1

518 44 13
                                    

happy reading!
----

panas terik matahari terhalang oleh rimbunnya pepohonan. walaupun cukup menyengat, namun udara disekitar hutan cukup membuatnya merasa aman.

seperti hari-hari biasanya, pemuda So itu telah selesai berlatih. kakinya melangkah santai, namun telinga dan matanya mempertajam fungsi masing-masing.

angin siang yang berhembus tak mempengaruhi pendengarannya. senyuman tersungging ketika indrarungunya menangkap suara gemrisik dari semak sekitar.

kira-kira, menu apa ya untuk malam ini?

laki-laki itu bersiul. memanfaatkan pengetahuan minimal yang ia pelajari dari almarhum sang adik.

iris Junghwan menyipit. didepan sana, mangsa empuk menampakkan diri. meraih anak panah pada punggungnya, menarik senar panah dan membidik targetnya.

"ah, meleset!"

oh? ternyata ada rusa lainnya.

sekali lagi. pemuda So itu kembali membidik targetnya. kali ini berhasil. bidikannya tepat sasaran! 

"yes!" kemudian berlari menghampiri mangsanya.

ah, rasanya sangat lega. sudah dua bulan ia tak memakan daging rusa. pas sekali, hari ini ia sangat menginginkannya.

Junghwan melepas anak panah yang menancap pada tubuh mangsanya. mematahkan menjadi dua, dan dibuang kesembarang arah. kemudian mengangkat rusa hasil tangkapannya untuk dibawa kerumah 'Nenek'.

langkahnya tiba-tiba terhenti. Junghwan tak tahu mengapa. tubuh dan pikirannya tak sejalan. kepalanya menoleh kesuatu pohon dengan anak panah miliknya yang meleset tadi menancap disana.

"ck! ada-ada saja. aku kira apa?!"

Junghwan lupa. Nenek bilang, jika ia melepaskan anak panah dihutan ini, maka setelahnya harus di patahkan. entah apa alasannya, Junghwan tak mengetahui.

laki-laki itu menarik anak panahnya, kemudian mematahkan anak panah dengan satu tangan saja. gila memang, entah alat berat apa saja yang digunakannya, yang jelas itu sangat berefek bagi tubuhnya. bayangkan saja! tubuhnya tinggi  menjulang, dadanya bidang, bahunya lebar, lengan tangannya cukup berurat.

idaman bukan?

kembali melangkahkan tungkainya. Junghwan sedikit membenarkan posisi rusa tangkapannya agar tak jatuh dari gendongan.

"kasihan, temanmu tertangkap ya?"

Junghwan mendengarnya. apa yang dilakukannya terhenti begitu saja ketika suara itu mengalun menyapa indrarungunya.

"jahat sekali."

Junghwan tak membuka suara. namun, atensinya berpindah pada pohon tadi. sepertinya ada orang disana.

"maaf ya, aku hanya bisa membantu mengobati lukamu saja. aku diajarkan untuk tidak membalas dendam, apalagi jika itu tak berhubungan denganku."

suaranya begitu lembut. nadanya terdengar banyak kasih sayang. Junghwan ingin melihat siapa dia.

"kau tau? balas dendam itu bukan perilaku yang baik. bunda bilang, balas dendam itu sangat merugikan."

hwanki ; hello, mate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang