Jam pasir?

86 13 4
                                    

Hehe hi all. Nungguin, yaaaa hehe.

Masih ada yang nungguin cerita ini gak?

Maaf banget baru update, lagi writte's block banget huhu T-T

Btw.. 11 August kemarin aku ulang tahun, guys😚 semoga aku bisa jadi pribadi yang lebih baik, jadi author yang lebih baik, dan bisa membuat karya yang lebih hebat dari pada yang sebelumnya serta bisa diterbitkan dan banyak yang kenal dengan karyaku, amiin.

•Happy Reading•

"Aku mengenal simbol ini."

Yunho dan Mingi kompak menoleh ke arah San yang baru saja berucap.

"Kau tau simbol ini, San?"

San mengangguk, "ya, aku tau. Rasanya aku seperti pernah melihat simbol itu, tapi.. dimana."

"San, coba kau ingat-ingat lagi. Siapa tahu itu bisa menjadi petunjuk untuk kita," ucap Yunho.

Lagi-lagi San mengangguk, ia mencoba mengingat-ingat dimana ia pernah melihat simbol seperti itu, "ah, ya! Aku mengingatnya."

"Dimana? Dimana, San?" tanya Mingi penasaran.

"Di kapal milik Ayahku," ujar San.

"Kalau begitu ayo kesana, siapa tahu ada petunjuk yang bisa kita dapatkan," ucap Yunho mengusulkan dan disetujui langsung oleh San dan juga Mingi.

Tanpa berlama-lama lagi. San, Yunho, dan Mingi langsung berjalan ke pelabuhan menuju kapal-kapal besar yang berderet di pinggir pantai.

"Oh.. ini cukup menakutkan." Mingi berjalan mendekat ke arah Yunho. Semua orang yang mematung dengan berbagai posisi namun wajah mereka tak berekspresi sama sekali, ditambah sang fajar yang mulai terbenam di barat sana membuat suasana semakin terasa mencekam.

"Itu kapal Ayahku!" seru San lalu berlari kecil menuju sebuah kapal laut disana.

Mendengar seruan dari San, Mingi dan Yunho pun ikut berlari mengikuti langkah lebar San yang berlari ke arah salah satu kapal laut itu.

San kemudian berhenti tepat dibawah kapal laut milik ayahnya, ia memegang tangga tali dan menariknya untuk memastikan jika tangga tali itu terikat kuat pada pembatas kapal dan juga kuat menahan dirinya. Dirasa aman, San pun mulai memanjat tangga tali itu dan berhasil berdiri di atas deck kapal.

San tersenyum senang kala ia berhasil naik. Dia melihat kebawah, kearah Yunho dan Mingi yang masih diam.

"Hey, kenapa kalian diam saja? Ayo naiklah, kapal ini tidak akan roboh hanya dengan dinaiki tiga orang saja," ucap San di akhiri kekehannya.

Mingi terlihat menimang-nimang, "kau yakin, San? Bagaimana jika tali itu putus?"

"Hey, Song Mingi kau bodoh? Saat ku naik saja talinya tidak putus. Lagipula badan kita tak jauh beda, hanya saja kau lebih tinggi," ucap San. Setelah beberapa saat menunggu namun hanya Yunho yang naik, Mingi? Dia hanya diam saja masih dengan acara menimang-nimang keputusannya. Ahh anak itu penakut sekali. Batinnya.

"Ah, sudahlah kalau begitu kutinggal saja," ucap San lagi lalu berbalik.

"Ya! Tunggu aku! Aihh baiklah, aku naik," ucap Mingi. Setelah mengumpulkan keberaniannya, Mingi pun mulai menaiki tangga tali itu dengan perlahan.

San hanya mendengus melihat Mingi naik dengan sangat perlahan, ahh anak itu, badan saja besar tapi nyalinya kecil sekali. Batinnya.

Berbeda dengan San yang tampak kesal, Yunho terlihat tersenyum melihat Mingi yang tengah naik. Menggemaskan. Ya.. kira-kira itulah yang ia pikirkan.

Setelah beberapa saat memanjat tangga tali itu akhirnya Mingi sampai di atas deck kapal, dan tatapan sinis dari San lah hal pertama yang ia lihat saat sampai di atas.

"Lama sekali," ucap San dengan nada kesal.

Mingi sendiri ia hanya meringis kecil dan menyatukan kedua telapak tangannya seakan berucap maaf.

"Sudahlah, San, sekarang ayo cari benda yang memiliki simbol yang sama seperti ini," ucap Yunho sembari menyodorkan sepotong kain bersimbol itu pada San.

San mengangguk, ia mengambil sepotong kain itu lalu berfikir sejenak. Dimana ia pernah melihat simbol ini, ya?

"Ah, aku lupa dimana aku pernah melihat ini," ucap San sembari menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal.

"Bagaimana dengan ruangan captain? Bukankah sebagian besar hal biasanya ada diruangan itu?" Mingi melihat pada kedua lawan bicaranya itu, meminta jawaban dengan apa yang ia katakan.

Yunho mengangguk setuju, "ya, itu benar, sebaiknya kita mencari disana, San."

"Baiklah, ayo kita cari disana. Ikuti aku." San berjalan lebih dulu menuju tangga yang akan mengantarkan mereka pada bagain dalam kapal.

San turun lebih dulu lalu disusul oleh Yunho dan terakhir Mingi. Didalam sini cukup gelap dan hanya diterangi oleh cahaya orange sang fajar yang masuk melewati tempat mereka masuk tadi dan juga beberapa lampu lentera yang sudah hampir padam. Suasana seperti ini berhasil membuat bulu kuduk mereka berdiri.

San mengambil lentera yang tergantung didinding itu untuk menerangi jalannya, ia menoleh ke arah Yunho yang sedang memperhatikan sekitar dan Mingi.. ah, dia sedang bergelayut ditangan Yunho. San hanya mendengus melihatnya.

"Ayo, ke sebelah sini." San berbalik, berjalan menuju ruangan captain yang berada di ujung sana.

***

"Kak! Kau mau kemana!" Jongho berseru, ia berlari mengikuti Hongjoong yang tiba-tiba saja berlari. Ntah apa yang membuat Hongjoong berlari cepat ke arah pelabuhan.

"Kak!" Sekali lagi Jongho berseru kala melihat Hongjoong yang berhenti berlari tepat disisi pantai, lelaki itu terlihat melihat kesana kemari.

"Kak, sebenarnya ada apa? Kenapa kau tiba-tiba berlari seperti itu," ucap Jongho. Ia menopang kedua tangannya di lutut, nafasnya juga ikut berat karena mencoba mengimbangi kecepatan lari Hongjoong. Karena pada dasarnya Hongjoong memiliki power kecepatan yang tinggi.

Hongjoong menoleh, "seseorang berpakaian hitam, aku sedang mengejar orang itu. Dia terlihat mencurigakan dengan ebuah jam pasir di tangannya."

Jongho mengeryit, ia menoleh ke sekitarnya. Tapi, ia sama sekali tak melihat satu orangpun yang berada disana bergerak. Semuanya masih sama, orang-orang masih diam mematung tanpa ekspresi. Namun, bukan itu yang ia cari melainkan seseorang berpakaian hitam yang dimaksud oleh Hongjoong.

"Maksudmu siapa, Kak? Tak ada satu orangpun yang bergerak selain kita," ucap Jongho.

Hongjoong menggeleng, ia tak setuju dengan ucapan Jongho karena jelas sekali ia melihat seorang berpakaian hitam yang menyeringai padanya itu pergi ke arah sini. Tapi, seakan menjadi tipuan mata, orang itu menghilang dengan cepat bak cahaya.

"Tidak, Jongho. Ku yakin, bahkan sangat yakin jika aku melihat orang itu," jawab Hongjoong dengan yakin.

Hongjoong kembali memperhatikan sekitarnya, manik matanya dengan teliti menyapu setiap hal yang ia lihat hingga ia menghentikan pergerakan manik matanya tepat kearah karang besar di jarak seratus meter di arah baratnya. Siluet sebuah benda di atas karang itu mengambil perhatiannya.

Hongjoong pun tanpa berucap lagi melangkahkan kakinya menuju batu karang itu.

"Kak! Kau mau kemana lagi?," tanya Jongho, namun Hongjoong tak menyahut, ia tetap berjalan menuju batu karang itu.

Kini Hongjoong sudah dekat dengan batu karang besar yang tingginya hampir setara dengan tinggi badannya, ia mengeryit kala melihat benda di atas karang itu.

"Jam pasir?"

Jongho melihat benda yang dimaksud oleh Hongjoong. Jam pasir yang ukurannya hanya sebesar telapak tangannya saja, namun, bukan itu yang ia perhatikan tapi ada sesuatu yang mengganjal.

"Kak, kenapa pasir didalamnya ini tak bergerak?"

*****

Thank you, guys.

DON'T FORGET VOMMENT!!

Fox for pirates || WOOSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang