Chapter 3.

839 63 25
                                    

Sebelum baca jangan lupa buat tekan vote, komentarnya ya!

____________________________________

Tok... Tok....

Seseorang mengetuk pintu rumah kediaman Khatab, Aira yang lagi bersih-bersih rumah pun langsung terhenti. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, terlihat seorang perempuan tersebut ke arah Aira.

"Aira!"panggilnya dan langsung memeluk Aira.

Aira tersenyum dan membalas pelukan dari perempuan tersebut.

"Ayo masuk dulu,"ucap Aira yang mempersilahkan sahabatnya tersebut untuk masuk.

Namun sebelumnya Elin melihat kiri kanan di dalam rumah Aira, merasa orang yang di carinya tidak ada Elin pun mengangguk.

"Ngeliatin apa si?"

"Gue tuh lagi ngeliatin suami bejat lo itu, siapa tau kan dia masih ada di rumah."Elin mengambil cemilan yang berada di dalam kulkas.

Aira, terkekeh mendengar ucapan Elin. Dia membuatkan air untuk Elin, sedangkan Elin sudah tidak peduli dan menganggap rumah tersebut adalah rumahnya juga.

Aira suka jika Elin yang tanpa sungkan jika berada di rumahnya, Elin juga jika bertamu ke rumah Aira selalu membawa cemilan atau makanan lainnya.

"Ra, kemarin lo di apain sama suami lo. Pas dia tau lo ke kantor dia?"tanya Elin sambil menikmati cemilan yang tadi dia ambil.

"Nggak di apa-apain kok,"jawab Aira tersenyum hangat.

"Boong banget lo Ra, gue liat lo di perlakuin layaknya orang yang di bully!"

"Li, aku nggak papa. Mas Ezhar nggak apa-apain aku lagian kemarin mungkin kamu salah liat kalo,"ucap Aira terkekeh.

Elin membenarkan duduknya dan menatap Aira, dengan begitu lekat. Terlihat pancaran mata Aira yang begitu sayu seperti orang kelelahan.

"Gue teman lo Ra, lo jangan tutupin semuanya sama gue. It's okay nggak semua masalah lo harus cerita ke gue, tapi kalo masalah ini lo harus cerita Ra biar tu bajingan nggak seenaknya sama lo."

"Huft! Harus berapa kali sih aku bilang ke kamu Lin, kalo aku itu nggak papa. Dan mas Ezhar itu baik sama aku,"ucap Aira meyakinkan Elin.

Elin yang malas berdebat dengan Aira, pun hanya mengangguk dan tersenyum sedikit terpaksa. Dia tau keadaan sahabatnya sekarang sedang tidak-tidak baik-baik saja, setelah menikah dengan laki-laki bajingan tersebut.

Jika kaliaan bertanyan kenapa orang tua Aira, menikahkan anaknya dengan laki-laki bajingan. Jawabannya sangat simple Ezhar, jika di depan kedua orang tua Aira sangat sopan dan menyanyi Aira. Namu jika sudah berduaan dia akan memperlakukan Aira layaknya mainan.

"Terserah lo deh Ra, yang jelas gue bakal mantau lo. Kalo sampe dia melebihi batas gue nggak akan segan bunun dia!"

Aira, terdiam dan mengangguk. Dia mengambil tangan Elin dan mengelusnya lembut, Elin mentap tangan Aira yang mengelus tangannya. Aira tersenyum ke arah Elin dan di balas olehnya.

"Makasih kamu selalu ada buat aku Lin, makasih buat semuanya."

"Lo sahabat gue Ra dan gue udah anggap lo kaya sodara gue."

Setelah acara mewek-mewek an tadi, kini mereka kembali tertawa dan bercerita tentang masa kecil dan saat mereka masih sekolah.

Hingga di mana Elin, merasa bosan karena berada di rumah. Dia berniat ingin membawa Aira jalan-jalan, sekalian ingin mengajak Aira shoping.

"Jalan-jalan yu?"

"Jalan-jalan?"beo Aira.

"Iya ayo, buruaan ganti baju lo sekarang kita berangkat. Mumpung masih jam 10,"ucap Elin.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang