5

201 27 2
                                    

"kau... tak salah arah kan?" Ni-ki bertanya dengan suara lirih. jujur ia sedikit ragu dengan jalan yang dituntunkan oleh Junghwan.

Junghwan yang berjalan didepan, menghentikan langkahnya tiba-tiba. dan Ni-ki yang berada di belakangnya memekik terkejut karena rasa sakit yang menjalar dari hidungnya hingga kepala.

benar, memang sesakit itu. karena Junghwan berjalan dengan langkah lebarnya, yang membuat Ni-ki mau tidak mau harus berlari mengejar kaki yang berjalan didepannya.

"kalo berhenti tuh kasih tahu!" marahnya. "sakit," Ni-ki mengeluh sakit dan mengelus, mencoba mengurangi rasa sakit di sekitar hidungnya.

Junghwan menahan tawanya. astaga, lucu sekali. "maaf."

Ni-ki memicing. "tunggu, ish!"

Junghwan berjalan kembali, meninggalkan si manis dan mengatakan; "aku tidak."

Ni-ki tidak paham. apa maksudnya coba?

Junghwan kembali berhenti, kemudian membalik badannya menghadap Ni-ki. menekuk tubuhnya untuk mempertemukan antar wajah. "tapi kita salah arah," senyum miring terlukis. Ni-ki bergidik ngeri. "karena ini arah rumahku, manis."

melihat respon Ni-ki yang hanya diam dengan siratan mata ketakutan, Junghwan melepas tawa. menertawakan Ni-ki yang masuk dalam candaannya. "bercanda," ucap Junghwan selesai dengan tawanya.

lagi-lagi Ni-ki memicing. tangannya menggeplak keras bahu si muda. "nakutin aja!" kemudian ia berjalan dengan kaki menghentak. meninggalkan Junghwan yang masih tertawa.

astaga, siapa pun tolong cubit ginjal pemuda So itu. jail sekali!

"ih, ngapain ikut?" Ni-ki bertanya dengan sewot. Junghwan berjalan tepat dibelakangnya. padahal tadi, seingat Ni-ki sudah meninggalkan pria itu sejauh-jauhnya.

"aku mengantarmu?"

Ni-ki mengangguk, "benar juga."

Ni-ki memimpin jalan, namun dengan arah tak menentu. Junghwan juga tetap diam, ia hanya fokus pada celotehan random yang terlontar dari bibir si tua.

"tadi kamu keren banget!"

Junghwan menarik alisnya. "aku?"

"heem, meski aku ngga liat kamu ngapain. tapi aku tahu, kamu memanah makhluk itu kan?"

Junghwan mengangguk dengan ragu. sepertinya ada sesuatu yang terlewat dan tak ia sadari?

"ajarin dong! bisa ngga? sihirku cuma sihir kecil. sejauh ini aku cuma bisa nyembuhin luka, itupun luka kecil." Ni-ki bercerita tentang sihir yang ada dalam dirinya. ia berharap, Junghwan mau membagi ilmu dengan dirinya.

"aku ga punya sihir." ucapan Junghwan berhasil membuat si manis menghentikan aksi berceritanya.

Junghwan tengah kebingungan dengan yang terjadi sore tadi. Junghwan memang mengakui ia tak memiliki sihir, itu benar. lalu, anak panah dan busur panah yang tiba-tiba ada ditangannya tadi itu apa?

"jadi tadi itu senjata bawaan ya?" Ni-ki bertanya dengan nada kecewa. Ni-ki mengira, ia bisa belajar sihir lebih tinggi dengan Junghwan.

Junghwan menggeleng sebagai jawaban.

keduanya berhenti berjalan. saling berhadapan untuk melihat raut masing-masing. apakah ada kebohongan? atau justru sebuah kenyataan yang cukup membingungkan?

Ni-ki menatap selidik si pemuda So. sedangkan, yang ditatap justru membalas dengan raut penuh pertanyaan.

"kau tak percaya apa yang aku ucapkan?" Junghwan bertanya. dan Ni-ki mengangguk mengiyakan.

pada kenyataannya, ia tak mempercayai Junghwan. namun, ia memilih mengikuti pria itu hanya untuk keinginan agar segera kembali pada lokasi kemah, dan bertemu dengan teman-temannya.

"aku tak percaya ucapanmu yang ini. kau bilang kau tak punya sihir, dan kau juga mengatakan jika tak membawa senjata apapun kan? lalu kau melawan makhluk tadi dengan apa?"

Junghwan menunduk, padahal ia sudah senang dengan mengetahui siapa mate-nya. ternyata, sang mate masih belum bisa menerima dirinya secara penuh.

yaa, meskipun Ni-ki tak tahu jika Junghwan mate-nya sih.

"aku juga tidak tahu. itu muncul dengan sendirinya. tanganku hanya mengepal karena marah."

sedetik kemudian, Ni-ki melanjutkan langkahnya. ia kembali berjalan meninggalkan Junghwan yang masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Junghwan masih memikirkan soal satu set panah yang tiba-tiba muncul dan digunakan oleh dirinya.

Junghwan dikejutkan dengan suara gemrisik kasar dari semak-semak. kemudian, ia tersadar telah tertinggal jauh dari langkah si manis. mengedar pandangannya, Junghwan baru menyadari jika hari semakin gelap, dan—

oh tidak! laki-laki mungil itu sudah jauh. ditambah ini salah arah! harusnya tadi berbelok dibelokan yang terlewat sekitar 10 meter dari berdirinya Junghwan saat ini.

lantas, Junghwan berlari. mencoba untuk segera menyusul si manis yang sudah menjauh. "sial, bisa-bisa anak itu diterkam singa jelek itu!"

 "sial, bisa-bisa anak itu diterkam singa jelek itu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


tbc!
halo halo, ail kembaliiiiiiiiiiiiiiiiiiii. wkwkwkwk
ini slow up banget ya TT
nangisss, ailnya sibuk banget. ga sie, lebih ke gabisa ngatur waktu aja

hwanki ; hello, mate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang