"Taukah kamu nak, apa yang lebih terang dari sebuah cahaya?"
Anak kecil dengan mata coklat muda itu bergeming, berpikir jawaban teka-teki yang diberikan ibunya.
"Apakah senter?"
Ibunya terkekeh lembut, "salah, coba tebak lagi."
Ia cemberut, ini sudah lima kali ia menjawab, "Tidak ada hadiah ibu, itu yang membuatku malas berpikir"
Lalu ia berlari kearah perkarangan rumahnya yang penuh dengan kehijauan. Di sekelilingnya, rerumputan yang segar dan berwarna hijau menyambut langkahnya yang lembut. Daun-daun pohon di sekitar perkarangan gemerisik saat angin sore berhembus lebih kencang dari biasanya.
Gadis itu terhenti didepan pohon apel yang menjulang tinggi. Batang pohon itu tegap dan kuat, dengan kulit kasar yang memberikan kesan usia dan kebijaksanaan. Buah-buah apel kecil yang menggantung di ujung ranting mengeluarkan kilauan merah muda yang menggoda.
"Kalau ibu memberikanku satu buah apel, mungkin aku bisa menjawabnya dengan benar." Teriaknya sambil menunjuk kesebuah apel kecil yang menggantung.
"Bagaimana bisa sebuah apel kecil bisa membuatmu menjawab pertanyaan ibu dengan benar kalau di mulutmu nanti penuh dengan apel anakku"
"Ibu... kita tidak akan tau kalau dicoba bukan"
Anak kecil itu, mengangkat sedikit baju panjangnya dan mulai memanjat pohon. Ibunya yang melihat dari perkarangan rumah langsung berdiri cemas. Anak perempuan satu-satunya itu memang memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda.
"Hati-hati srikandi!" teriak ibu dengan cemas, karena langit terlihat cukup gelap dari utara dan angin berhembusan angin yang mengkhawatirkan.
Srikandi yang tidak terdengar ucapan ibunya masih berusaha meraih apel yang berada diujung ranting.
"Hap!....ha... hwaa!!!"
Brak!
"Aku tidak apa-apa ibu!" teriak srikandi sambil berdiri dengan cepat dan mengangkat satu tangannya yang memegang apel.
Hening.
"Ibu?!"
Ibunya yang tadi masih memperhatikannya di perkarangan tiba-tiba menghilang. Ia melempar apel yang ia dapatkan dan berlari menuju perkarangan rumah, dan mencari kesekeliling rumah.
"Ibuuu??? Bu??! Ibu dimana?? Kan kita nggak lagi main petak umpet!"
Ia sangat panik, detak jantungnya berpacu kencang, dan napasnya terasa sesak di tengah keheningan yang mencekam. Angin di luar semakin menggila, menghempas daun-daun pohon dengan kekerasan, sementara langit berubahh menjadi permadani hitam yang terikat oleh awan gelap. Kelembutan udara sore itu telah berubah menjadi keganasan angin malam.
Gadis kecil itu mencoba mengendalikan rasa takutnya saat mencari ibunya. Suaranya terdengar lantang memecah keheningan malam, memanggil ibunya dengan harap dan keputusasaan yang bergandengan.
"Ibuu!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nexus Kriptus : Ritus Pembuka Pintu Alam
FantastikTaukah kamu nak, apa yang lebih terang dari sebuah cahaya?' Anak kecil dengan mata coklat muda itu bergeming, berpikir jawaban teka-teki yang diberikan ibunya. 'Apakah senter?' Ibunya terkekeh lembut, 'salah, coba tebak lagi.'" Srikandi, seorang gad...