4×2

796 98 16
                                    

Hari demi hari berlalu. Rafa dan Haikal pun akhir-akhir ini sibuk dengan tugas mereka mengingat sebentar lagi akan memasuki liburan semester.

Rafa yang awalnya sibuk mikirin gimana buat move on akhirnya malah terlupakan sendiri saking sibuknya dia. Ya walaupun gak cuma perlu melupakan, dia juga harus merelakan dan ikhlas. Mungkin seiring berjalannya waktu, dia akan bisa.

"Woy."

"Woyy cok!" Panggilan kedua dari Haikal membuat Rafa yang lagi duduk dengan laptop didepannya menoleh sadis.

"Bisa gak lo kalo manggil gw pake nama?!"

"Gak bisa." Balas Haikal santai, berjalan mendekati Rafa dari arah dapur dengan segelas es teh ditangannya lalu menyerahkan kearah Rafa. Yang tentu langsung diterima dan dia minum.

"Kenapa?" Tanyanya penasaran, menaruh gelas es teh itu disampingnya setelah meneguk hingga sisa setengah. Haus banget dia, daritadi mau minum tapi males berdiri dan jalan.

"Lo gak perlu tau."

Rafa hanya berdecih lalu kembali menatap laptopnya.

"Woyy"

"Apasih anjeng?!!!" Saking kesalnya Rafa sampe menendang Haikal yang duduk didepannya.

"Sibuk ya lo?" Tanyanya unfaedah banget.

"Menurut lo aja bangsat gw sibuk apa enggak" Balas Rafa ketus tanpa menatap lawan bicara.

"Oh yaudah."

Bughh
Bughh

"Musnah aja lo anjing!!"

Ya keseharian mereka masih sama. Rafa yang emosian dan suka mukul disatukan sama Haikal yang entah kenapa suka banget bikin dia emosi kalo lagi berduaan.

"Lo selesainya masih lama?" Tanya Haikal, sekarang pindah posisi tiduran dipaha Rafa.

Rafa mau protes soalnya dia jadi susah ngetik tapi urung soalnya dia lagi males debat.

"Bentar lagi. Emang kenapa sih? Lo dari tadi bacot banget dah" Rafa melirik sekilas Haikal dibawahnya.

Haikal sendiri fokus ngeliatin wajah Rafa dari bawah, siluetnya dari bawah keliatan wah banget. Walau sedikit kehalang tangan Rafa, karena tuh anak masih sibuk ngetik.

"Ini kalo gw nyentuh bibir dia, marah gak ya?" Batinnya.

Tangannya emang sejak tadi gatel pengen ngelus bibir Rafa karena cowok itu daritadi gigitan bibir—kebiasaan kalo lagi fokus.

"Kebiasaan. Kalo luka gimana?" Dan akhirnya Haikal memberanikan diri. Sempat ia sadar badan Rafa agak kaget ketika jarinya nyentuh bibir dia.

"Lo ngapain?" Tanya Rafa kalem.

Haikal diam enggak menjawab. Dirinya malah bangun, menyingkirkan meja kecil yang dipakai Rafa dan duduk dihadapan cowok itu.

"Gw belum selesai Kal. Pliss jangan ganggu gw dulu" Ucap Rafa menghela nafas. Plis banget dia hari ini capek, daritadi dia dikampus sibuk ngurusin proyek dan besok adalah hari terakhir. Jadi mau gak mau laporannya kudu selesai sekarang.

"Bentar aja. Entar gw bantu ngerjain"

"Bantu pala lo, kita beda jurusan"

"Jangan mentang-mentang gw anak teknik gak bisa bikin laporan. Udahlah, gw bantu nanti sampe selesai"

Rafa mengehela nafas, mengangguk mengiyakan daripada memperumit keadaan. Dia sekarang natap Haikal lekat, apa yang dia mau sekarang?.

5 menit mereka dieman dengan saling pandang. Rafa yang kesel karena Haikal tidak kunjung bicara hendak protes namun urung digantikan dengan reaksi kaget.

Roommate ; HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang