Ni-ki menggerutu, kakinya sudah lelah berjalan, namun lokasi tak kunjung ia temukan. Ni-ki masih belum menyadari jika arah jalannya itu salah. walaupun Junghwan sempat mengatakan tadi, tapi bagi Ni-ki itu hanya jokes yang terlontar.
laki-laki manis itu menoleh kebelakang, memastikan jika 'si penunjuk arah' ada dibelakangnya. nyatanya, hanya dia seorang diri.
bibirnya membentuk lengkung ke bawah. rasa sesal kini menemaninya. "kenapa tadi aku ninggalin Junghwan sih? aku kan ngga tahu jalan!" kakinya menyepak kerikil.
tak lama kemudian, ia mendengar suara berisik dari semak belukar yang menjulang cukup tinggi. pada awalnya, Ni-ki memang tak peduli. tapi, sepertinya ada sesuatu dibalik semak belukar.
maka, dengan rasa penasaran yang tinggi serta kesiapan mental yang cukup, Ni-ki mencoba memastikan sesuatu. sepertinya ada sesuatu dibalik semak?
belum sampai ia membelah semak belukar, Ni-ki dikejutkan dengan tubuhnya yang tiba-tiba ditarik kebelakang.
"apa yang kau lakukan, bocah?!"
dan Junghwan adalah pelakunya.
dahi Ni-ki mengerut, "aku lebih tua darimu jika kau lupa," ujarnya tidak terima. "oh iya, sepertinya ada sesuatu dibalik semak. dan aku mencoba memastikan ada apa dibaliknya. kenapa kau menarikku seperti itu?"
"itu tidak penting," setelah mengatakannya, Junghwan menarik lengan si tua untuk mengikuti langkahnya. "kau salah jalan, dan itu berbahaya. tetaplah bergandengan denganku."
Ni-ki tak membalas kalimat Junghwan. ia menurut pada apa yang diucapkan oleh yang lebih muda.
ah, tapi...
"kau membawaku kerumahmu kan?"
Junghwan membalik badan untuk berhadapan dengan lawan bicaranya. "ini sudah malam, dan jangan banyak protes."
Ni-ki mendengus dengan bola mata yang bergulir malas. "apa tidak bisa langsung ke lokasi kemahku saja?" tanyanya perlahan. Ni-ki takut salah bicara.
Junghwan melepaskan gandengannya, "pergilah sendiri jika itu yang kau inginkan," kemudian ia kembali melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Ni-ki yang kebingungan.
"katanya tadi 'bergandengan tangan denganku saja'. ini apa? cih!"
"Nenek kedatangan tamu, ya? siapa namamu, nak?"
Ni-ki tersenyum ramah sebelum menjawab, "Ni-ki. emm, aku tersesat karena tertinggal oleh rombonganku tadi, apa boleh aku menginap disini untuk hari ini saja?"
Nenek mengangguk, "boleh sekali, nak," balas Nenek sembari mengelus belakang kepala Ni-ki. yang justru membuat Ni-ki merasa canggung.
yaaa... Ni-ki memilih mengikuti Junghwan. jujur saja, ia masih takut apabila bertemu dengan makhluk aneh seperti sore tadi. Junghwan juga tak mau menemaninya kembali ke lokasi kemah.
"terimakasih, Nenek sangat baik!"
Nenek membawa Ni-ki masuk kedalam rumah kayunya. kemudian mendudukkan si manis di salah satu kursi reyot ruang tamu. "tunggu disini, aku akan memasak sesuatu untuk makan malam kita." kemudian Nenek meninggalkan Ni-ki seorang diri di ruang tamu.
Ni-ki bisa bernafas dengan lega. setidaknya, ia aman disini. setidaknya, ia tak lagi melihat makhluk jadi-jadian seperti tadi. ia menghembuskan nafas lagi.
"berhenti mendengus keras, kau menggangu tidurku."
sial sekali, ia lupa jika ada laki-laki menyebalkan yang tengah tertidur di sofa bolong-bolong yang ada disampingnya.
Ni-ki menghela nafas lagi, "iya-iya, maafkan aku. tidurlah, aku tak akan mengganggumu."
Ni-ki berdiri dari duduknya. mencari lokasi yang dirasa cukup jauh dari jangkauan telinga So Junghwan. semakin masuk kedalam, Ni-ki semakin melihat dengan jelas sesuatu yang menggantung disana.
tas sekolah?
"apa ada anak kecil disini? tas ini menggemaskan!" Ni-ki meneliti tas yang ia temukan.
tas ransel untuk sekolah dengan nuansa abu-abu bergambar dua ekor kucing yang saling berhadapan satu sama lain—meskipun nampak telah usang. serta sebuah tumbler berukuran sedang berwarna hijau dan... gambar rumput dan sapi?
"atau adik Junghwan? tapi aku tak melihat siapapun selain nenek dan Junghwan. lalu, ini hutan dan—"
"apa yang kau lakukan di kamar ku?"
Ni-ki terlonjak ketika suara itu tertangkap daun telinganya. ia menoleh kebelakang dan mendapati pemuda So itu berdiri dengan rambut yang sudah acak-acakan.
"ah, itu... aku hanya mencari tempat untuk mengambil jarak denganmu. kau kan tadi merasa terganggu."
Junghwan menarik alisnya keatas. alasan yang masuk akal namun basi. Junghwan sudah tahu apa yang dilakukan Ni-ki dalam kamarnya. menyentuh barang didalam kamarnya tanpa izin sama dengan mengajaknya bertarung.
"gunakan saja kamar ini, aku akan tidur diruang tamu."
sayangnya, Ni-ki adalah sang mate—yang tentunya Junghwan tak akan tega melukai laki-laki manis itu.
"ayo, nenek sud—"
"apa aku boleh bertanya?"
Junghwan menarik nafas sebentar, "cepat katakan, aku sudah lapar."
"oh itu, tas lucu ini apa milikmu? atau ada anak kecil yang masih bersekolah disini?"
"kau sangat ingin mengetahui siapa pemiliknya?"
Ni-ki mengangguk pelan, maniknya kini tak menatap manik coklat milik laki-laki didepannya. "ehmm, ya!"
"kalau begitu, tebak saja bagaimana menurutmu." Junghwan melangkah pergi setelah mengatakan itu.
meninggalkan Ni-ki dengan rasa bingung dan kesal. "menyebalkan sekali!" begitu gerutunya. kemudian mengikuti dimana Junghwan melangkah dengan kaki yang terhentak-hentak kesal.
TBC!
terimkasih sudah membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
hwanki ; hello, mate!
Fanfictiondendam terpendam dalam dirinya, menjadikan sosok So Junghwan yang terobsesi pada matenya. apapun yang terjadi, ia harus menemukan matenya, dan membalas dendam. Namun, semua pemikirannya berubah setelah sang mate menampakkan diri dan keduanya yang me...