Chapter 7.

651 54 325
                                    

Jangan lupa sebelum baca vote, comment nya ya!
_____________________________

Perlahan mata cantik Aira terbuka, dia terkejut ternyata dirinya tertidur di kamar Ezhar. Dia mencari keberadaan Ezhar di sekitar, namun tidak ada tanda-tanda bahwa laki-laki tersebut ada. Dia hanya takut jika Ezhar tau dirinya tidur di kamar miliknya, entah apa yang akan Ezhar lakukan lagi dengannya.

Dia melihat ke arah jam yang di mana menujukan pukul 4:55, segera Aira berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat subuh.

Aira mehamparkan sajadah miliknya untuk melaksanakan sholatnya.

Setelah selesai sholat, tiba-tiba perut Aira terasa sakit. Mungkin efek kemarin saat Ezhar menendang perutnya. Namun rasa sakit itu sudah sedari kemarin, namun dirinya masih menahan sakit itu.

Aira perlahan merapikan sajadahnya, namun tiba-tiba darah keluar dari hidung miliknya. Aira mengelap darah tersebut dengan tangan, saat dirinya melihat langsung terkejut.

“Astaghfirullah,”ucapnya yang langsung berlari ke arah kamar mandi.

“Astagfirullahaladzim, yaAllah. Kuatkan Aira, Aira capek banget ya Allah.”

•••

Aira menuruni anak tangga satu persatu, tiba-tiba dirinya mendengar sebuah keributan di bawah. Langsung saja Aira turun dengan sedikit tergesa.

Di sana sudah ada suami dan Ayah mertuanya, mertuanya sedang memarahi Ezhar habis-habisan. Ezhar pun menatap mereka dengan manja dan takut, baru pertama kali Aira melihat wajah tersebut.

Dia terkekeh dari kejauhan namun langsung di sadari oleh Ezhar, Ezhar menatap tajam Aira membuat dirinya langsung diam dan menundukan kepala.

“Kamu itu sudah menjadi suami, harusnya ingat waktu!”

“Kasian istri kamu sakit tapi kamu malah keluyuran tidak jelas, pulang sampai pagi memangnya apa yang kamu lakukan.”

“Lagian dia punya kaki sama tangan Yah, jadi nggak usah di manjain gitu. Entar dia keenakan,"ucap Ezhar memutar bola mata malas.

“Tapi dia itu istri kamu, kasihan dia menunggu waktu sampai larut. Sedangkan kamu bersenang-senang di luar sama, kamu tidak sadar bahwa masih ada orang tua kamu di rumah ini!”

“Ezhar, Ayah sama Bunda capek liat kamu kaya gini. Entah siapa yang kamu ikutin sifat ini,”ucap Bunda dengan nada lemah.

Ezhar menatap Bundanya yang terlihat sedih, dia langsung mendekati Bundanya yang memeluk wanita tersebut.

“Bun, maafin Ezhar. Tapi dia emang pantas kaya gitu,”jawab Ezhar.

Kinara yang mencium bau alkohol dari mulut Ezhar, pun terkejut. Sejak kapan anaknya bisa minum-minuman hal tersebut.

“Kamu mabuk Ezhar?”

Mendengar pertanyaan dari sang Bunda, Ezhar langsung terdiam dan menjauh.

“Ezhar cape mau istirahat dulu.”

Dirinya langsung meninggalkan kedua orang tuanya tersebut, dan menarik kasar Aira. Membuat Aira menahan sakit di tangannya.

“EZHAR LEPASKAN AIRA!!”

Namun dirinya tidak memeperdulikan teriakan tersebut.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang