01 - Minta Cerai di Malam Pertama

198 19 1
                                    

Embusan napas kasar mencelos melalui celah antara bingkai birai tipis milik Latasha Revalina Mahendra yang berjarak, begitu wanita cantik berusia dua puluh tahun itu memasuki kamar. 

Menggeleng tak habis pikir, kedua lengan Reva spontan bersedekap di area dada, selagi manik mata hazel indahnya dibiarkan untuk menatap sesosok pria tampan yang terbaring di permukaan ranjang. 

Mengayunkan tungkai yang terbalut slipper berwarna putih tulang, pribadi pemilik surai lurus dengan panjang sepinggang itu berjalan perlahan, menghampiri ranjang, lantas mendudukan diri di tepian benda persegi tersebut. 

"Uncle!" Reva menyeru pelan. 

Melepaskan sedakepan lengan, telapak tangan sebelah kiri wanita cantik itu melayang, hingga melabuhkan sebuah pukulan yang tak seberapa kencang ke permukaan lengan kekar milik pria tampan yang ada di hadapan.

Tidak mendapatkan respon maupun gubrisan, Reva membungkuk, mencondongkan dirinya ke arah pria tampan tersebut.

"Uncle!" Reva kembali menyeru seraya melabuhkan sentuhan di permukaan bahu sebelah kanan Sebastian Alvero Abraham, tak lupa memberi sedikit guncangan berarti juga di sana.

"Eummm?" Vero - begitu singkatnya pria berusia dua puluh delapan tahun itu biasa disapa, mengerang pelan tanpa membuka pelupuk mata yang sedari tadi memang sudah memejam.

Mendapati Vero memberi respon begitu acuh, Reva membuang napas kasar, lantas menegakan kembali tubuhnya, duduk dengan posisi sempurna.

"Kok udah tidur? Gak nungguin aku?"

"Saya capek, Rev. Ngantuk juga," tutur Vero bernada gumaman yang nyaris terdengar ayalnya sebuah rengekan.

Reva mendengkus, kemudian mengedarkan pandangannya, sekilas. "Ini malem pertama kita loh, Uncle."

Hening. Vero diam lagi, tidak merespon perkataan Reva, karena kesadarannya sudah benar-benar hampir terkikis habis oleh rasa lelah juga kantuk.

"Uncle ....!" Reva merengek sembari kembali mengguncang bahu Vero, berharap tindakan yang dilakukan bisa membuat suami tampannya itu terbangun, lantas bersedia berbincang dengannya, meskipun hanya sebentar.

Kenyataan bahwa ini adalah malam pertamanya bersama Vero sebagai sepasang suami istri, membuat Reva jadi tidak bisa tenang.

Terlebih, wanita cantik pemilik senyum manis berlesung pipi itu, kini tengah berada di kamar yang ada di unit apartemen milik Vero.

"Uncle! Bangun dulu bentar." Reva kembali merengek sambil terus mengguncang bahu Vero, mengganggu tidur pria tampan yang telah resmi mempersunting dirinya siang tadi itu.

Vero mendengkus kesal, lantas menolehkan kepala, jadi tidur dalam posisi memunggungi Reva seutuhnya.

Agaknya pribadi tampan pemilik surai lembut berwarna hitam legam itu memang tidak sedikit pun memiliki niatan untuk meladeni rengekan sang istri.

Melihat Vero tak kunjung mengindahkan rengekan yang telah dilakukan, Reva mulai merasa kesal sendiri.

"Uncle bangun dulu, bisa gak sih?!"

Vero melenguh pelan. "Apa sih, Rev?" tanyanya, sembari menolehkan kepala ke arah Reva, tapi masih tak kunjung membuka mata.

Mendengkus kesal, Reva mengatupkan bibirnya cukup rapat, sedang kedua pipinya menyembul, menekuk hidung kecilnya hingga terlihat sedikit mengernyit dan tenggelam.

Menggerakan manik matanya dengan bimbang, sejurus kemudian, senyum nakal tertoreh di permukaan bibir wanita cantik itu, saat sebuah ide cemerlang datang menghinggapi benak.

Menikah Demi PerceraianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang