—SEBAGIAN CERITA AKAN DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN—
Pukul tujuh malam, dan Harris belum juga pergi dari Rumahnya. Membuat Felix selaku tuan rumah kesal sendiri melihat kelakuan temannya.
Bagaimana tidak kesal, anak itu datang jam dua siang dengan keadaan wajah yang sudah babak belur, bahkan pelipisnya terdapat goresan kecil sampai mengeluarkan darah yang sudah mengering.
Berlagak tak terjadi apa-apa, anak itu menyelonong masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan dirinya di kasur milik Felix dengan baju kusamnya, ketika di tanya saat di obati Harris malah menjawab.
"Habis memberantas para monyet gue."
Dan sekarang sudah waktunya kedua orang tua Felix pulang, sebenarnya tidak apa-apa, tidak jadi masalah jikapun Harris akan menginap. Namun yang menjadi masalahnya sekarang adalah wajah Harris yang terluka, bisa-bisa Felix di tuduh ikut tawuran lagi oleh papanya dan itu akan mengancam uang saku bulanannya.
"Heh! Kapan Lo pulang?! Udah jam tujuh nih!"
Harris hanya melirik malas pada Felix yang terus mengoceh menyuruhnya pulang, dirinya masih nyaman di atas kasur empuk milik Felix dan tidak ada niatan darinya untuk beranjak.
"Berisik Lo!" Tukas Harris seraya melemparkan bantal tidur ke arah Felix yang berdiri di depan kasur.
Hap!
Tepat sebelum bantal itu sempat mengenai wajah tampannya, Felix sudah lebih dulu menangkapnya.
"Anjing lo!" Umpatnya, melempar kembali bantal tersebut ke sisi kiri Harris, menatap kesal Harris yang malah menirukan suara bintang yang baru ia sebutkan.
"Guk! Guk!"
"Mirip Lo begitu!"
"Sialan, monyet Lo!"
Bukannya tersinggung Felix justru terkekeh mendengar makian dari Harris, ia berjalan mendekat dan duduk di tepi kasur miliknya.
"Lagian Lo aneh-aneh aja gawean segala berantem, bonyok kan tuh muka."
"Berisik Lo, gue nginep sini deh ya."
"Kagak ada! Pulang sana! Adek Lo lagi sakit juga, bukannya jagain di rawat. Ini malah minta nginep di sini!" Tolak Felix sembari memukul pelan kaki Harris yang selonjoran di dekatnya.
"Yaelah, kan ada bunda sama yang lain jagain Zian. Kalo gue gabung tuh ruangan penuh, kasihan Zian ga bisa istirahat." Balas Harris sama sekali tidak terganggu dengan pukulan Felix pada kakinya.
"Emang kenapa sih? Biasanya juga gue nginep sans ae tuh." Lanjut Harris bertanya pada Felix, karena biasanya anak itu tidak pernah mempermasalahkan jika ia menginap atau bahkan pulang larut dari rumahnya.
"Sekarang lagi kagak sans! Bokap gue bisa marah liat muka Lo bonyok gini, nanti gue di tuduh ikut tawuran juga, uang bulanan gue bisa raib!" Jawab Felix, ia lalu kembali berdiri dan menatap tajam pada temannya yang masih bersantai berlagak seperti pemilik rumah.
"Gue yang jajanin." Sahutnya sombong.
"Lagak Lo udah kaya yang punya alam semesta aja! Udah sana pulang!" Geram, Felix menarik kaki kanan Harris kuat hingga anak itu terjatuh dari kasur empuk miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(SUDAH TERBIT) Marva Dan Lukanya • NCT Dream
Fanfiction(Sudah terbit di Firaz media publisher.) Kata Bunda, "kamu itu Abang, kamu harus bisa menjadi tameng untuk adik-adik mu, dan harus jadi yang lebih kuat." Tapi Bunda Abang nggak sekuat itu untuk bisa melindungi adik-adik. (26-10-2021 - 16-08-2023)