4

202 22 0
                                    






Aku tidak bisa tertidur tenang, terlebih lagi eomma ku sekarang telah membelikan kasur queen size yang ku idam-idam kan sejak kecil.

Memang aku menginginkan kasurnya, tapi tidak untuk sekarang karena kini aku tidak sendirian lagi menempati kamarku, apalagi kejadian tak senonoh telah terjadi di antara aku dan saudara tiriku

Rasanya sangat canggung, takut dan malu jika aku mengingatnya. Bahkan sekarang aku tidur dengan posisi memunggunginya sampai mepet ke sisi kanan karena tidak mau dekat-dekat dengannya

"Bisa diam tidak?" Aku menoleh dan melihat dirinya masih dengan mata tertutup mengatakan itu

"Jangan banyak bergerak! Mengganggu tidurku saja! Kalau tidak nyaman tidur saja di lantai!" Lanjutnya

Sialan! Siapa dia berani-beraninya menyuruhku tidur di lantai! Dia bahkan menumpang di kamarku!

"Kau juga diam jangan berisik!" Sewotku

Untungnya dia tidak membalasku, jika dia membalasku mungkin akan terjadi perang malam ini

Tapi tetap saja aku tidak bisa tidur hingga dini hari. Tiba-tiba aku mendengar isak tangis dari belakangku, dengan pelan aku membalikan badan

Huh dia menangis? Aku menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, apa yang membuat adik tiriku menangis dalam tidurnya? Apa dia mimpi buruk?

"Hiks hiks appa..."

"Appa~" lirihnya

"Appa..."

Dia mungkin memimpikan appa nya, tapi mimpi apa yang membuatnya sampai menangis lirih begini?

Aku menatap wajah cantiknya yang terpejam dengan gelisah, dengan ragu aku mendekatinya dan memeluknya

"Sssstt aku disini"

"Hiks appa..." dia melingkarkan tangannya ke pinggangku

Aku terus menenangkannya dan dia mulai berhenti menangis, karena merasa mataku berat aku ketiduran dengan tanganku yang masih memeluknya















Aku terbangun karena merasa ada yang mendorongku sedikit kasar, kulihat adik tiriku sudah terduduk dan menatap tajam ke arahku

"Kau!" Tunjuknya padaku

"Kau sangat marah ketika aku menciummu! Dan sekarang? Kau memelukku ketika aku tidur! Kau memanfaatkan kesempatan!"

"Y-yaaa!!!" Aku yang baru bangun tidur tidak terima dituduh seperti itu

"Wae?! Wae?! Kau jelas-jelas memanfaatkan kesempatan!"

"Mentang-mentang kita sekasur kau memelukku seenaknya!" Dia memukulku dengan bantal

"Yaaaa aish shiballl!!!" Aku menjambak rambutnya

"Ya aish lepasin!! Kenapa kau menjambak rambutku huh?!" Dia membalas jambakanku

"Yaaa!!! Aku memelukmu karena semalam kau terus menangis memanggil appa mu!!!" Aku melepaskan rambutnya dan mendorongnya dengan kasar

"AAAAAA EOMMA AKU TIDAK MAU SEKAMAR DENGAN DIA!!!" Teriakku sambil keluar kamar

Aku melihat sekeliling rumah yang tampak sepi, sepertinya eomma sedang pergi keluar

Aku menghentakkan kaki ku dengan kesal dan mengambil segelas air minum, ku teguk semuanya dalam sekejap dan menyimpan kembali gelas itu dengan kasar

"Dasar tidak tau malu!" Sewotku sambil terus menatap tajam pintu kamarku

Suara ketukan pintu mengalihkanku, aku bergegas membuka pintu

"Aku pulang~" aku bingung melihatnya

"Oh! Apa kamu seulgi anakku?" Aku pun mengangguk kebingungan siapa kah sosok di depanku ini

"Omo! Senang bertemu denganmu nak!" Dia memelukku

Ah rupanya dia appa tiriku, aku sempat tak mengenalinya karena di bagian wajahnya kini bertumbuh kumis dan janggut

"Appa? Kenapa ada disini? Bukannya kau--"

"Appa landing dini hari dan langsung menuju kesini" potongnya sambil memegang bahuku

Aku mengajak appa untuk duduk di sofa ruang keluarga

"Apa tidak ada orang dirumah? Kenapa sepi?"

"Eomma mungkin sedang belanja kebutuhan ke supermarket dan ir--"

Ceklek... suara pintu kamar membuatku berhenti

Terlihat disana irene mematung melihat ke arah kami

"Irene-ah..." panggil appa

Irene memutuskan pandangannya dan kembali masuk kamar dengan sedikit membanting pintu

"Huh?" Aku terheran melihatnya sedangkan appa menghela nafasnya dengan berat ada raut sedih dari wajahnya itu

"Sebentar biar aku bicara dengannya" aku menyusul irene ke dalam kamar

Aku melihat dia meringkuk menutupi semua tubuhnya

"Irene.."

"Gwenchanna?"

"Appa ingin bertemu denganmu" ku lihat irene semakin menutupi tubuhnya

Oke melihat irene seperti ini ku tebak hubungan keduanya tidak baik

"Semalam kau menangis dan terus memanggil appa mu"

Aku duduk disampingnya dan mengusap kepalanya yang tertutup selimut, aku yakin dia sedang menahan tangisnya terlihat dari badannya yang bergetar

"Jujur padaku, kau sangat merindukan appa mu kan?"

Benar saja, tangisnya pecah saat ini

"Menangis lah jangan ditahan"

"Aku keluar dulu" ucapku sambil berdiri

Ketika hendak pergi, tanganku ditahan olehnya, aku menoleh dan melihat dia mengeluarkan kepalanya

"B-bolehkah a-aku m-memelukmu?" Ucapnya pelan tapi masih terdengar olehku

"Apa katamu?" Pancingku

"Bolehkahakumemelukmu?"

"Hah? Apa?"

Dia menghempaskan tanganku, dengan cepat ia duduk dan menarik tubuhku ke dalam pelukannya

"Hiks aku tau kau pura-pura tidak mendengarku!" Aku terkekeh

"Tadi pagi kau marah karena aku memelukmu, sekarang lihat kau malah minta dipeluk olehku"

"Diam hiks!" Irene mengeratkan pelukannya

"Cepatlah menangisnya dan temui appa mu" irene menggeleng di dalam pelukanku

"Wae?"

"Aku tidak mau" irene melepaskan pelukannya

"Appa mu baru saja datang masa tidak disambut oleh anak judes nya ini sih?" Irene memukul bibirku

"Awww sakit pabo!" Aku mengusap bibirku

*chuu

Aku melotot saat dia mengecup bibirku

"Dasar orang gila!" Dengan cepat aku menjauh dan keluar dari kamar




















•TBC•

But I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang