Chapter 12.

651 52 12
                                    

Jangan lupa vote, comment sebelum baca ya!

Seorang perempuan cantik yang di baluti dengan hijab syar'i terbaring lemah di sebuah kasur rumah sakit, terlihat dari bibir perempuan tersebut sangat pucat. Ya sekarang Aira hanya menggunakan hijabnya tanpa niqob, walaupun seperti itu Ezhar tidak pernah membiarkan siapa pun yang melihat termasuk dokter.

Aira di tempat kan di sebuah ruangan mewah yang di mana merawat dirinya hanya perempuan, tanpa ada dokter laki-laki. Begitu juga sekarang di tempat tersebut hanya ibu Husma yang menemani, tapi tidak dengan Ezhar.

Tangan kecil nan mungil tersebut di pasang oleh infus, karena dirinya yang tidak makan hingga membuat ion di tubuhnya merosot. Husma masih setia memunggu Aira bangun dari pingsannya, dia sesekali pergi ke mushola untuk berdoa.

Mata cantik yang sedari tadi di tunggu untuk membuka, kini perlahan terbuka dia melihat sekeliling ruangan yang sangat asing baginya. Ya karena ruangam tersebut sedikit mewah dan ada bau obat-obatan, setau dia kamar gudang lusuhnya tersebut tidak sebagus san secerah ini.

Krek....

Pintu ruangan terbuka menampilkan Bu Husma yang baru saja selesai melaksanakan sholat dzuhur, dia senang ketika melihat Aira yang sudah siuman.

“Nak Aira!”berjalan dengan tergesa-gesa.

Aira yang tadi wajahnya ke arah lain pun, langsung menoleh saat mendengar suara tersebut. Dia tersenyum hangat walaupun bibir miliknya terlihat pucat tapi tetap saja masih cantik.

“Syukur lah nak Aira sudah bangun, Ibu khawair dengan keadaan nak Aira.”Husma menunduk.

Aira mengulurkan tangannya perlahan menggapai tangan wanita tua yang sudah sedikit berkeriput tersebut, dia menggeleng lalu tersebut.

“Aku nggak papa bu, buktinya sekarang aku masih bisa bicara.”ucapan lembut dari Aira membuat hati Husma tenang, dia jadi kefikiran anaknya yang di rumah.

“Tapi ini salah Ib__”

“Syutt... Ibu nggak boleh nyalahin diri Ibu sendiri, ini udah takdir Allah.”

“Tapi memang benar andai waktu itu Ibu cepat nolong nak Aira, pasti nak Aira nggak mungkin ada di tempat ini.”Husma masih menyalahkan dirinya sendiri, pun membuat Aira tidak suka. Dia tidak suka jika ada seseorang yang selalu menyalahkan dirinya sendiri, padahal jelas-jelas tersebut bukan kesalahan dia.

“Aira nggak suka kalo dengar Ibu nyalahin diri sendiri terus, kalo Ibu masih kaya gitu aku mau pulang dan nggak mau ketemu sama Ibu lagi.”mendengar penuturan dari Aira membuat Husma terkejut dia menggeleng cepat, wanita tua tersebut tidak ingin jauh dari Aira. Karena menurutnya Aira sudah di anggap seperti anak sendiri dan melihat wajah Aira juga akan mengobati rasa rindu dia terhadap anaknya.

“Jangan nak, ibu nggak mau. Maaf kan Ibu, Ibu janji nggak ngomong gitu  lagi.”

“Aira haus bu, boleh minta tolong?”

Dengan sigap Husma mengambil air putih yang berada di gelas di atas meja tersebut.

“Makasih Bu. Mas Ezhar kemana?”kini Aira melontarkan pertanyaan yang sedari tadi berputar di otaknya.

Dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Ezhar, di sini hanya dia bersama bu Husma.

“Tuan pergi dia marah karena nak Aira membuat dia repot. Jadi Ibu yang di suruh jaga nak Aira,”ucap Husma.

“Oh gitu Bu,”ujar Aira tersenyum getir.

“Astagfirullahaladzim cadar aku mana Bu!”dia baru menyadari akan cadar yang sudah tidak melekat di wajahnya, dia sangat terkejut karena wajah yang selama ini dia jaga hanya untuk suami kini akan terlihat sempurna oleh orang lain.

Di Balik Senyuman AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang