8

159 23 10
                                    

hal pertama yang dirasakan oleh Ni-ki setelah membuka mata adalah rasa dingin menyerang permukaan kulitnya. ia mencoba menghangatkan tubuhnya dengan memeluk dirinya sendiri. disini sungguh dingin, dan Ni-ki hanya mengenakan kaos lengan pendek bergambar beruang.

Ni-ki ingat, tadi malam ia mencoba untuk tidur. namun, hingga tengah malam matanya sama sekali tak bisa menutup. mencoba berguling-guling mencari posisi nyaman agar men-sugesti pikirannya untuk menuju alam mimpi. sayangnya, semua itu masih gagal.

Ni-ki terus mengingat momen dimana dia berada di rumah tua saat dihutan—rumah So Junghwan. tidak hanya kemarin malam, tapi malam setelah ia pulang dari kemah. terhitung tiga hari yang lalu.

dan sekarang dirinya tak berada di tempat semestinya. harusnya, ia terbangun di  dalam kamar. didalam ruangan persegi, bertembok abu-abu, ventilasi yang sangat tinggi, serta pintu yang terus tertutup sejak matanya terbuka tadi.

Ni-ki berdiri, mencoba memastikan keberadaannya sekarang. kenapa sepi sekali?

"oh, halo!"

Ni-ki terkesiap. ditengah pintu, ada pemuda yang berdiri dengan senyum lebarnya. dan Ni-ki sangat tahu siapa dia.

dia, So Junghwan.

Ni-ki membalas senyuman itu, "bagaimana bisa kau ada disini? apa nenek tidak mencarimu?"

astaga, Nishimura Riki, sadarlah! dia yang membawamu kesini, membiarkanmu kedinginan dengan kaos tipis bergambar beruang itu.

"kita bertemu lagi disini. sudah berapa lama ya kita terpisah?"

Ni-ki menaikkan alisnya. "ya... itu sekitar empat hari yang lalu? eh, atau tiga ya?"

Junghwan berjalan mendekat, ia berdiri tepat didepan Ni-ki yang masih kedinginan. kemudian, memberikan jaketnya pada si manis. "aku tahu kau kedinginan, pakailah."

Ni-ki menurut dan berterimakasih. "kau belum menjawab pertanyaan ku tahu! bagaimana bisa kau ada disini? oh, benar! aku saja tak tahu ini dimana."

sunggingan senyum tercetak diwajah tampan Junghwan. "Nenek tidak akan mencariku, aku sudah bilang bahwa aku akan mencari mate-ku. dan Nenek mengizinkannya."

Ni-ki menatapnya heran, "lalu kenapa kau disini?"
Junghwan menyungging senyum. tangannya ia bawa untuk mengusak gemas pucuk kepala si manis. "karena dia ada disini."

manik Ni-ki melebar. ada sedikit rasa nyeri pada hatinya. dan Ni-ki menyadari itu. namun, ia memilih tersenyum, menyembunyikan rasa itu agar tidak diketahui orang lain. "benarkah? dimana dia? aku tidak melihatnya bersamamu." ujarnya dengan gestur mencari-cari seseorang selain mereka berdua.

Junghwan sedikit menunduk. mensejajarkan bibir keduanya, lalu dikecupnya singkat bibir laki-laki didepannya. "dia ada didepanku," ucapnya.

Ni-ki diam, masih loading. dia bingung, mencoba mencerna kalimat Junghwan. seseorang yang ada dihadapan So Junghwan hanya dirinya. jadi... "aku?" jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri.

lagi-lagi Junghwan tersenyum, ia mengangguk sebagai jawaban. "halo, mate!"

"sejak... kapan?"

"hm?"

"sejak kapan kamu tahu?"

Junghwan membuat pose berpikir, "mmmm, sejak kau bertemu hybrid harimau itu. mungkin?" balasnya ragu.

"lalu?"

Junghwan menatap Ni-ki dengan alis yang terangkat. "lalu apa? aku rasa tidak ada lainnya yang bisa dijelaskan. ugh—"

pukulan cukup keras dirasakn oleh Junghwan. sebenarnya pukulan Ni-ki tidak terlalu berefek bagi Junghwan. tapi, Ni-ki memukulnya tepat pada bahu kiri—yang memiliki luka basah akibat bertarung dua hari lalu.

iya, Junghwan habis tarung sama Nenek. soalnya, Nenek mau ngetes ketahanan fisik Junghwan pas bertarung. ternyata lumayan kuat. jadi, dilepas deh Junghwan-nya sama Nenek. Nenek udah percaya kalo Junghwan mampu melindungi dirinya sendiri, bahkan mate-nya.

"kenapa ga bilang, bodoh! aku malu tau!" Ni-ki menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"malu? kenapa?"

Ni-ki menatap Junghwan pasrah. haruskah ia menjelaskannya?

"So Junghwan, aku ngebahas soal mate dan aku bilang kalo aku ngga percaya tentang adanya mate didepan mate-ku sendiri. terus cium kamu dan bilang— ARGH GA TAU!" Ni-ki berteriak di akhir kalimat. sumpah, dia malu plus ngerasa ngga enak sama Junghwan.

Junghwan-nya malah mesam-mesem nahan ketawa. "gemes banget, sini aku cium." ujarnya tanpa beban. dan Ni-ki malah mendelik sengit ke arahnya.

"jauh-jauh kamu!"

tbc!hehew, pendek-pendek saja yaw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc!
hehew, pendek-pendek saja yaw

hwanki ; hello, mate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang