Setelah melepas tali sepatu yang terikat, dia segera menyimpan sepatu miliknya pada rak sepatu yang berada di luar rumahnya. Dia memasuki rumah sembari melepas tas yang di tentengnya pada pundak. Tidak sempat mengucap salam, dia sudah terpaku dengan apa yang matanya lihat di dalam rumah.
*Plakk!!!*
Suara tamparan yang begitu nyaring terdengar jelas oleh seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang baru saja pulang dari sekolahnya.
Walau hatinya sangat teriris melihat itu, dia sudah cukup sangat lelah menyaksikan hal-hal seperti itu. Akhirnya dia memilih acuh dan pergi ke dalam kamarnya sendiri, lalu menutup dan mengunci pintu kamar nya dengan rapat. Mengambil buku gambar juga pensil miliknya, dia berusaha mengalihkan fokus dan pendengaran nya dengan cara menggambar sesuai dengan imajinasi dalam kepalanya.
"Dasar istri tidak tau malu! Pelacur murahan! cuihh!!!" Makian yang begitu kasar keliar dari mulut seorang pria dewasa yang merupakan ayahnya. Suara yang terdengar lantang itu ditujukan untuk istrinya sendiri.
"Dasar istri tidak tau malu! Pelacur murahan! cuihh!!!" Makian yang begitu kasar keluar dari mulut seorang pria dewasa yang merupakan ayahnya. Suara yang terdengar lantang itu ditujukan untuk istrinya sendiri.
Mendengar orang tuanya saling melempar caci makian satu sama lain membuat nya merasa ketakutan hingga menjambak dan memukuli dirinya sendiri di dalam kamar. Detak jantungnya berdegup kencang hingga membuat sekujur tubuhnya terasa begitu lemas tak berdaya.
*Bughhh!!! Brakkk!!!*
Kedua telinganya kembali mendengar suara pukulan juga dorongan, yang disusul dengan suara guncangan dari meja makan yang terbuat dari kaca. Kekhawatiran menyelimuti nya di dalam kamar. Menarik selimut hingga menutupi keseluruhan badannya, dia memutuskan untuk tidur dan berharap esok hari suasana akan membaik
***
Sabtu pagi, pukul 05:30
Kedua matanya terbuka saat sinar mentari menyorot wajahnya melalui jendela kaca di samping kasurnya. Helaian rambutnya tertiup hembusan angin pagi hari yang begitu segar saat terhirup. Kicauan burung dan suara dedaunan yang terhembus angin membuat suasana pagi terasa menenangkan.
Seorang anak laki-laki itu mulai duduk dan merenggangkan tubuhnya untuk mempersiapkan diri dan pergi ke sekolah. Seperti biasanya, saat turun dari tempat tidur, dia sudah melihat pakaian sekolahnya tertata rapi diatas meja belajarnya.
Tak mau membuat dirinya hanyut dalam suasana pagi hari yang menenangkan hingga dapat memakan waktunya, dia segera keluar dari kamar dan bergegas membersihkan diri. Setelah anak laki-laki itu terlihat rapi dengan pakaian sekolahnya, dia duduk di kursi meja makan. Lagi-lagi dia hanya sarapan seorang diri.
"Den? Ini bekal susu milik aden," Ucap seorang wanita paruh baya sembari memberikan susu hangat yang dibungkus menggunakan kantung sirup.
Wanita itu kembali mengerjakan pekerjaannya yang tersisa karna dia merupakan asisten rumah tangga di rumah orang tuanya. Setelah dia menerima susu hangat itu, dia pun bergegas pergi berangkat sekolah dengan berjalan kaki sembari menikmati roti di genggaman nya.
Di telinga anak laki-laki itu terpasang sebuah earphone yang melantunkan sebuah instrumen untuk menemani perjalanan nya menuju ke sekolah. Hingga sesampainya dia di depan gerbang sekolah, dia segera melepas earphone dari telinganya yang menyambung dengan box music di dalam tasnya.
Tidak ada yang berbeda, dia melakukan kegiatan sekolah seperti anak pada umumnya. Dia belajar dan mendengarkan penjelasan guru dengan baik di setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM AMYGDALA [ On Going ]
Teen FictionTemukan aku yang tersembunyi dibalik sebuah seni. *** Pandu Martadilaga. Dia merupakan seorang pria pecinta seni yang memiliki paras begitu tampan. Pria pemilik manik mata berwarna coklat muda, d...