Ketiga pria yang tengah duduk santai dengan secangkir wine di tangannya seketika mematung setelah mendengar banyaknya pertanyaan yang dilontarkan Amaya kepada pandu. Untuk beberapa saat, situasi antar mereka berempat menjadi sangat hening hingga membuat pandu semakin kaku."Ekhem, bagaimana dengan kalian?" Pandu berdeham kecil untuk memecah keheningan, lalu dilanjut bertanya kepada Cakra juga Rama yang masih terpaku dengan tingkah laku Amaya.
"Ah, beritahu saya patung apa yang akan anda buat dengan keras baru itu?" Tanya Rama kepada Pandu sembari menggaruk tengkuknya sendiri karna merasa masih canggung.
"Anda tidak pernah memberitahu apa yang akan anda buat setiap kali memiliki rencana" Rama melanjutkan ucapannya setelah melihat Pandu mulai mengangkat kepala untuk menatap Rama yang berada di sampingnya.
"Eheyy!! Giliran gua! PANDU! Lu harus mau pergi ke bar sama gua!" Cakra melontarkan ucapannya dengan nada tinggi dan antusias yang luar biasa seperti biasanya.
Mendengar apa yang Cakra ucapkan, Rama spontan menyemburkan wine yang berada di dalam mulutnya. Semburan wine tersebut tepat mengenai wajah Cakra yang berada di seberang meja hadapannya. Merasakan wajahnya basah kuyup oleh wine, Cakra menahan nafasnya fan mengusap wajahnya dengan perlahan.
Setelah mengeringkan wajahnya dari cairan yang disemburkan oleh Rama, Cakra menarik nafasnya dengan dalam, lalu mengambil sandal miliknya dan melemparkannya ke arah Rama. Tak disangka, sandal yang dilempar oleh Cakra meleset dan mengenai wajah pandu yang sedang memperhatikan mereka.
Dengan wajah lugunya, gadis manis pemilik bibir mungil bernama Amaya itu tertawa terbahak-bahak setelah melihat wajah pandu yang tertampar sandal milik Cakra.
Melihat pandu menyimpan cangkir wine yang digenggamnya ke atas meja, Cakra dan Rama dengan cepat menghampiri Pandu dan berlutut di hadapannya. Sembari memegang lutut Pandu, kedua pria itu memasang wajah yang begitu memelas sembari sibuk meminta maaf.
"Es, Kagak sengaja sumpah. Sumpah kagak sengaja demi alek. Salahin tuh si Rama apa apaan sembur sembur." Gerutu Cakra sembari mendorong bahu Rama hingga sedikit tersungkur.
"Loh loh kok salahin saya, yang lempar sandal kan bukan saya." Bantah Rama setelah dia kembali duduk.
Melihat kedua temannya sibuk saling menyalahkan, Pandu menghela nafasnya dengan kasar, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi taman sembari menatap kedua pria yang berada di hadapannya.
"Duduk lagi ketempat semula," Ucap pandu. Hal itu berhasil membuat Cakra dan Rama kembali duduk ke tempatnya masing masing.
"Oke, berhenti saling menyalahkan, tidak ada gunanya." Lontar pandu setelah melihat kedua rekannya duduk dengan tenang.
"Sekarang saya akan menjawab satu persatu. Untuk pertanyaan nona Amaya, bertanya tentang 2 lukisan yang berada di dalam. Dengar, saya menjawab hal ini hanya karna saya diharuskan untuk menjawabnya. Lukisan di dalam itu bukan saya yang membuatnya, dan bukan saya juga yang berada di dalamnya. Kenapa menggunakan pakaian seperti itu? Karna memang pakaian seperti itu yang digunakannya di era itu. Kenapa tidak boleh disentuh? Karna lukisan itu sudah tua, bahannya sudah rapuh, dan mungkin saja hancur jika disentuh sembarangan." Jawab Pandu untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh Amaya.
"Untuk pertanyaan Rama, Apa yang akan sy buat menggunakan bahan keras yang baru saya dapatkan? Saya akan membuat patung seekor rubah. Untuk saya simpan di gelery." Jawab Pandu untuk pertanyaan yang diberikan Rama untuknya.
"Dan jawaban untuk Cakra. Atur saja tanggalnya. Ingat, sekali ini saja." Pandu menjawab tantangan dari Cakra dengan mudah, tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM AMYGDALA [ On Going ]
Teen FictionTemukan aku yang tersembunyi dibalik sebuah seni. *** Pandu Martadilaga. Dia merupakan seorang pria pecinta seni yang memiliki paras begitu tampan. Pria pemilik manik mata berwarna coklat muda, d...