Chapter 21

3.3K 163 9
                                    

PERHATIAN!! INI FF YG AKU REMAKE DARI SALAH SATU NOVEL SANTHY AGATHA, SEKALI LAGI AKU HANYA REMAKE DAN JIKA KALIAN INGIN MENCARI NOVELNYA KALIAN BISA CARI DENGAN NAMA YANG MENJADI JUDUL FF INI KARENA AKU NGGAK MERUBAH
APAPUN KECUALI UNTUK MENDUKUNG
BERJALANNYA FF INI.

.
.
.
.

Bab 21

Wajah Nunew tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Zee yang membara.

"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah"

Kemarahan Zee yang semula menggelegak langsung
surut mendengar perkataan Nunew. Kenapa Zee tidak menyadarinya? Yang diinginkan Nunew hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Nanai. Hanya itu.

Dan Zee bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Nunew, dia akan memberikannya,
"Ikut aku," Zee mengambil tangan Nunew dan
membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret
Nunew yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Nanai terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.

Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Pawat juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Zee membawa Nunew ke sayap rumah itu. Zee berhenti menyeret Nunew ketika mereka berada di pintu
kamar emas itu,

"Kau ingin jawaban bukan?," Zee melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Nanai yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Nunew. Dengan segera Nunew mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Zee kepada lukisan itu. Zee melangkah kehalaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Nunew menyadari apa yang akan
dilakukan oleh Zee, semuanya sudah terlambat,

"Jangan!"

Terlambat. Zee sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sekejap api itu sudah membakar kanvasya yang rapuh. Seluruh lukisan Nanai yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Nunew berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap
Zee dengan bingung,

"Kenapa kau melakukannya?"

"Karena," Zee tiba-tiba meraih Nunew dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Zee melahap bibir Nunew seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Nunew yang sudah lama tidak dicecapnya.

Zee memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu. Ketika Zee melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Nunew lemas hingga Zee harus menopangnya. Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Nunew dan menghadapkan ke arahnya.

"Karena Tuan Nunew Chawarin Panich, aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu, sebagai Nunew yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku," Zee melumat bibir Nunew yang menganga takjub dengan penuh gairah.

"Kau tersimpan di hatiku," dengan lembut Zee membawa tangan Nunew ke dadanya,

"Hati ini dulu sudah kubuang jauh jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya," Zee menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu,

Sleep with The Devil - ( ZEENUNEW )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang