"Sayang, lagi ngapain?" Gevan bertanya sembari memeluk tubuh Sandra dari belakang.
Sandra yang kala itu tengah sibuk menyiapkan bahan masakan untuk menu makan malam, sukes dibuat terkesiap, karena kaget.
Memutar tubuh, Sandra memukul jengkel permukaan dada Gevan. "Bisa gak, gak usah ngagetin?"
Gevan terkekeh, lantas mengecup manis bibir Sandra yang agak mencebik, mengabaikan tatapan dongkol yang diberikan istri cantiknya itu. "Maaf. Kamu lagi apa?"
Melepaskan diri dari rengkuhan sang suami, Sandra kembali memutar tubuh, memposisikan diri seperti semula, berdiri menghadap lemari es yang pintunya masih terbuka. "Lagi mau masak. Kamu udah nelpon Reva, kan? Ngundang dia sama Bang Vero buat makan malem?"
"Udah. Aku udah nelpon Reva tadi pagi. Awalnya yang angkat Bang Vero."
"Terus?"
"Tadi pagi mereka berdua debat, Yang."
Sandra menoleh kaget ke arah Gevan, menatap suami tampannya itu, nanar, "Debat? Debat kenapa?"
Mengingat apa yang telah ia dengar dari perdebatan yang terjadi antara sang adik dan suaminya melalui sambungan panggilan suara pagi tadi, Gevan tak kuasa menahan kekehan. "Kayaknya, Bang Vero suka banget nyosorin Reva," celetuknya, tanpa berpikir.
Permukaan kening Sandra mengernyit, membersamai matanya yang sedikit memicing, menatap bingung Gevan. "Maksudnya gimana?"
Gevan tersenyum, lantas mengindikan bahunya, acuh. "Aku gak tau detailnya gimana, tapi dari yang aku denger pas nelpon Reva tadi, kayaknya Reva protes sama Bang Vero, karena Bang Vero suka nyium dia tiba-tiba."
Hanya dengan mendengar penjelasan sederhana dari sang suami, benak Sandra langsung bisa membayangkan, tentang bagaimana Reva akan mengoceh, melakukan sebuah protes terkait apa yang tidak disukainya.
Sandra jadi gemas sendiri, walaupun hanya dengan sekadar membayangkan, betapa masamnya wajah Reva saat adik iparnya itu merengek sambil merengut, kesal.
"Tapi mereka bakal dateng kan? Buat makan malem bareng kita?
Gevan mengangguk. "Eummm. Mereka bakal dateng, kok."
Sandra tersenyum senang. "Ya udah, kamu pergi mandi sana."
Tanpa ada sedikit pun keraguan, Gevan balas melemparkan senyum pada sang istri. "Siap Komandan," tukasnya sambil memberi hormat.
Sandra terkekeh. "Ya udah, sana."
Tersenyum gemas, Gevan mengambil satu langkah besar untuk maju, lebih mendekat ke arah Sandra.
Mengulurkan tangan, membiarkan telapak besar berjemari jenjang sebelah kirinya berlabuh di puncak kepala Sandra, Gevan memberi istri cantiknya itu usapan lembut penuh kasih.
Pribadi tampan itu juga tidak lupa mendaratkan kecupan manis di permukaan kening sang istri, lalu tersenyum manis. "Aku mandi dulu, abis itu, bantuin kamu masak."
***
Embusan napas kasar mencelos melalui celah antara bingkai birai Vero yang sedikit berjarak, begitu manik mata jelaga indahnya yang menyorotkan rasa lelah itu berhasil menangkap sosok Reva.Vero baru kembali ke apartemennya, begitu menginjakan tungkai di ruang utama, rungu pribadi tampan itu disapa oleh suara bising dari televisi yang menyala.
Vero yang berniat langsung pergi ke kamar untuk segera membersihkan diri dan bersiap untuk pergi lagi pun, terpaksa harus mengurungkan niatnya tersebut.
Langkah Vero stagnan, pribadi tampan itu berdiri di ambang pintu penghubung antara lorong menuju kamar dan ruang utama, selagi membiarkan manik matanya menatap sosok Reva yang sedang tertidur dengan begitu pulasnya di permukaan sofa panjang yang tertata di ruang utama - berhadapan langsung dengan televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Demi Perceraian
RomanceSebastian Alvero Abraham, terjebak dalam sebuah ikatan suci pernikahan dengan Latasha Revalina Mahendra - gadis cantik yang memiliki usia delapan tahun lebih muda dari dirinya. "Nikah sama kamu, berasa lagi cosplay jadi pengasuh bocil." - Alvero "Bo...