3

253 33 7
                                    

"aku tertinggal karena kelalaianku sendiri." anak manis itu menggerutu sedih. ia tertinggal jauh dari rombongan.

tadi, ia melaksanakan misi bersama kelompoknya dengan aman. tak ada yang aneh, atau disangka membahayakan. namun, semuanya berganti setelah dirinya terjatuh.

Ni-ki terjatuh akibat tali sepatunya yang lepas dan terinjak ketika ia berjalan. Ni-ki berjongkok, membenahi tali sepatunya sebentar. bodohnya, ia tak memberitahu teman-teman yang berjalan didepan.

benar, ia berada di barisan paling belakang karena tubuh tingginya.

"setidaknya aku bertahan dengan sihir yang tak berguna ini." gumamnya sembari menyembuhkan luka kecil pada telapak tangannya.

setelah dirasa cukup, Ni-ki kembali bangkit. kakinya melangkah mengikuti arah jalan setapak. dan berhenti ketika jalan itu membentuk cabang.

"yang mana?" Ni-ki berpikir keras. ia bingung harus memilih arah.

seingatnya tadi, saat berangkat menjalankan misi, arah jalan yang dilalui itu berkelok ke kanan.

dengan langkah ragu, Ni-ki mengambil jalan ke kanan. matanya terus menelisik sekitaran, siapa tau ada orang lain, atau paling tidak petunjuk.

namun, yang didapatkannya hanyalah pohon-pohon yang menjulang lebih tinggi, burung-burung yang baru saja terlihat oleh matanya—nampak asing, serta cahaya matahari yang semakin redup akibat terhalang pohon-pohon berdaun lebat.

"ah, tersesat." Ni-ki mulai gelisah. pasalnya, kakinya mulai lelah, pundaknya cukup pegal karena tas yang dibawanya, dan perbekalannya mulai menipis.

"bodohnya aku, begini saja tersesat!" ia menghentakkan kakinya kesal.

rasa takut mulai muncul kala maniknya menangkap pergerakan semak. "ibu... Ni-ki takut..." bergumam lirih. ia curiga itu hewan buas. ah, atau bahkan monster?

"ibu, kayaknya ada monster disini..." suaranya mulai bergetar.

di hutan yang katanya jarang didatangi manusia, serta jaman banyaknya eksperimen tak masuk akal pada hewan atau apapun,tak menutup kemungkinan adanya hal berbahaya bukan?

apalagi, dirinya yang masuk lebih jauh kedalam paru-paru dunia itu.

otaknya tiba-tiba memutar memori hal makhluk berbahaya yang diceritakan oleh ibunya. hybrid adalah salah satunya.

dimana, makhluk setengah manusia dan hewan itu bisa saja menangkap manusia untuk menjadi sanderanya, digunakan sebagai pemuas nafsu, atau bahkan menjadi santapan harian mereka.

"hiks—" laki-laki itu mulai terisak. rasa takut, gelisah, cemas bercampur aduk dalam dadanya dan mulai mengubah seluruh rasa itu menjadi air mata.

"hiks— takut..." tubuhnya bergetar karena menangis. Ni-ki sudah tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. semak belukar yang tinggi itu terus bergerak-gerak — menandakan adanya makhluk dibalik sana.

"jangan... hiks— Riki takut hiks—" matanya tertutup oleh dua tangan mungilnya. tak siap melihat apa saja yang akan ditangkap oleh maniknya. "hiks— takut..."

"bocah cengeng, ngapain sendirian disini? mau dimakan harimau?"

suara itu menginterupsi sang empu, Ni-ki membuka matanya. ia percaya jika didepannya adalah manusia.

namun, belum sepenuhnya kepalanya terangkat, Ni-ki kembali menutup matanya. apa yang disangkanya, ternyata salah. itu... hybrid.

tubuhnya kembali bergetar hebat, rasa takut kembali membuncah. dalam hati ia berdoa; tolong kirimkan siapa saja Tuhan, Riki takut dengan makhluk didepan ini. "hiks—"

"kau laki-laki, tetapi aromamu manis sekali."

Ni-ki semakin beringsut, terduduk dibawah pohon, punggungnya menyandar disana. kakinya semakin lemas sebab takut, apalagi makhluk didepannya ini berani meraih bahunya.

Ni-ki mengentak, ia risih dengan perlakuan tersebut. "hiks— jangan..."

tanpa Ni-ki ketahui, senyum miring terbentuk diwajah si lawan. jemari berkuku tajam itu justru beralih menyentuh dagu si manis. "kasihan sekali." ucapnya.

ctas!

"awh!" atensi si hybrid teralih. anak panah terjatuh setelah sedikit melukai lengannya. maniknya menangkap laki-laki bertubuh bongsor menatapnya dengan tatapan menghunus.

sedangkan, Ni-ki masih pada posisinya. ia masih tak sanggup jika bertemu tatap dengan makhluk setengah manusia itu.

dengan mata yang terus tertutup, dan masih menangis sesenggukan membuat dirinya tak menyadari pergerakan apapun disekitarnya.

hingga, ia merasakan tangan besar menyentuh bahunya. dibantu nyali yang sangat tipis, Ni-ki perlahan membuka tangannya.

"baik?"

entah pemikiran darimana, Ni-ki menerjang tubuh didepannya. memeluknya sambil menangis pada dada bidang disana.

"maaf, aku terlambat, mate."

tbc!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc!

mweheheh, selamat mengbingung 😘👋🏻

hwanki ; hello, mate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang