7

182 25 15
                                    

hari pagi sudah menjelang. Ni-ki dan Junghwan bergegas menuju ke arah kemah si manis sesuai janjinya.

sebenarnya Junghwan ingin mencegah agar Ni-ki tak kembali pada 'dunia'nya lagi. namun, apa boleh buat? Junghwan kehabisan ide untuk mencegah kepergian laki-laki manis itu. mau tidak mau Junghwan harus menemani Ni-ki untuk menemukan lokasi kemahnya.

"kau yakin ini jalan yang benar?"

Junghwan memasang wajah datar. sudah lebih dari empat kali sang mate menanyakan hal yang sama. "jika aku salah, kau boleh membunuhku."

"aku tidak sekejam itu!" decak Ni-ki malas. "tapi itu tidak buruk."

Junghwan merolling matanya. "terserah." 

suasana kembali hening. hanya suara berisik dari imbas pergerakan mereka saja. Ni-ki yang bosan mencoba mencari bahan obrolan.

"Junghwan,"

sang pemilik nama merespon dengan deheman.

"apa kau percaya soal mate?" tanya Ni-ki yang berhasil membuat seorang So Junghwan menoleh padanya. namun, tanpa jawaban maupun balasan apapun.

"jawab, ih!" Ni-ki yang kesal menggeplak bahu si muda. dia itu butuh jawaban, bukan tatapan tanpa arti seperti itu!

"bagaimana denganmu?" 

Ni-ki berdecak sebal. "aku bertanya padamu, dan membutuhkan jawabanmu!"

Junghwan tertawa. astaga, lucu sekali ketika laki-laki itu membuat raut kesal. boleh engga kalo Junghwan kurung aja anaknya? buat pribadi aja. ntar dicium, dikecup, digigit pipinya, kalo boleh mau Junghwan perk—

oke, cukup sampai disini So Junghwan.

"entahlah, aku berpikir jika mate memang ada. hanya saja, aku tidak mengerti untuk apa itu."

Junghwan tak bisa menyangkal, bagaimanapun juga ia sudah tahu siapa mate-nya, dan bagaimana rasanya jatuh cinta pada si manis disampingnya ini. tapi, seperti yang ia katakan tadi, Junghwan kurang mengerti untuk apa mate dalam hidupnya.

mungkinkah membawa perubahan besar? seperti sihirnya yang muncul, mungkin? atau bahkan hanya melengkapi sebuah kehidupan saja?

Ni-ki lagi-lagi memukul bahu Junghwan. "kau ini bagaimana sih? sudah jelas makna mate itu pasangan. artinya dia itu pasangan mu!"

benar juga apa yang dikatakan Ni-ki.

"tapi aku tidak mempercayai bahwa mate itu ada." lanjutnya, dan kemudian berjalan lagi dengan tangan yang menggandeng tangan besar milik So Junghwan.

Junghwan yang diperlakukan seperti itu sedikit terkejut. ia berdehem untuk menetralkan keterkejutannya. "kenapa tidak mempercayainya? kau memiliki alasan khusus?"

Ni-ki menghendikkan bahunya, ia tersenyum kecil dengan kepala yang tertunduk dan kaki menyepak kerikil kecil. "ibuku bilang bahwa aku akan bertemu dengan mate ku ketika sihirku optimal."

"lalu, kau sudah bertemu mate-mu?"

Ni-ki terlihat menggeleng, "tidak. ah, maksudku, belum. entahlah mengapa, tapi aku rasa karena sihirku belum optimal."

"bukankah saat itu kau membantu menyembuhkan luka seekor rusa?"

kini pandangan Ni-ki beralih. "jadi maksudmu sihirku optimal? lalu aku sudah menemukan mate-ku, begitu?"

peka dikit ngapa sih, nik :(

Junghwan menghendik bahu sebagai respon. "bagaimana menurutmu?"

Ni-ki menggeleng, "entahlah. aku tidak mengerti definisi sebenarnya dari mate. yang aku tahu hanya soal pasangan hidup yang akan menemani hingga mati. jika salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka adalah mate, maka keduanya akan saling terhubung.

"contoh saja, jika tanganmu terluka dan kau menyadari bahwa aku mate-mu, maka aku juga akan merasakan hal yang sama."

Junghwan mengangguk mengerti. ia sudah tahu soal itu sih. masih ingatkan ketika si manis terjebak sendirian dan bertemu hybrid harimau? saat itu Junghwan juga merasakan ketakutan yang sama bukan?

"tapi," Ni-ki kembali membuka suara setelah cukup lama saling diam dan bergelut dengan pikiran masing-masing. "jika mate memang ada, aku harap kita adalah mate yang terhubung." diakhiri dengan senyuman paling manis dan wajah merah malu-malu.

belum sempat Junghwan membuka mulutnya. ia ingin mengungkapkan yang sebenarnya, bahwa mereka adalah mate. tapi Ni-ki sudah menemukan lokasi kemahnya.

"disana!" pekiknya, menunjuk segerombol orang-orang dengan beberapa tenda didepan sana. "terimakasih, ya!" ucapnya, kemudian ia menghadap Junghwan. "semoga kita bertemu lagi," lanjutnya tersenyum senang, dan sedikit berjinjit untuk menggapai bibir pria didepannya menggunakan bibirnya. "sampai jumpa," dan pergi meninggalkan Junghwan.

meninggalkan So Junghwan yang terdiam kaku sebab keterkejutannya soal Ni-ki yang mengecup bibirnya, dan dari rasa nyeri di sekitar ulu hatinya. boleh ngga sih, Junghwan culik aja si manis?

 boleh ngga sih, Junghwan culik aja si manis?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!
okeeeeee, tabungan terakhir. hehehehehheheheh

hwanki ; hello, mate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang