Bagian Pertama

23 3 11
                                    

"Baik anak-anak, materi hari ini kita cukupkan sampai hari ini. Tugas yang saya berikan kerjakan selama seminggu. Minggu depan akan kita periksa bersama, paham?" tanya bu guru. 

Murid-murid kelas 8A menjawab pertanyaan bu guru dengan lantang paham dengan arahan beliau. 

Bel pulang berbunyi, para murid membersihkan alat tulis mereka dan bergegas keluar dari kelas. Para murid keluar kelas bersama teman-temannya, kecuali satu murid mendekati bu guru. Murid tersebut berkata, "Bu Tasya, boleh tidak aku mengerjakan tugas ini bersama temanku?". Guru tersebut berpikir sejenak dan menjawab, "Boleh saja, tapi apakah materi yang ibu ajarkan kurang dipahami, Lia?". 

Murid tersebut mengganggup, "paham saya tapi akan lebih baik jika dikerjakan bersama biar semangat bu", canda murid itu. Sontak dengan jawaban tersebut, bu guru hanya menanggapi pernyataan murid tersebut dengan santai. Setelah itu, murid tersebut beranjak keluar kelas bertemu temannya di luar pintu. 

"Akhirnya aku bisa pulang," keluh Tasya merasa kelelahan. Tasya berjalan ke ruang guru, membereskan keperluannya, lalu mengucapkan selamat tinggal dengan guru yang lain. 

Tasya pulang ke rumah dengan motornya yang diparkir di tempat parkir khusus guru dan staf sekolah. Setelah menyalakan motornya, Tasya bertemu dengan rekan gurunya, namanya bu Khosiyah, guru olahraga kelas 8. "Mbak Tasya, selamat sore, bagaimana kabar bunda di rumah?" kata bu Khosiyah sambil basa-basi. "Sore bu, lumayan sehat bu, kemarin sudah bisa berbicara lancar," jawab Tasya. "Alhamdulillah ada kemajuan mba. Saya khawatir karena terakhir menengok beliau 2 minggu lalu, kondisi beliau kritis. Semoga penyakitnya beliau bisa diangkat," bu Khosiyah memberikan doa pada Tasya. Tasya sambil menyengir menjawab "Haha iya bu, makasih banyak atas doa ibu, saya pulang dulu bu. Saya harus bergegas pulang merawat ibu saya," kata Tasya sambil tergesa-gesa. "Oh baik mba, sore" jawab Bu Khosiyah/


---------

Tasya berkendara pulang melewati senja, sesaat Tasya melihat pemandangan matahari terbenam di barat. Dia baru sadar bahwa sudah lama tidak memperhatikan suasana yang sejuk dan tenang ini. Tasya bengong sesaat sampai ada bunyi klakson mobil dibelakangnya di tengah lampu lintas, orang dibelakangnya mengklakson karena lampu menyala berganti hijau , Tasya dengan terkejut langsung tancap gas. 

Tasya berhenti di rumahnya sambil mematikan mesin motornya. Dia merasa lega sudah sampai di rumahnya. Rumahnya terlihat sederhana tapi agak luas, juga ada kursi dan meja santai di teras. Tasya melihat rumah tersebut namun terdapat sepatu yang dia tidak kenali. Apa jangan-jangan ada tamu? pikirnya. Setelah itu pintu kawat terbuka, ada tamu keluar melihat Tasya dengan helm di kepalanya. "Tasya akhirnya kamu pulang, daritadi aku tunggu kamu ", nada senang terdengar dari tamu tersebut. Tasya terkejut dan lanjut, " Siti? Kapan kamu kesini? kenapa kamu kesini? bukannya kamu ada meeting setelah maghrib?" pertanyaan dilontarkan Tasya sambil kebingungan. "Ihh santai aja, meetingnya di reschdule sama manager gue, soalnya dia ada acara bareng anaknya. Ayo sini dong", respon Siti dengan riang sambil berjalan memeluk Tasya. Tasya hanya tertawa dan balas memeluk.

"Gimana kondisinya? masih bisa bicara lancar?" tanya Tasya tentang kondisi mamanya. "Gausah khawatir bu Dira sudah tangani emak gue, tinggal kamu aja nih. Kamu bau banget ", protes Siti. Tasya tertawa dan mengantar Siti masuk ke dalam. 

"Gimana kondisi mama bi?"

"Kondisi beliau sepertinya membaik nak, sekarang bisa jawab pertanyaan. Tapi Dr. Heru bilang perlu ditangani di rumah sakit, takut ada komplikasi tentang beliau ", 

"Kata Dr. Heru kapan ke rumah sakit?" 

"Beliau bilang secepatnya, Dokter sudah menyiapkan layanan buat mama kamu", jawab bibi Mawar

Wajah Tasya terlihat terkejut tentang berita bibi Mawar, bunda Siti sekaligus asisten rumah keluarga Tasya. Mendengar berita tersebut, wajah Tasya langsung mengerut, pikirannya berputar-putar bengong lagi. Siti langsung menepuk punggung Tasya, menghilangkan kesibukan pikirannya. "Gimana perasaan kamu Tasya? mau gue ambilin teh anget dulu ga?" tanya Siti khawatir tentang sahabatnya. Tasya kaget dan berusaha menolak permintaaan Siti, berpura-pura semua baik-baik saja. Dia langsung meminta sahabatnya untuk bersiap tidur karena dia kelelahan. Tasya lalu meninggalkan mereka berdua. "Mak, memang bu Dira makin parah ya? aku kira sudah baikan," keluh Siti setelah sahabatnya berjalan membungkuk dengan pasrah. "Gimana ya dek, penyakit beliau itu sulit disembuhkan setelah beliau tidak bisa bicara selama 2 minggu terakhir. Yang emak cemas hanya Tasya, gimana nantinya jika beliau sudah tidak ada? dia kan anak tunggal, keluarga nak Tasya hanya bu Dira dan kita berdua", sesal bibi Mawar memengaruhi pikiran anaknya. Siti pun setuju dan berharap Tasya akan teguh menghadapi ini semua. 


----

Tasya tiba-tiba bangun dari mimpinya, dia langsung memegang dadanya dengan erat, melihat sekitar membuat nafasnya lancar lagi. Dia melihat sahabatnya tertidur di sebelahnya, merasa heran dengan dengkurannya. Tasya langsung berjalan keluar mengambil segalas air di meja ruang makan. Dengan rasa ingin tahu kondisi mamanya, dia beranjak ke kamarnya. 

"Sayang kamu belum tidur, besok kamu ngajar". 

"Santai aja mama. Sekarang kondisi mama gimana?"

"Baik-baik aja, sekarang ibu bisa jalan kok. Gausah mikirin ibu begitu. Kamu yang harusnya mama pikirin, kamu sekarang keliatan lelah banget. Dulu aja kamu pulang ngajar konyol, ngomong terus, sampai lupa sekelilingnya", canda bu Dira. 

Tasya cemberut yang awalnya seneng menengok kondisi mamanya. Setelah itu, Tasya berbaring sebelah di tempat tidurnya mamanya  dengan infus di tangannya dan monitor denyut jantung berbunyi. Tasya bercerita tentang harinya di sekolahnya. Mereka berbincang seakan ibu dan anak, penuh tawa, keluh kesah, terutama saran dari ibu yang kemudian membuat wajah anaknya murung. Perasaan ini sudah lama tidak dirasakan Tasya. 'Sejak kapan aku merasa lega seperti ini ya?' lintas pikirannya. 

"Sayang maafkan atas semua ini, seharusnya kita sudah berlibur di Inggris saat ini", resah mamanya sambil menatap jendela di kamarnya. "Sudahlah bu, kondisi mama juga yang diutamakan. Kan juga bisa kapan-kapan ke sana," jawab Tasya. Mamanya terdiam dan pelan-pelan menutup matanya, "Bagaimana nantinya kalau kamu di sini sendirian tanpa mereka", kata mamanya dengan suara semakin pelan. Tasya langsung bingung 'siapa mereka', tanya batin Tasya. Indira langsung tertidur dan tangannya lepas genggaman tangan anaknya, sontak suara monitor denyut bunyi, jantungnya berhenti. 

Tasya berdiri terkejut dan memanggil orang-orang di rumah. Bibi Mawar langsung melihat kondisi beliau menyuruh anaknya mengambil Handphone. Siti langsung menelpon rumah sakit segera mungkin. Tasya menepuk tangan ibunya berulang-ulang yang tidak merespon suaranya, hatinya tergesa-gesa. Campur aduk panik dan sedih pun bertebaran dimana-mana. Siapa mereka?

Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang