkan Haruto? Yang benar saja."
Hiroto tahu perkataan Zihao itu ditunjukkan untuk dirinya. Dia lantas menoleh pada orang yang duduk di sebelah Haruto itu.
"Memangnya kamu sendiri bagaimana? Merasa pantas berbicara seperti itu padaku?"
"Oh, kenapa tidak? Kau, kan, hanya seorang pembohong yang coba mencari keuntungan dengan pemberdaya orang lain," balas Zihao tajam.
Hiroto mengepalkan tangannya, sejak Zihao tahu niatnya yang sesungguhnya, remaja itu berubah bengis terhadapnya.
"Kalian berdua kenapa, sih?" Telinga Haruto panas mendengar keduanya saling sindir. "Bertengkar? Kalau begitu jangan di mobil ku, keluar saja sana!”
๑๑)(๑๑
Notes. What song do you think is the saddest?Me: AKMU - how can I love the heartbreak, you're the one I love 💔
22 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MAY WE BYE | Wang Zihao - Haruto - Hiroto
FanfictionWarning: bxb, harem Tag: Boysplanet *** Bagaimana jadinya jika dua orang sahabat ternyata menyukai satu pria yang sama hingga membuat pertemanan mereka retak? 31 Mei yang indah dibawah guyuran hujan, cerita ketiganya dikubur. [THIS IS JUST A FICTI...