Chapter 9.

651 51 204
                                    

Jangan lupa vote, comment sebelum baca ya!!
_________________________________

Di sebuah ruangan ada seorang perempuan yang sudah berumur, namun masih terlihat sangat cantik. Dia menatap luar lewat jendela kamar miliknya, dia menghapus matanya yang sedari tadi keluar air mata.

“Kaliaan jahat!”

“Aku benci mas Indri, hiks!”

Krek!

Pintu ruangan terbuka perlahan, menampilkan sosok laki-laki yang terlibat sangat berwibawa dan tampan. Dia mendekati Kinara dan mengelus pundak perempuan tersebut dengan lembut.

“Selamat pagi, Mama. Apa kabar?”

Namun perempuan tersebut tidak menoleh sekali pun, dia masih fokus melihat ke arh luar jendela.

“Mama ini Ezhar, apa Mama nggak kangen sama aku?”

Mendengar nama Ezhar perempuan tersebut langsung berbalik, dan memeluk sang anak. Kini air matanya kembali tumpah sambil memeluk Ezhar.

“Mama benci mas Indri, Mama benci!”

“Ma, tenang ya. Ezhar selalu nemanin Mama kok,”ucapnya menenangkan.

Isakan tangis Kinara kini mereda, deru nafasnya juga terdengar sedikit teratur. Ezhar menatap wajah Mamanya yang terlihat masih sangat cantik tanpa kerutan itu, dia mencium kening Kinara dengan lembut.

“Mama kenapa nggak tidur, ini udah malam.”

Kinara tidak menjawab, dia hanya menggeleng lemah dengan tatapan kosong kedepan.

“Mama udah makan belum?” namun masih tetap sama tidak ada jawaban sama sekali.

“Tadi Ezhar ada beli makanan kesukaan Mama, Mama mau Ezhar suapi nggak.”

Dia langsung menarik tangan Kinara dengan lembut, dan membawanya menuju sofa yang berada di ruangan tersebut. Jika kaliaan berfikir ruangan rsj untuk pasien itu tidak begitu mewah, memang benar. Hanya saja tempat Kinara ini seperti ruang kamar yang begitu sangat mewah.

Satu sendokan masuk ke dalam mulut Kinara, dia tersenyum saat merasakan masakan enak tersebut.

“Enak, ini makanan kesukaan Mama dan....”

“Sutttt Ma udah ya jangan di ingat terus, sekarang Mama makan terus minum obat baru tidur.”

Kinara mengangguk, perempuan tersebut makan dengan sangat lahap. Ezhar tersenyum saat sang Mama makan dengan begitu banyak, senyuman dan pancaran mata dari Kinara membuat air mata Ezhar turun dengan sendirinya.

Betapa perih dan sakitnya hati Ezhar, saat melihat Mama yang dulunya ceria, penyayang dan lemah lembut kini berubah menjadi tangisan, teriakan, dan amarah.

Makanan tersebut sudah habis, langsung saja Ezhar memberikan obat untuk Kinara. Dan menyuruhnya untuk segera tidur.

“Mama nggak bisa tidur,”ucapnya dengan sedikit takut.

“Kenapa Ma, ini udah malam Mama harus istirahat ya.”

Kinara masih tetap menggeleng dengan cepat,”Mas Indri selalu datang ke sini dan bawa pisau.”

Mendengar ucapan Kinara tangan Ezhar, seketika mengepal dengan keras. Dia memeluk Kinara dengan lembut dan menatap ke dengan tatapan amarah, dia tidak mengerti apa mau Papanya tersebut. Sudah menyakiti Mamanya dan sekarang ingin apa lagi, sudah cukup Ezhar mengalah sewaktu dulu dan kini dia harus membalas semua perbuatan laki-laki tua tersebut.

“Mama tenang ya Ezhar bakal temenin Mama di sini, sekarang Mama aman. Mama bisa tidur dengan nyenyak,”ucap Ezhar tersenyum.

“Beneran?” dan di balas anggukan oleh Ezhar.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang