perayaan di kota

112 14 2
                                    

Kangen Uyoung☹️
Kangen Woosan☹️

•Happy reading•

Sore hari di pulau Agios, tepatnya ditengah hutan itu terdapat satu rumah kecil yang dihuni dua lelaki kakak-beradik.

"Kak Seonghwa!"

Seorang lelaki berbadan ramping dengan rambut putih alami serta wajah yang cantik untuk seukuran lelaki itu menoleh, ia tersenyum lalu memasukan kayu bakar pada tungku api sebelum berdiri dari posisi jongkoknya.

Seonghwa, dia berbalik lalu melihat Sang adik berlari ke arahnya, "ada apa?"

Adiknya itu menghampiri Seonghwa lalu menyimpan seikat kayu bakar disamping tungku lalu berucap, "temanku bilang malam ini ada perayaan besar-besaran di kota, ayo pergi kesana kak! Pasti disana banyak orang dan banyak makanan terutama ayam!" Seru lelaki didepan Seonghwa. Usianya tiga tahun lebih muda dibawah Seonghwa, surainya putih sama dengan surai milik Sang kakak namun sedikit lebih panjang, badannya juga sama rampingnya dengan Sang kakak serta wajahnya yang cantik bak putra dari Dewi Aprodhite.

Kalo menyangkut ayam sama Dewi Aprodhite udah ketauanlah ya siapa, hayo tebak..

Tak jauh dari rumah mereka ada desa terpencil, karena Seonghwa maupun Sang adik sering pergi ke desa itu untuk menjual kayu bakar ataupun membeli beberapa keperluan dipasar kecil disana. Saking seringnya Sang adik pun sampai memiliki beberapa teman disana.

Mendengar itu Seonghwa terdiam beberapa saat lalu menghela nafas, "bukannya kakak tidak mau, tapi di acara seperti itu pasti banyak anggota kerajaan yang datang dan kau tau sendiri kakak–"

"Ayolah, Kak. Hanya sebentar saja," ucap Sang adik.

"Kota sangat jauh, Yeosang. Kalau berjalan akan memakan banyak waktu, walaupun bisa menaiki kuda atau delman didesa Kakak tidak memiliki banyak uang untuk membayarnya," ucap Seonghwa sembari mengelus Surai sang adik. Sebenarnya Seonghwa juga ingin menuruti kemauan adiknya, tapi apa boleh buat keadaan tak mendukung untuk itu.

Yeosang menunduk, ia memainkan jari tangannya serta bibir yang mengerucut.

Melihat Yeosang yang terlihat sedih membuat Seonghwa menimang-nimang keputusannya, "baiklah kalau begitu. Sana kau bersiap, kita akan ke desa untuk menyewa delman dan pergi ke kota, kita harus berangkat sekarang agar sampai kekota tepat saat matahari tenggelam."

Mendengar itu membuat Yeosang yang tadinya murung menjadi senang, bibirnya tersenyum lebar lalu mengangguk antusias, "baiklah, kak! Terimakasih." Setelah itu Yeosang dengan cepat masuk ke kamar nya untuk bersiap.

Seonghwa berjalan kearah kamarnya, ia membuka lemari kayu yang sudah lapuk itu lalu mengambil sebuah kantung kecil berukuran segenggam tangannya. Seonghwa kembali menutup pintu lemari itu lalu duduk dikasur nya yang bahkan tak bisa dikatakan layak. Sebuah ranjang kayu yang sudah rapuh, jika diduduki saja akan terdengar suara patahan kayu, diranjang itu tak ada bantal, hanya ada sebuah selimut tipis saja.

Kembali dengan Seonghwa, ia membuka kantung itu lalu mengeluarkan isinya. Sebuah kalung emas berliontin bulat yang dapat terbuka, dan jika liontin itu dibuka akan ada sebuah lukisan kecil yang ia gambar menyerupai wajah ibunya. Seonghwa menghela nafas, hanya ini yang tersisa.

"Ini yang terakhir, sepertinya aku harus mencari pekerjaan setelah ini untuk mencukupi kebutuhan," monolognya.

Tok..tok..tok.

"Kak."

Seonghwa menoleh ke arah pintu, "sebentar, Yeosang." Dengan cepat Seonghwa melepas liontin dari kalung itu lalu menyimpannya kembali dikantung kecil, setelahnya ia menyimpan kantung itu dilemari. Seonghwa berjalan ke pintu sembari menyimpan kalungnya di ujung baju yang ia ikatkan serupa kantung.

Fox for pirates || WOOSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang