D U A P U L U H S E M B I L A N¹

1.5K 243 52
                                    


—SEBAGIAN CERITA AKAN DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN—



"Sebenarnya, kalian berdua mau ngomong apa, sih? Dari tadi kita cuma muter-muter, lho!"

Protesan dari Raksa akhirnya keluar, setelah di bawa berkeliling menggunakan motor oleh dua saudaranya.

"Emang kenapa sih? Kan jarang kita jalan-jalan bertiga begini." Sahut Janu, sembari menyuap telur gulung yang baru ia beli.

Ketiganya berada di pinggir jalan dekat Madrasah, yang di depan gerbangnya banyak sekali jajanan.

Harris menyantap ciloknya dengan khidmat, tidak peduli pada protesan dari Raksa, toh. Semua jajanan ini yang bayar Janu, jadi ia diam saja dan menikmati.


Raksa menghembuskan napas kesal, "ya, Lo pikir anjir! Kita muter-muter hampir sejam, bisa kesemutan pantat gue kalo duduk terus! Kenapa ga ajak Nevan aja, sih?"

"Si Nevan nolak gue ajakin." Janu beralibi, ia menggigit tusukan terakhir telur gulung miliknya, matanya melirik ke sembarang arah dan menemukan gerobak bertuliskan CIMOL MANG DARYAN

"Tunggu gue habisin cimol dulu, baru gue ajak ke cafe sebrang jalan Sana. Nanti gue ceritain apa yang mau gue omongin." Lanjutnya lalu turun dari motor, tujuannya tentu untuk menghampiri jajanan kesukaannya itu.

"Nu! Gue mau dong!" Pekik Harris, Janu hanya mengangkat satu jempol sebagai jawaban.

Lagi-lagi Raksa harus menahan rasa kesalnya, Janu dan Harris ini benar-benar menguji kesabarannya yang hanya setipis tisu di belah dua.











.













Sesuai ucapan Janu, ketiganya duduk di salah satu meja di ujung cafe.

"Kalo sampe Lo pada belum juga cerita, jangan salahin gue kalo ini garpu menancap dengan mulus di wajah kalian!"

Janu dan Harris kompak menelan salivanya susah payah, ancaman Raksa terlihat begitu menyeramkan, belum lagi masnya itu benar-benar menodongkan garpunya bergantian di hadapan wajah mereka.

Janu berdeham pelan, mengurangi rasa gugupnya. "Sebelum itu, tolong garpu anda turunkan dulu." Pelan-pelan Janu menurun garpu yang berada di tangan Raksa dari depan wajahnya, "Takutnya nih ya, ada setan lewat, terus ga sengaja nyenggol, kena muka gue tuh Garpu, ga tampan rupawan lagi dah Janu Hardandika ini."

Raksa memutar bola matanya jengah, ia meletakkan kembali garpunya di atas piring.

Melihat Raksa yang sudah jinak, Janu akhirnya kembali bersuara. "Kemarin malam gue ketemu ayah."

Ucapan dari Janu sontak membuat kedua lainnya terkejut, Harris bahkan hampir tersedak kopi miliknya saat mendengarnya.

"Kenapa Lo ga cerita sama gue?!"

"Ya ini gue cerita, makanya jangan potong dulu. Jangan sampai gue gebuk kepala lo sampai bunyi, Two Baddies~ two Baddies one Porche~" sahut Janu menimpali Harris.

"Kemarin malam, pas gue pulang larut itu..." Sambung Janu, melirik sedikit pada Raksa yang diam saja mendengarkan.

"Ayah hampir nabrak gue pake mobilnya."





Hening, saat Janu menyelesaikan ucapannya. Hingga tak berselang lama, suara Raksa yang menyentak terdengar.






"Kalo gitu mulai sekarang, ga usah berurusan sama ayah! Dia jahat, buktinya Lo mau di tabrak!"

"Ga, mas. Dengerin gue ngomong dulu! Ayah memang hampir mau nabrak gue, tapi itu ga sengaja—"

Belum sempat Janu menyelesaikan ucapannya, Raksa lebih dulu memotong.

(SUDAH TERBIT) Marva Dan Lukanya • NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang