Hari Minggu, Raksa biasanya akan diam di kamar menonton film yang ia suka seharian. Namun kali ini Zian memintanya untuk mengantar ke minimarket dekat rumah.
"Emang bunda kasih berapa? Kok banyak jajannya." Raksa bertanya pada Zian yang kini tengah memasukkan banyak makanan ringan ke keranjang yang ia bawa.
"Dari bang Janu."
Alis Raksa terangkat satu mendengarnya, "emang bang Janu dapet uang darimana?"
"Katanya, menang futsal kemarin ada hadiah uangnya, jadi bang Janu bagi-bagi Zian sama Jidan." Jawab Zian, kini tangannya mengambil dua mie instan titipan Nevan.
Raksa mengangguk mengerti, memang benar kadang perlombaan yang Janu ikuti biasanya ada hadiah uang tunai yang nanti akan di bagi perorangnya.
"Mas Raksa mau jajan apa? Biar Zian bayarin, banyak uang nih!"
Raksa menatap Zian jengah, baru juga di kasih uang sama Janu udah sombong aja.
Lantas Raksa mengambil salah satu Chiki kentang dengan rasa barbeque dan menaruhnya di keranjang.
"Tuh udah."
"Oke!"
Raksa tersenyum gemas melihatnya, tangannya mengusak rambut hitam Zian.
.
"Kamu jajan banyak banget Zi, nanti bunda marah kalo tau."
Zian mengangkat bahunya tidak peduli, tangannya penuh jajanan pinggir jalan, seperti telur gulung, cimol dan cilok.
"Bunda sih ga marah, kan uangnya dari bang Janu."
"Oh iya ya."
Zian mengangguk cepat mendengar gumaman Raksa. "Iya dong! Kan bukan pake uang bunda!"
Raksa terkekeh pelan, adiknya pintar juga kalau soal masalah uang.
Mereka berdua melanjutkan berjalan kaki dari minimarket ke rumah, karena memang dekat, seharusnya mereka sudah sampai tapi Zian menghentikannya saat melihat jejeran pedagang di pinggir jalan.
Keduanya berjalan tanpa banyak bicara, Zian sibuk sendiri dengan cilok yang ia makan, sedangkan Raksa fokus berjalan sembari menenteng dua tas belanjaannya.
Hingga perhatian Raksa teralihkan pada mobil hitam yang berhenti di samping Zian.
Buru-buru Raksa menarik Zian saat pemilik mobil keluar.
"Raksa?"
Raksa menatap tajam orang yang memanggil namanya, sudah bertahun-tahun tapi Raksa tak pernah lupa dengan suara itu.
"Dia siapa mas? Kayak kenal." Zian berbisik di belakang Raksa, wajah pria paruh baya di depannya seperti tidak asing baginya.
"Kenapa Raksa? Kenapa memasang posisi siaga saat bertemu ayah?"
Kalimat yang pria itu keluarkan dari mulutnya membuat Raksa benar-benar memasang posisi, takut-takut sang ayah melakukan sesuatu padanya dan adiknya.
"A-ayah?"
Pria itu tersenyum, pandangannya di buat lembut saat menatap remaja di balik punggung Raksa.
"Betul Zian, ini ayah."
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
(SUDAH TERBIT) Marva Dan Lukanya • NCT Dream
ספרות חובבים(Sudah terbit di Firaz media publisher.) Kata Bunda, "kamu itu Abang, kamu harus bisa menjadi tameng untuk adik-adik mu, dan harus jadi yang lebih kuat." Tapi Bunda Abang nggak sekuat itu untuk bisa melindungi adik-adik. (26-10-2021 - 16-08-2023)