"Oke, semuanya jadi Rp 20.000,00. bayar pake cash atau kredit?"
"Ah pake cash aja, mas,"
"Oke kak. Terima kasih selamat datang kembali,"
Tasya berjalan duduk di tempat duduk yang disediakan minimarket sambil meminum sebotol kopi yang baru dibeli. Sudah pukul 8 malam. Wanita rambut hitam dan panjang ini hanya melamun melihat mobil-mobil yang terkena macet di depan kaca toko tersebut. Untuk menghilangkan rasa kekosongan hatinya, ia mengambil smartphonenya di sakunya kemudian berusaha menelpon sahabatnya.
"Halo, Siti. Lu dimana?" tanya Tasya dengan muka masamnya. "Ini gua otw ke rumah sakit. Lu masih di sana kan? Karena gua bawa makanan favorit lu nih, ya semoga ga kena macet," jawab Siti.
Tasya hanya ingin berbicara dengan sahabatnya, dia masih merasa bersalah setelah pertengkarannya dengan bunda sahabatnya. Dia ingin curhat pada sahabatnya, namun lidahnya selalu berhenti di ujung-ujung saat mengucapkannya.
"Sori gue tutup dulu ya. Kalo kata emak gue gaboleh nelpon di jalan, nanti gue dibentakin hehe", canda sahabatnya. Nada tawa sahabatnya membuat perasaan Tasya lega "Lu tau lah, kadang nasihat emak gue memang pedes banget. Tapi dia aslinya perhatian kok", lanjut sahabatnya. "Iya ... ya gue tau kok. Yaudah lu hati-hati ya", balas Tasya kemudian menutup panggilan tersebut. Mungkin dia seharusnya tidak harus keras padanya, bibi Mawar sudah seperti ibu selain mamanya.
"Oke sekarang sudah waktunya balik", kata Tasya sambil meregangkan badannya setelah duduk.
---
"Bibi, ini Tasya. Maafin aku bi. Aku seharusnya tidak meluapkan perasaanku pada bibi karena bibi juga merasakan hal yang sama denganku", sesal Tasya sambil mengetuk pintu kamar mamanya. Tasya dikejutkan oleh tepukan seorang perawat dibelakangnya.
"Permisi, mbak. Kalau sedang mencari pembantu mbak, dia sedang di bawah mencari anda," kata perawat dengan lembut. Tasya menangkap perkataan perawat tersebut dan berterima kasih padanya.
Setelah menutup kamar pasien, Tasya langsung menaruh belanjaannya dari minimarket di meja kamar. Dia langsung menatap cemas mamanya yang tak sadarkan diri kemudian mencium keningnya. Secara langsung dihadapannya, dia melihat secarik surat di meja kamar. Saat membuka surat tersebut, dia merasa terkejut dengan isinya. '12 juta?! bagaimana aku bisa mencari uang sebanyak itu?' resah di banti Tasya yang membaca biaya pengobatan mamanya. Secara tidak sengaja, terdapat surat lagi di belakang surat tersebut. Dia mengambil surat itu dan membaca.
---
My dear Tasya,
Jika kamu membaca ini, berarti sel kanker di payudara mamamu ini sudah menyebar. Aku tahu kamu sudah berusaha merawatku tubuhku yang rapuh ini, apalagi kamu menjadi tulang punggung keluarga ini. Aku melihatmu setiap hari pulang lebih awal dari sebelumnya tanpa rasa mengeluh hanya untuk menemani mama.
Mulai dari semangatin mamamu karena kehilangan rambut indahnya, bolak-balik mengantarkanku ke kamar mandi karena aku muntah, dan menemani mama dengan tidur di lantai kamar mama. Sebenarnya mama bangga dan kagum dengan kerja kerasmu. Akan tetapi, sangat disayangkan kita tidak dapat kesempatan ke Inggris bersama, alasan mama mengajak kamu ke sana bukan karena liburan. Ada suatu hal yang harus mama tunjukkan padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Alone
AdventureHidup seseorang itu penuh kejutan bukan? Kadang kejutan itu bisa menyenangkan hati seperti perayaan ulang tahun dan juga ada kejutan yang mengecewekan sampai berkata-kata pun sulit. Namun bagaimana jika kedua kejutan ini digabungkan menjadi satu...