B-4. Langit Malam.

141 128 72
                                    

   Wanita itu pun masuk kedalam ruangan milik Pandu dan duduk tepat di hadapan Pandu saat Rama mempersilahkan nya. Setelah Rama kembali menutup pintu, Rama segera mendekati Pandu dan memberikan papan yang berisi surat perjanjian dari wanita yang duduk di hadapannya.

   "Baik, Halo nona Amaya adelyn…." Belum sempat Pandu menyelesaikan ucapannya, wanita yang bernama Amaya tersebut sudah memotong ucapan Pandu dengan tergesa.

   "Maaf tuan, saya tidak sengaja merusak lukisan itu. Sebagai rasa penyesalan, saya siap mengganti rugi sebesar apapun nilai uang yang anda minta," Ujar Amaya kepada Pandu sembari memainkan jarinya seolah dia tengah dilanda rasa takut.

   Melihat prilaku Amaya, pandu sedikit kebingungan hingga ia menggaruk rambut bagian belakangnya sendiri. Lalu memberikan isyarat kepada Rama untuk memberikan segelas air putih kepada Amaya. 

   "Sekarang nona tenang dulu, minum airnya. Saya akan berbicara setelah nona merasa tenang." Ucap pandu kepada Amaya setelah Rama memberikan segelas air untuknya.  

   "Baik tuan. Silahkan dilanjut," Ucap Amaya setelah meminum air yang disuguhkan untuk menenangkan dirinya.

   "Begini. Saya tidak akan basa basi, jadi mari langsung ke intinya saja. Nona Amara, benar? Saya tidak akan menuntut ataupun memintamu mengganti rugi dalam bentuk uang untuk kerusakan lukisan milik saya. Namun sebagai gantinya, Asisten saya akan mengantar nona untuk membeli bahan keras pembuatan patung. Nona tidak perlu membayar 100%, cukup 40/50% saja. Jadwal bisa nona atur sendiri kapan nona bisa melakukan hal tersebut," Ujar Pandu kepada Amara yang sedari tadi tengah memperhatikannya menjelaskan.

   "Nona?" Pandu kebingungan ketika melihat Amaya yang tidak merespon apapun ucapan Pandu, namun pandangannya terpaku pada wajah Pandu tanpa berkedip sedikitpun

   "Apa kamu baik baik saja?" Tanya Rama sembari memegang pundak Amaya dengan perlahan dan hati hati

   "Oh ya, maaf. Saya baik baik saja. Besok saya bisa," Saut Amaya setelah merasakan sentuhan di pundaknya.

   Wajah Amaya terlihat memerah karna sedikit malu setelah menyadari bahwa dirinya sempat terpaku untuk beberapa saat. Tak lama setelah itu Amaya pun bangkit sembari menyodorkan lengan kanannya untuk berjabat tangan dengan Pandu.

   Melihat hal itu, Pandu pun ikut bangkit. "Asisten saya bisa mengantarkanmu pulang dengan selamat, jika nona mau." Alih-alih menjabat tangan Amaya setelah selesai berbicara, Pandu langsung mengambil langkahnya untuk meninggalkan ruangan kerjanya. 

   "Maaf, dia memang seperti itu. Namun bukan berarti dia marah. Mari saya antar pulang," Ucap Rama kepada Amaya sembari menggantikan Pandu untuk menjabat tangannya.

   "Ah begitu ya. Tidak apa-apa, tidak perlu. Lagipula saya ada urusan di dekat sini. Jika begitu saya pamit. Permisi." Jawab Amara dengan senyumnya yang terlihat canggung, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

   Tanpa menunggu lama, Rama segera menyusul Pandu yang memilih turun ke lantai dasar melalui tangga darurat. Napasnya sedikit Terengah-engah karna mengejar pandu yang langkahnya slalu terlihat seperti terburu buru.

  "Tuan! Ponselmu!" Ucap Rama dengan nada sedikit tinggi agar terdengar oleh pandu yang berada 10 langkah didepannya.

   "Saya dengar, Rama. Tidak perlu berteriak," Jawab Pandu sembari memakai masker di wajahnya. 

  Rama terkekeh kecil sembari mengikuti Pandu hingga berada di basement yang merupakan parking area. Rama sedikit berlari menghampiri mobil dan mengendarainya ke arah Pandu yang menunggu di depan pintu tangga darurat. Setelah menempatkan mobil tersebut di depan Pandu, Rama segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Pandu.

I AM AMYGDALA  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang